Jangan ...

"Maaf, Mas, hari sudah sore, kami harus segera masuk. Maaf, aku nggak mempersilahkan Mas Asrul masuk, soalnya Mas Dava sedang keluar," ujar Ayu. Bagaimanapun, Asrul bukanlah mahramnya, jadi ia tidak bisa mempersilahkan masuk laki-laki itu. Apalagi langit sudah mulai menggelap.

"Ah, iya. Maaf. Sampai nggak nyadar. Kalau gitu, aku pamit ya. Dah, Rafi, Om pulang dulu ya."

"Iya, Om. Hati-hati ya. Lain kali main sama Rafi lagi ya."

Asrul mengangguk. Ia pun segera berpamitan dan pergi dari rumah Madava.

Ayu segera membawa Rafi masuk untuk mencuci tangan dan wajah. Rafi sudah mandi, jadi Ayu hanya mengajak Rafi untuk berganti pakaian.

...***...

Hari sudah larut, tapi Madava belum juga pulang ke rumah. Entah kenapa, untuk pertama kalinya Ayu merasa khawatir.

"Dia kemana sih? Bikin khawatir aja," desis Ayu kesal. Ayu memilih duduk di sofa ruang tamu. Tiba-tiba Ayu menguap. Tak lama kemudian, ia pun tertidur.

Saat Ayu terlelap, Madava akhirnya pulang. Madava masuk ke rumah dengan sedikit sempoyongan. Madava tersenyum miring saat melihat Ayu tertidur di sofa.

"Heh, bangun!" seru Madava sambil menendang-nendang sofa. Ayu sontak terkejut. Ia terduduk sambil mengucek kedua matanya.

"Kamu apaan sih? Bangunin orang baik-baik apa susahnya sih," omel Ayu kesal.

Madava tersenyum miring. "Bangunin baik-baik? Apa menurutmu sikapmu selama ini baik? Oh, ya, kau memang baik. Khususnya pada laki-laki. Wajar saja kau jadi janda. Pasti kau datang cerai karena kau suka ganjen dengan laki-laki lain 'kan? Memalukan."

"Apa katamu? Jaga bicaramu ya! Kau tidak tahu apa-apa tentang ku. Memangnya kau sendiri bagaimana? Sudah baikkah? Kau bahkan lebih parah dariku. Dan aku tidak ganjen. Aku hanya bersikap baik pada orang yang baik padaku. Sementara kau? Coba kau ingat-ingat lagi bagaimana sikapmu selama ini padaku? Kau bahkan tidak pernah menganggap ku sebagai istrimu. Kau memperlakukanku seperti pembantu. Bagaimana aku bisa bersikap baik padamu sementara kau saja tidak bisa bersikap baik padaku," balas Ayu lantang.

"Owh, jadi kau ingin aku menganggap mu sebagai istriku? Baiklah. Aku akan segera mewujudkan permintaanmu." Madava menyeringai membuat Ayu gelagapan.

"A---apa maksudmu?" cicit Ayu cemas. Bahkan ia sudah merasa gugup bukan main.

"Bukankah kau ingin aku menganggap mu sebagai seorang istri? Baiklah. Aku akan segera mewujudkannya."

"Jangan macam-macam kau! K---kau lupa kalau aku sedang?"

"Berhenti menipuku, Sialan! Kau pikir aku tidak tahu kalau kau sudah membohongiku?" sentak Madava kesal.

Ayu tertegun. Jarak Madava dan Ayu yang begitu dekat membuatnya bisa menghidu aroma yang aneh dari udara yang terhembus dari mulutnya. Ayu tidak tahu apa yang sudah Madava minum. Tapi Ayu bisa menebak itu merupakan semacam minuman beralkohol.

"Aku ... aku tidak menipumu. Aku benar-benar ... "

"Kataku berhenti berbohong! Aku tidak sebodoh yang kau kira, Sialan!"

Madava jelas tahu kalau Ayu berbohong. Itu karena subuh tadi ia mendapati Ayu sedang melaksanakan shalat subuh. Sudah jelas sekali kalau Ayu sudah berbohong padanya. Madava memang merasa sangat kesal karena merasa dibohongi. Tapi ia mencoba mengerti. Ia pikir itu karena Ayu masih canggung padanya. Apalagi pernikahan mereka terjadi karena terpaksa. Mereka memang belum bisa saling menerima satu sama lain.

Madava yang ingin memperbaiki hubungan mereka pun berniat memperbaikinya melalui Rafi. Apalagi entah sejak kapan bocah kecil itu sudah menarik perhatiannya. Ia merasa seakan memiliki ikatan batin pada anak itu. Oleh sebab itu, sepulang bekerja, Madava mampir ke toko mainan terlebih dahulu. Ia ingat, Rafi menyukai mainan mobil-mobilan jadi Madava pun memilih membeli sebuah mobilan remote control.

Namun saat melihat keberadaan Asrul dan bagaimana Rafi tertawa lepas saat bermain bersama temannya itu, entah mengapa hati Madava terasa panas. Ia tidak terima. Ia kesal. Apalagi Asrul juga membelikan mobilan remote control untuk Rafi. Madava merasa kecewa. Rasa kesal Madava pada Ayu karena kebohongannya seketika terakumulasi. Ia pun memilih pergi bertemu teman-temannya yang lain di sebuah club malam untuk menenangkan pikiran sekaligus meredam kekesalannya. Namun bukannya mereda, kekesalannya seketika memuncak saat melihat Ayu yang tertidur pulas di sofa.

"A---apa tidak berbohong!"

"Baiklah kalau kau mau terus berbohong. Mari kita buktikan!"

Melihat sorot mata Madava yang tidak biasa sontak saja membuat Ayu panik bukan main. Ia pun memilih untuk menghindar dan kembali ke kamarnya dengan Rafi. Namun sesuatu tak terduga terjadi. Belum sempat ia membuka pintu kamar, Madava sudah lebih dulu menggendong tubuhnya membuat Ayu memekik tertahan.

"Dava, turunkan aku!" desis Ayu, tapi hanya direspon seringai oleh Madava.

"Dava, please! Oke, aku salah. Maafkan aku kalau ada perbuatan maupun perkataan ku yang membuatmu kesal dan marah. Aku mohon, turunkan aku!" melas Ayu seketika cemas. Tapi Madava tetap tidak menggubris. Ia justru membawa Ayu ke dalam kamarnya dan melemparkan Ayu begitu saja ke atas ranjang. Kemudian Madava beranjak ke arah pintu bermaksud menguncinya. Ayu yang panik pun bergegas berlari hendak keluar dari kamar, tapi Madava ternyata bergerak lebih cepat. Dengan gerakan cepat, Madava menutup dan mengunci pintu membuat tingkat kepanikan Ayu semakin meningkat.

"Mas, Mas Dava, tolong buka pintunya, Mas. Aku mau nemenin Rafi. Gimana kalau Rafi nyariin aku."

Madava menyeringai. "Kenapa? Takut? Cih, bukankah ini yang kau inginkan! Sudah lama tidak mendapatkan belaian, hm?" ejek Madava membuat dada Ayu merasa sesak.

Ayu menggeleng. "Please, Mas! Oke, oke, aku minta maaf karena sudah berbohong. Itu ... itu karena kau tahu sendiri bagaimana hubungan kita ini. Bukankah kau sendiri terpaksa menikah denganku. Aku ... aku hanya ingin mempermudah kalau kau sewaktu-waktu ingin menceraikan aku. Aku ... tidak ingin kita terikat. Jadi ... "

Belum sempat Ayu menyelesaikan kata-katanya, Madava sudah lebih dulu menyudutkan Ayu ke dinding. Ayu panik bukan main. Ayu bermaksud mendorong dada Madava, tapi sulit. Tubuhnya tidak sebanding dengan tubuh Madava.

"Aku menginginkanmu malam ini," bisik Madava lirih.

Ayu menggeleng cepat. "Nggak. Nggak. Aku ... "

Suara Ayu seketika teredam saat Madava menyerang bibirnya dengan kasar. Ayu terengah-engah. Ia berusaha mendorong tubuh Madava hingga terlepas. Madava menyeringai. Ia justru mengangkat Ayu ke pundaknya dan membawanya bagai karung beras lalu melemparnya ke atas ranjang. Ayu berusaha untuk berlari, tapi Madava dengan cepat mengungkung tubuh mungil Ayu.

Ayu menggeleng cepat. Ia panik luar biasa. Bahkan ia sampai meneteskan air mata saat Madava mulai melancarkan serangannya.

"Jangan, Mas! Aku mohon!"

"Menolak suami itu berdosa, kau tahu itu 'kan!"

"Tapi Mas, aku ... "

...***...

...Happy reading 🥰 🥰 🥰 ...

Terpopuler

Comments

sherly

sherly

bukan hanya masuk rumah, diteras pun hrsnya kamu ngk biarin dianya lama2 dirumahmu sebab lakimu tak ada

2025-01-31

0

Dewa Rana

Dewa Rana

jangan2 ayu masih gadis

2024-12-30

0

Afrilho

Afrilho

typo

2024-12-09

0

lihat semua
Episodes
1 Terpaksa menikah
2 Permintaan dan penawaran Bu Shanum
3 Cucu
4 Pulang
5 Terbengong-bengong
6 Kepribadian ganda
7 Tawa
8 Pelet
9 Tamparan
10 Penipu ulung
11 Terluka
12 Kesurupan
13 Rajawali
14 Merinding
15 Satu Minggu lagi
16 Mobil remote control
17 Jangan ...
18 Sesuatu yang tak terduga
19 Ayu
20 Ayu 2
21 Ayu 3
22 Tak sadarkan diri
23 Sarapan
24 Syarat
25 Gugup
26 Syaratnya adalah
27 Tidur
28 Hasil
29 Ketahuan
30 Menyesal
31 Let's see
32 Perhatian kecil dan cerai
33 Gelisah
34 Gengsi
35 Pemandangan
36 Cium dulu, baru lepas
37 Resah gelisah
38 Rafa
39 Serangan
40 Perkelahian
41 Fakta
42 Apa ini karmaku?
43 Gierafa
44 44
45 Cantik
46 Unexpected moment
47 Ayu vs Tika
48 Takut
49 Cemburu
50 Telepon
51 Via
52 Sogokan
53 Cerita
54 A---apa ini?
55 Hai
56 Komitmen
57 Praduga
58 Anak kita?
59 Anak kita 2
60 Gisela
61 Pemeriksaan
62 Bertemu
63 Mini Madava
64 Syok
65 65
66 Mama janji
67 Ayu, kau mau kemana?
68 68
69 Madava vs Gierafa
70 70
71 Rencana Bu Shanum
72 Tumis pare
73 Ayu ...
74 Kesedihan Madava
75 Hasil pemeriksaan
76 Bertemu Ibu Rafa
77 Judulin sendiri! Hehehe
78 Muntah
79 Gisela vs Asrul
80 Penyesalan
81 Pergi
82 Ku menangiiiiisssss ...
83 83
84 Yeay
85 Couvade syndrom
86 Ancaman Gisela
87 Menemui ...
88 88
89 89
90 90
91 91
92 92
93 93
94 94
95 95
96 96
97 Calon partner masa depan
98 Baby, terima kasih ...
99 99
100 Anugerah
101 TAMAT
Episodes

Updated 101 Episodes

1
Terpaksa menikah
2
Permintaan dan penawaran Bu Shanum
3
Cucu
4
Pulang
5
Terbengong-bengong
6
Kepribadian ganda
7
Tawa
8
Pelet
9
Tamparan
10
Penipu ulung
11
Terluka
12
Kesurupan
13
Rajawali
14
Merinding
15
Satu Minggu lagi
16
Mobil remote control
17
Jangan ...
18
Sesuatu yang tak terduga
19
Ayu
20
Ayu 2
21
Ayu 3
22
Tak sadarkan diri
23
Sarapan
24
Syarat
25
Gugup
26
Syaratnya adalah
27
Tidur
28
Hasil
29
Ketahuan
30
Menyesal
31
Let's see
32
Perhatian kecil dan cerai
33
Gelisah
34
Gengsi
35
Pemandangan
36
Cium dulu, baru lepas
37
Resah gelisah
38
Rafa
39
Serangan
40
Perkelahian
41
Fakta
42
Apa ini karmaku?
43
Gierafa
44
44
45
Cantik
46
Unexpected moment
47
Ayu vs Tika
48
Takut
49
Cemburu
50
Telepon
51
Via
52
Sogokan
53
Cerita
54
A---apa ini?
55
Hai
56
Komitmen
57
Praduga
58
Anak kita?
59
Anak kita 2
60
Gisela
61
Pemeriksaan
62
Bertemu
63
Mini Madava
64
Syok
65
65
66
Mama janji
67
Ayu, kau mau kemana?
68
68
69
Madava vs Gierafa
70
70
71
Rencana Bu Shanum
72
Tumis pare
73
Ayu ...
74
Kesedihan Madava
75
Hasil pemeriksaan
76
Bertemu Ibu Rafa
77
Judulin sendiri! Hehehe
78
Muntah
79
Gisela vs Asrul
80
Penyesalan
81
Pergi
82
Ku menangiiiiisssss ...
83
83
84
Yeay
85
Couvade syndrom
86
Ancaman Gisela
87
Menemui ...
88
88
89
89
90
90
91
91
92
92
93
93
94
94
95
95
96
96
97
Calon partner masa depan
98
Baby, terima kasih ...
99
99
100
Anugerah
101
TAMAT

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!