Ke esokan harinya..............
Ayana menemui Kai di kafe, tanpa mengajak Barra.
"jadi itu alasan mengapa Aidan kembali" ucap Kai
"iya Kai, kemarin kami melakukan pemeriksaan, aku khawatir jika ini gagal setahu ku program bayi tabung memerlukan banyak waktu dan persiapan" jelas Ayana
"kalian mencoba bayi tabung? kenapa?" tanya Kai heran.
"karena Aidan tidak mau menyentuhku, mungkin dia ingin menjaga dirinya tetap suci untuk kekasihnya dan dia memilih bayi tabung sebagai gantinya" jelas Ayana lagi.
Kai hanya terdiam bingung menanggapi pernyataan yang di ungkapkan sahabatnya itu padahal mereka berdua suami istri.
"kenapa diam? kau baik-baik saja kan?" tanya Ayana yang melihat Kai diam saja.
tiba-tiba ponsel Ayana berdering dan dia mengangkat nya sebentar
"Kai, aku harus segera pulang. nenek mencariku" ucap Ayana setelah selesai mengangkat telfon yang ternyata dari nenenya itu.
"aku akan mengantarmu" tawarnya
"tidak perlu, aku membawa mobil sendiri" tolak Ayana halus, karena memang ia membawa mobil sendiri.
sesampainya dirumah, Ayana melihat nenek sedang duduk bersama kedua orang tua Aidan dan wajah nenek terlihat sangat muram, dengan hati-hati dan penuh sopan Ayana menghampiri mereka.
"nenek, ibu ayah" ucap Ayana menyapa mereka
""Ayana duduklah di sini" ucap nenek menepuk sofa di sebelahnya
"iya nek" duduk di samping nenek
"lihat ini, apa ini?" menyerahkan kertas yang ia pegang ke Ayana.
Ayana membaca isi kertas itu dan seketika wajahnya penjadi pucat pasi, nenek menemukan hasil pemeriksaan kesehatan untuk memiliki bayi tabung miliknya.
"kenapa kalian melakukan itu? aku yakin kalian berdua tahu tingkat program keberhasilan bayi tabung sangat rendah" ucap ayah Aidan.
"kenapa kau masih bertanya? pasti Aidan yang memaksanya" ucap sang nenek kesal
"aku yakin itu tidak ada hubungannya dengan Aidan ibu" sela ibu nya Aidan
"bagaimana bisa tidak ada hubungannya dengan Aidan ha? kalau bukan dia siapa lagi yang bisa berfikir seperti itu? kau pikir aku tidak tahu? ini ulah kekasihnya itu kan?" ucap nenek marah
"kau, telfon Aidan! suruh dia pulang sekarang" suruh nenek sambil menunjuk Soraya.
Soraya terpaksa menelfon Aidan karena dia tidak berani menentang perintah ibu mertuanya itu.
setelah menunggu cukup lama, akhirnya Audan pulang dan langsung bergabung dengan keluarganya yang sedang berada di ruang tamu itu.
"acara spesial apa yang sedang kalian rencanakan?" ucapnya karena tidak tahu permasalahan apa yang sedang terjadi
nenek mengambil kertas dari tangan Ayana dan melemparkannya kepada Aidan "jelaskan apa maksudnya ini Aidan" ucap nenek dengan nada sedikit marahnya.
Aidan menatap tajam ke arah Ayana setelah mengambil dan membaca isi kertas itu, dia mengira Ayana yang memberikannya kepada nenek, sementara Ayana hanya bisa terdiam menunduk mendapatkan tatapan dari Aidan
"aku benar-benar meremehkanmu" ucap Aidan sambil terus menatap Ayana
"ini ulahmu dan kau masih ingin menyalahkan orang lain? perlu kau tahu! anakmu sedang menunggu untuk diselamatkan! apa kau ingin mempermainkan nyawa anakmu? apa Barra tidak sepenting jalangmu itu?" ucap nenek dengan penuh emosi.
"nenek, Almira punya nama!" bela Aidan
"kalau dia punya nama memangnya kenapa? dengar Aidan! ini peringatan terakhirku, Barra cucuk kesayanganku di dalam hatiku dia lebih penting dari apapun dan siapapun. aku tidak akan membiarkan hal buruk terjadi padanya!" ucap sang nenek panjang lebar.
"aku juga ingin dia hidup! tapi bukan berarti aku harus menyentuh wanita ini" sambil menunjuk Ayana "apa nenek tidak tahu kalau dia membuatku mual!" ucap Aidan tidak mau kalah.
di mata Aidan hanya ada kebencian dan kebencian seperti pisau yang ditusukan ke jantung Ayana.
"KAU' saat tangan tua nya ingin menampar cucunya, tiba-tiba ia tersentak dan jatuh pingsan. (saking emosinya kali ya sama ai Aidan ahhahha)
"ibu" ucap Baskara panik "hubungi dokter sekarang! cepat!" lalu membawa ibunya ke kamar.
semua orang mengikuti ke kamar nenek dan saat dokter memeriksanya Baskara menarik Aidan menjauh.
PLAKKK
satu tamparan ayahnya mendarat di pipi Aidan "dasar anak tidak tahu diri! apa kau ingin mengorbankan nyawa anak dan nenekmu demi kekasihmu itu ha?" ucap Baskara dengan penuh emosi pada Aidan
Soraya yang datang menghampiri memegang tangan suaminya itu " berhenti menyalahkan Aidan, apa situasinya belum cukup kacau" ucapnya menenangkan
Baskoro menepis tangan istrinya dan berucap " sebaiknya kau berdo'a agar ibu baik-baik saja kalau tidak aku akan mendepakmu dari keluarga Lakes-wara" Aidan hanya bisa terdiam mendengar ucapan ayahnya itu
setelah beberapa waktu, akhirnya nenek sudah sadar. sebenarnya masalah kesehatan nenek tidak ada yang serius, dia pingsan karena marah dan emosional saja.
"nenek baik-baik saja?" tanya Ayana khawatir
"aku baik-baik saja, Ayana pergilah temani Barra" balas sang nenek
"baiklah, nenek juga harus istirahat" ucap Ayana
Aidan memelototi Ayana saat dia keluar melewatinya. Ayana masuk ke kamar Barra dan melihat putranya sedang menggambar
"kamu bisa istirahat dulu, aku akan mengurus Barra" ucapnya pada pengasuh Barra
"baik nyonya, terimakasih" pengasuh Barra keluar dari kamarnya
"ibu, lihat ini,,,aku menggambarmu, ini mirip tidak dengan ubu?" tanyanya tersenyum
"eemmm,,,,,kelihatanya mirip coba diwarnain, ibu mau lihat"
sambil mewarnai gambarnya, bocah itu kembali bertanya "ibu, kenapa nenek memarahi ayah? tadi Barra melihatnya?" tanya nya penasaran
"nenek buyut marah karena ayah pulang terlambat, lain kali Barra tidak boleh memikirkan urusan orang dewasa ya" Ayana menjelaskan pada anaknya itu
"Barra udah dewasa, Barra ingin melindungi ibu" sambil memperlihatkan otot kedua tangannya yang sama sekali belm terlihat.
"ibu sangat menunggu hari itu, Barra. ibu ingin melihat anak ibu tumbuh dewasa" ucapnya tanpa terasa Ayana mengeluarkan air mata.
'ibu jangan menangis, aku sudah kuat ibu tidak perlu menunggu aku dewasa" ucap Barra
saat Ayana akan memelik Barra, pintu kamar terbuka memperlihatkan sosok Aidan berdiri di ambang pintu.
"Ayana, keluarlah aku ingin bicara" ucapnya
"tapi ayah, Barra masih ingin ditemani ibu" rengeknya
"Barra warnai gambarnya dulu. nanti ibu kasih nilai oke?" bujuk Ayana
Ayana mengikuti Aidan keluar dari kamar Barra dan masuk ke dalam kamar mereka
"kunci pintunya" titahnya
"apa yang terjadi bukan salahku, aku benar-benar tidak tahu kenapa nenek bisa mengetahuinya" Akhirnya Ayana membela dirinya
"aku belum mengatakan apa-apa, kenapa kau harus menjelaskannya dengan tergesa-gesa" ujar Aidan
aidan berjalan mendekati Ayana yang membuatnya sedikit gugup
""Aidan,,,,"
dengan cepat Aidan menarik Ayana dan mendekapnya erat-erat ketika dia ingin keluar dari kamar.
"ingin pergi ke mana hmm?" tanyanya
"menurutku tidak ada yang perlu dibicarakan lagi, lepaskan aku" jawabnya
Aidan mengangkat dagu Ayana agar menatapnya "apa yang kau lakukan?!" ucap Ayana
"bukankah kamu sudah merencanakan seribu cara atau bahkan lebih agar aku menyentuhmu? jangan berpura-pura lagi, itu membosankan mari kita lakukan sekarang" ucap Aidan kesal
"Aidan kamu bajingan! lepaskan aku" ucapnya sambil memberontak.
"melepaskanmu? bukankah ini yang kamu inginkan? aku membantumu, sekarang bagaimana aku bisa melepaskanmu begitu saja" ujarnya
Ayana mengalungkan tangannya ke leher Aidan ketika suaminya itu tiba-tiba menggendongnya.
"kenapa kau memeluku begitu erat, jika kamu tidak ingin melakukannya" ejeknya
Ayana mencengkram kerah baju Aidan "lepaskan aku brengsek!"
Aidan membawa Ayana dan melemparkannya ke tempat tidur, saat istrinya hendak mencoba bangun tubuh Audan dengan cepat menekannya ke ranjang hingga dia tidak bisa bergerak.
Aidan, jangan seperti ini. ayo kita bicara baik-baik" ucapnya yang mulai ketakutan
bukannya menjawab Audan malah menarik kedua tangan Ayana dan menjepitnya di atas kepala, sejenak dia memandang istrinya dengan tatapan dinginnya.
"kamu menginginkan anak lagi kan? kalau begitu biarkan aku memenuhi keinginanmu?" ucapnya
Aidan mulai melepaskan pakaian yang dikenakannya
Aidan, kamu tidak bisa melakukan ini! biarkan anu pergi, biarkan aku pergi!,,," Ayana berteriak dan meronta melihat pakaiannya dilepas satu persatu oleh suaminya.
ibu jarinya mengusap pipi Ayana yang basah oleh airmatanya, "apa kau yakin aku ingin berhenti? apa kamu tidak ingin menyelamatkan anak kita? apa kamu ingin dia mati?"
Ayana akhirnya tersadar, dia berhenti bergerak dan terbaring lemas dibawahnya.
Aidan, aku belum siap setidaknya jangan seperti ini, ini pemerkosaan" isaknya lemah
"tidak perlu bersiap untuk melakukan hal semacam ini, kamu pasti sudah menyiapkannya terlalu lama untuk menyambut kepulangan suamimu ini kan?" ujar Aidan
"Ssshhhh....akhhhh...pelan-pelan Aidan, sakit..."
"tahan saja dan nikmati hentakan suamimu ini"
"tapi kau kasar, ini sakit"
"Mmpphhhh" bibir Aidan membungkam bibir istrinya yang berisik itu.
"sudah Aidan, aku tidak kuat lututku sakit" ujar Ayana
"aku bilang tahan!" sentaknya
"Argghhhhh" erangan Aidan ketika sudah sampai pada puncaknya.
.
BERSAMBUNG.......................!!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments