"Aku hamil dan kau seratus persen ayah dari bayi yang kukandung, Crish."
Kalimat Sofia beberapa hari lalu sukses mengendap dalam pikiran Crish bahkan sampai hari ini. Hari dimana ia akan segera mengucap janji suci pernikahan bersama sang kekasih yang bernama Ivy Blake.
Tidak mungkin Sofia hamil anakku, bukan? Kami hanya melakukannya satu kali, dia pun memiliki seorang suami. Ya, aku yakin bayi itu hasil Sofia dan suaminya.
Pria yang sudah mengenakan outfit tuxedo lengkap itu membatin sedang membatin gusar seraya mematut diri di depan cermin. Segala tentang Sofia memang selalu berhasil mengalihkan atensinya. Crish begitu mencintai Sofia dengan seluruh jiwa dan raganya. Namun, sayang. Sang pria harus mengalami kepedihan yang teramat menyesakkan sejak Sofia memutuskan untuk meninggalkannya secara sepihak dan menikah dengan pria lain.
"ARGH!"
Crish yang tengah berada di fitting room mengusak frustrasi rambutnya. Tanpa disadari, aksinya mengundang atensi sang make up artist yang merespon dengan raut keheranan. Crish lantas meminta maaf atas sikap dadakannya dan segera membenahi sikap serta penampilannya lagi.
Ini semua akibat ulahmu yang meninggalkanku tanpa sebab, Sof. Maaf, aku akan menghapus tentangmu untuk selamanya.
...***...
"Woah, Ini bukan mimpi, kan?" celetuk Sofia terkesiap, netranya bahkan berhenti berkedip sembari memandang ke layar ponsel.
"Kau kenapa, Sof?" tanya Lena yang tak kalah antusias.
"Lihat ini, Len!"
Sofia mengulurkan ponselnya kepada Lena. Gadis itu pun langsung menelaah dengan saksama apa yang terpampang di sana.
"Woah! Selamat, Sof. Kau berhasil mendapat pekerjaan, yeay!"
Lena spontan mengeluarkan teriakan euphoria, tangannya menggenggam tangan milik Sofia untuk mengajaknya melakukan gerakan melompat kegirangan.
"Tunggu, tunggu." Sofia terpaksa harus menjeda aksi kesenangan Lena. "Maaf, Len. Aku sedang hamil. Kau ingat apa yang dokter katakan mengenai larangan bergerak secara berlebihan, bukan?"
Seketika, Lena tersentak merasa bersalah. Diiringi air muka polosnya, sang sahabat segera meminta maaf seraya mengelus penuh hati-hati perut Sofia. "Maafkan tantemu ini ya, Adik Bayi." Lena menirukan suara bocah kecil saat mengelus perut Sofia. Aksinya sontak membuat wanita hamil itu tertawa gemas.
"Jadi, kapan kau akan diwawancara?" tanya Lena penuh binar di matanya.
"Lusa. Maukah kau meminjamkan baju untuk wawancara? Aku tidak memiliki baju formal," pinta Sofia sedikit canggung.
"Tentu saja. Kau boleh meminjam baju manapun yang kau suka."
Tanpa menyia-nyiakan waktu, kedua sahabat segera melakukan persiapan dari mulai mencari tahu perusahaan yang hendak mewawancarai Sofia.
Lena tak hentinya bercicit antusias sembari mengeluarkan seluruh koleksi lemari untuk dicoba oleh sahabatnya saat interview nanti. Bebeda dengan Lena, Sofia memilih fokus membaca profil tentang Baldwin Enterprise.
...Baldwin Enterprise merupakan Perusahaan yang bergerak di bidang produksi dan penjualan perhiasan mewah dengan nama brand Taipun & Co. Perusahaan ini secara turun temurun dikelola oleh keturunan langsung salah satu pengusaha terkaya di tanah air yakni keluarga Baldwin. Saat ini, saham terbesar dipegang oleh putra bungsu Joseph Baldwin yang sekaligus adalah CEO Baldwin Enterprise, Jayden Baldwin [24 tahun]. Ia baru saja resmi diangkat menggantikan posisi sang ayah, CEO sebelumnya....
"Wow! Ceo Baldwin masih terlihat sangat muda. Aku berani menjamin bahwa dia dipaksa untuk segera menggantikan tahta ayahnya seperti kebanyakan konglomerat lainnya," celetuk Sofia sembari masih mengulir layar ponsel.
"Apa kau bilang? Baldwin?" Lena menghentikan sejenak kegiatannya. Netra gadis itu terperangah menatap Sofia.
"Ada apa, Len? Mengapa kau menatapku seperti itu?"
"Kau sebaiknya berhati-hati dengan pria bernama Jayden Baldwin, Sof. Jika perlu, kau tidak usah interview di sana." Air muka Lena mengkerut khawatir seraya menasehati Sofia.
Bukan tanpa alasan Lena memperingati sahabatnya itu. Ia bertutur bahwa ada dua orang temannya yang melamar pekerjaan di sana, akan tetapi keduanya berakhir dipecat serta dipermalukan. Dalam dunia kerja, Jayden Baldwin terkenal dengan sebutan CEO muda yang kejam. Meskipun begitu, Jayden juga dikenal CEO cerdas serta menorehkan prestasi yakni menaikkan profit perusahaan setiap tahunnya.
"Beruntungnya, temanku itu diterima masuk ke perusahaan tempat aku bekerja sekarang," tutur Lena lagi. Lena merupakan staf akuntansi sebuah perusahaan bernama Gas Alam Corp. yakni perusahaan yang bergerak di bidang sumber daya alam berupa gas. Lena dimutasi dari luar pulau ke kantor pusat yang berada di ibu kota. Maka dari itu, ia bisa bertemu lagi dengan Sofia.
"Terima kasih atas peringatannya, Len. Tapi aku ingin mencobanya. Hanya Baldwin Enterprise yang memanggilku dari sekian CV yang kumasukan ke laman online." Sofia dengan sopan mengeluarkan beda pendapat sebagai respon atas peringatan sahabatnya itu.
Apa boleh buat, Lena hanya bisa pasrah dan mengikuti keputusan bulat Sofia. Ia berharap bahwa sahabatnya diperlakukan dengan baik oleh calon atasannya nanti.
...***...
Baldwin Enterprise.
Mengenakan atasan blouse garis salur hitam putih berlengan 7/8 serta celana panjang hitam yang dipinjam dari Lena, Sofia datang menghadiri panggilan interview.
Seorang staf wanita langsung mengarahkan Sofia ke sebuah ruangan cukup besar yang di dalamnya berisi meja membentuk huruf U lengkap dengan beberapa kursi mengitari layaknya sebuah ruangan yang biasa digunakan untuk mengadakan meeting.
"Ekhem! Kau Sofia Wilson?" Seseorang melesat cepat masuk ke dalam ruangan sembari menyapa dingin Sofia. Sosok itu segera mengambil posisi duduk menghadap sang puan.
"Uhm, benar. Aku Sofia."
"Aku sudah membaca CV-mu. Kau tidak terlalu berpengalaman tapi berani memasukkan lamaran pekerjaan di perusahaanku," cecar Jayden terdengar mencemooh. Nyatanya, sang CEO sendiri yang secara langsung mewawancarai Sofia.
What! Apa dia sedang mencemoohku?
Netra Sofia berubah sengit menatap Jayden. Meskipun cukup tegar, Sofia nyatanya memiliki tabiat asli pemberontak dan boleh dibilang liar. Tipe manusia yang tak suka bila ranahnya diganggu tanpa sebab.
"Memangnya kenapa? Apa manusia sepertiku tidak boleh mencari pekerjaan?" sindir Sofia. Wanita itu sudah tak peduli apabila dirinya tidak lulus interview sekarang karena bagi Sofia harga diri di atas segalanya.
Berani sekali dia menimpaliku dengan sindiran. Tapi ... aku menyukai attitude-nya yang terlihat kuat. Hmm, kita lihat berapa hari kau akan bertahan di sini, Nona Wilson, Jayden membatin licik seraya mengamati Sofia dengan saksama.
"Baiklah, kau mendapatkan poin," cetus Jayden dengan nada tenang—berbeda dari beberapa detik yang lalu saat ia terang-terangan menyindir Sofia.
"A-pa maksudmu, Pak?"
"Selamat, kau diterima sebagai staf humas baru, Nona Wilson," tukas Jayden seraya menatap datar ke arah wanita bersurai cokelat tergerai indah.
"He?"
Sofia sontak tertohok dan tak percaya akan penerimaan dirinya begitu saja.
Ada apa dengan wawancara di perusahaan ini? Mengapa pria ini menerimaku begitu saja bahkan tanpa tes apapun selain pertanyaan basic?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments
teti kurniawati
benar-benar markotop.. saya harus banyak belajar nih dari author yg satu ini. Berbakat
2024-05-31
1
Sunflower_drm
"Dengan suspense yang terus meningkat, pembaca tidak sabar untuk mengetahui bagaimana cerita ini akan berkembang selanjutnya."
2024-05-10
3
Ciola
Pak Jayden ketus
2024-05-09
2