Felisa dan Rafif sudah berada di rumah Arina. Mereka ingin menyampaikan tujuan baik untuk melamar Arina, untuk menjadi istri kedua Rafif. Arina pun ikut duduk diapit kedua orang tuanya. Suasana di ruang tamu yang tidak cukup luas itu menambah ketegangan untuk mereka bertiga, apalagi mereka akan menyampaikan hal cukup serius, dan mungkin penuh pertentangan.
“Ini ada apa kok Nak Fea datang mendadak begini?” tanya Bu Mita, ibu Arina.
“Iya, ayah juga keget sama kamu, Fe. Tiba-tiba ayah kedatangan tamu istimewa sekali, Felisa dengan suaminya, siapa tadi namanya?” tanya Pak Torik.
“Rafif, Pak,” jawab Rafif.
“Oh iya, Nak Rafif, ayah lupa padahal baru disebut siapa namanya,” ucap Pak Torik.
Felisa dan Rafif masih terdiam, mendengarkan Pak Torik cerita soal kedekatan Felisa dan Arina dulu saat masa-masa di MA. Mereka sudah seperti kakak beradik, setiap hari bersama, mau ke mana pun mereka selalu bersama.
“Sedekat itu kalian?” tanya Rafif pada Arina dan Felisa.
“Ya begitu, Mas,” jawab Felisa.
“Ini kok tiba-tiba Nak Felisa datang, ada apa sebetulnya?” tanya Bu Mita.
“Ehm ... begini ibu, ayah, maksud kedatangan saya dan suami, untuk menyampaikan beberapa hal yang kemarin sempat kami bicarakan dengan Arina juga di Jakarta,” jawab Felisa.
“Hal apa itu?” tanya Pak Torik.
“Jadi, maksud kedatangan Felisa ke sini, karena Felisa ingin melamar Arina, untuk menjadi istri kedua Mas Rafif, yaitu suamiku, Yah, Bu,” jawab Felisa.
Bu Mita dan Pak Torik terhenyak seketika saat mendengarkan jawaban Felisa. Beliau tidak menyangka, kalau Felisa menginginkan Arina menjadi madunya. Mereka tidak percaya Felisa mengatakan hal seperti itu. Mengingikan putrinya untuk menjadi adik madunya. Keberatan! Jelas sekali mereka merasa keberatan dengan pernimataan Felisa. Tidak ada orang tua yang sanggup melihat anak gadisnya menjadi istri kedua. Meski dengan restu dan permintaan dari istri pertama.
Tidak ingin sekali anaknya tersakiti karena menjadi madu di tengah-tengah pernikahan orang lain. Kadang menjadi istri satu-satunya saja banyak sekali permasalahannya, apalagi menjadi istri kedua? Jelas akan ada banyak permasalahan yang menimpannya.
“I—ini bagaimana bisa kamu meminta anak ayah untuk menjadi madumu, Nak?” tanya Pak Torik.
“Umur Felisa tidak lama lagi, Yah. Hanya menunggu anak Felisa lahir saja mungkin. Felisa ingin Mas Rafif memiliki istri lagi, untuk menjadi pengganti Felisa, sebelum Felisa benar-benar pergi. Dan, Felisa hanya ingin Arina yang menjadi istri Mas Rafif, apalagi Arina pernah lama menjalin hubungan dengan Mas Rafif saat kuliah, meskipun Arina tidak menjalin hubungan dengan Mas Rafif saat dulu, Felisa juga tetap ingin Arina yang menjadi istri kedua Mas Rafif,” jelas Felisa.
Arina hanya diam, terpaku duduk di tengah kedua orang tuanya. Bagaimana pun Arina sangat menyayangi Felisa. Apalagi sudah puluhan tahun dirinya baru bertemu Felisa, dan bertemu dalam keadaan yang memilukan, Felisa sedang sakit keras, dirinyalah yang mengobati Felisa.
“Arina, benar kamu dulu memiliki hubungan dengan Nak Rafif?” tanya Pak Torik.
“Iya, Yah, dulu saat Arina sedang kuliah, hubungan kami selesai saat Rafif memutuskan untuk menerima perjodohan,” jelas Arina.
Arina memang sangat tertutup soal kisah percintannya dengan Rafif dulu. Arina rasa belum saatnya ia memberitahukan kedua orang tuanya tentang Rafif saat dulu menjalin hubungan. Itu semua karena dirinya ingin cepat selesai kuliahnya. Arina sadar kuliah kedokteran tidak murah, apalagi ia tahu ayah dan ibunya bukan orang tua yang memiliki harta banyak. Untung saja Arina kuliah dengan beasiswa jadi kedua orang tuanya semangat untuk menguliahkan Arina, karena hanya membiayai hidup Arina selama ngekost.
“Lalu apa kamu akan menyetujui keinginan Felisa, Nak?” tanya Pak Torik.
“Kalau ayah ridho Arina jadi istri kedua, Arina menerimanya, Yah,” jawab Arina.
“Felisa ... tidak ada poligami yang tidak menyakitkan. Tiga insan yang hidup dalam satu ikatan pernikahan, pasti ada yang saling tersakiti, bahkan ketiganya sama-sama sakit saat menjalaninya,” tutur Bu Mita.
“Felisa ikhlas, Bu. Felisa memang sudah memikirkan ini jauh-jauh hari,” jawab Felisa.
“Rin, apa kamu akan menerimanya?” tanya Bu Mita pada putri bungsunya itu.
“Kalau ibu mengizinkan, dan ibu meridhoi, Arina menerima apa yang Felisa kehendaki, Bu,” jawab Arina.
“Yah, Bu, Felisa mohon restui tujuan baik kami ke sini, ini semua demi untuk ke depannya. Felisa juga tidak mungkin mencari perempuan sembarangan di luar sana, Felisa yakin Mas Rafif pun akan menerima Arina, begitu juga dengan Arina. Mereka sudah sama-sama saling mengenal, bahkan sebelum Mas Rafif mengenalku, Mas Rafif lebih dahulu mengenal Arina,” jelas Felisa.
“Ibu sebetulnya kurang berkenan, Fe. Kenapa bisa seperti ini? Ibu ya inginnya Arina mendapat laki-laki yang hanya utuh milik Arina, tidak berbagi. Tapi, mau bagaimana lagi, Arina memutuskan untuk mau, dan ibu juga tahu siapa kamu. Jadi semua keputusan ada pada ayah, kalau misalkan Arina setuju, Arina mau, ibu juga restu, tapi tetap harus ayah yang memutuskan, karena ayah walinya Arina,” ucap Bu Mita.
“Ayah merestuinya, kalau pernikahan Arina adalah pernikahan yang sah, bukan pernikahan yang hanya status dalam lingkup agama saja. Meskipun Arina istri kedua, Ayah minta Arina menjadi istri sah yang diakui dalam hukum yang berlaku di negara kita,” pinta Pak Torik.
“Saya akan menikahi putri bapak, sesuai keinginan istri saya. Bahwa saya akan menikahi Arina secara sah sesuai agama dan hukum negara soal perkawinan,” jawab Rafif tegas.
“Baik, ayah merestuinya,” ucap Pak Torik. “Namun, seperti yang tadi ibu bilang, tidak mudah hidup dalam satu atap tiga nyawa, atau poligami. Adil itu yang paling utama,” tutur Pak Torik.
“Insya Allah saya akan adil dengan Arina dan Felisa, Pak,” ucap Rafif.
Rafif sebetulnya tidak siap bahkan tidak sanggup menikahi Arina. Tapi, Felisa terus mendesaknya, dan mau tidak mau Rafif harus menikahi Felisa, apalagi melihat keadaan Felisa yang sudah tidak bisa diharapkan lagi untuk sembuh. Karena sebelum Felisa mengunjungi rumah orang tua Arina, Felisa diperiksa oleh dokter terbaik dari Jerman, beliau salah satu dokter yang sedang bertugas di Jakarta dalam satu bulan ke depan, beliau adalah dokter khusus yang menangani pasien yang sakitnya sama dengan Felisa.
Dengan berat hati Rafif mengabulkan permintaan istrinya. Mau bagaimana lagi, ia takut itu adalah permintaan istrinya yang terakhir.
Setelah Rafif dan Felisa menemui kedua orang tua Arina, kini kedua orang tua Rafif dan kedua orang tua Felisa menemui kedua orang tua Arina untuk melamar Arina menjadi istri dari Rafif. Lamaran berjalan dengan lancar, meskipun Rafif masih belum bisa menerimanya. Pesta pernikahannya akan segera diadakan satu minggu lagi. Felisa meminta pada mertua dan orang tuanya untuk membuat pesta pernikahan Rafif dan Arina seperti pesta pernikahannya dulu. Dia tidak mau membedakannya, karena ia ingin Arina juga merasakan pengantin yang sesungguhnya meskipun dia menjadi istri ke dua.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 25 Episodes
Comments