...----------------...
"Maysarah, bisa kita berbicara sebentar?" Muntaz meminta waktu kepada sang kakak ipar yang kini tengah menundukkan pandangannya.
"Mau berbicara tentang apa? Jika soal lamaran yang datang. Saya tidak ada waktu untuk membahasnya. Berulang kali sudah saya tegaskan! Untuk sekarang pernikahan bukanlah kehidupan yang ingin saya arungi," ujar May tegas, tangannya memilin hijab syar'i yang ia kenakan.
Muntaz menghela napas kasar. Berbicara dengan Maysarah bukanlah perkara hal yang mudah.
"Seharusnya kamu mengatakan hal itu kepada Ayah, sehingga Beliau tidak lagi menerima semua lamaran dari laki-laki yang ingin meminang mu." Muntaz menyodorkan map yang sudah pasti berisi data diri seorang pria. Setelah May mengambilnya, Muntaz berjalan menjauhinya.
Namun, baru beberapa langkah pria dewasa bertubuh atletis itu melangkah, ia mendengar celetukan Maysarah.
"Ayah sudah tahu, tetapi lelaki tua itu, selalu berharap pernikahan dapat menyempurnakan kebahagiaanku. Tanpa dia sadari, kalau tolak ukur sebuah kebahagiaan tidak dapat dinilai dari kehidupan pernikahan!"
Muntaz berbalik guna menatap wajah teduh sang kakak ipar. Sedangkan Maysarah menatap lurus pada halaman rumah utama danau buatan, ia sama sekali tidak melirik suami Mahira. Seringkali tanpa sadar Muntaz mengagumi keindahan yang terletak pada seorang Maysarah Rahardian.
Wanita cantik yang selalu berbalut busana muslimah tertutup sempurna. Ketegasan pada setiap kata yang keluar dari bibirnya terkadang mampu membuat seorang Muntaz Abraham terkesima.
Jika Mahira seperti cahaya mentari pagi hari, memberikan kehangatan dalam kehidupan gersang seorang Muntaz Abraham yang sudah sebatang kara. Lain halnya dengan sosok Maysarah yang sangat misterius. Wanita mandiri berpendirian teguh, tak terbawah arus perkembangan zaman.
May sangat pendiam, hanya berbicara jika ditanyai ataupun ada sesuatu yang penting saja untuk diutarakan, selebihnya Maysarah akan menyibukkan diri dengan melukis sebagai pekerjaan sekaligus hobinya. Dan mengurus yayasan sekolah gratis yang dia dirikan bersama beberapa orang aktivis peduli anak jalanan.
Maysarah seperti memiliki dunia sendiri, yang sengaja ia ciptakan hanya untuk dirinya tinggali. Maysarah seperti sinar lembut rembulan malam. Ia tidak secerah sinar matahari, tidak juga seceria Mahira, tetapi kehadirannya mampu memberikan ketenangan bagi jiwa yang tengah di landa kegelisahan.
***
Maysarah membuka kenop pintu kamarnya. "Mahira, sudah berapa kali aku peringatkan! Jangan pernah makan sesuatu di atas kasur!" May melangkah mendekati ranjang tempat dimana Hira sedang rebahan sambil memakan keripik kentang.
"Iss ... dirimu gak asyik banget, May. Beda ma Muntaz, yang selalu memaklumi dan mendukung segala sifat dan tingkah lakuku!" Hira mencibir May seraya bangun dari pembaringan. Matanya menatap jengah kakak kembarnya, mengibaskan telapak tangannya yang lengket bumbu keripik. "Sebenernya salahku apa sih, May? Mengapa kau berubah drastis. Sampai aku tak bisa lagi mengenalimu?"
"Jangan tanya padaku tentang perubahan nyata yang kau lihat, tapi tanyakanlah pada dirimu sendiri. Apa yang dapat membuat seseorang yang semula begitu peduli, berubah menjadi begitu acuh bahkan selalu menghindari." May membalas ucapan Hira seraya membuka hijab dan ikat rambut yang ia kenakan, tergerai-lah rambut ikal sepunggungnya yang indah.
"Kau gak salah menilai 'kan, May? pernyataanmu seolah-olah menuduhku yang membuat hubungan persaudaraan kita kian hari semakin merenggang!" Hira memekik kecil sembari melipat tangan di dada. Dia tidak terima atas apa yang May katakan.
"Egois kau, May!" Hira berjalan ke arah pintu kamar. Hatinya memanas, buliran kristal sudah menggenang di pelupuk matanya. Belum sempat tangannya mencapai handle pintu ....
"Kau benar, Hira. Aku memang egois! Saking egoisnya sampai-sampai aku gak bisa berbuat sesuka hatiku! Tidak bisa menghabiskan uang puluhan juta hanya untuk membeli sesuatu demi memuaskan jiwa sosialita ku. Bahkan untuk memiliki sesuatu barang yang baru saja, aku harus terlebih dahulu menunggu sedekahan dari seseorang." May menghapus airmata yang mengalir di pipinya. Ia membalikkan tubuhnya guna berhadapan dengan Hira.
"May, bukan itu yang aku maksud."
"Terus kalau bukan itu apa, Hira? Belum cukupkah selama 7 tahun dirimu menjadi prioritas semua orang? Apa masih kurang segala kemewahan, kemudahan dan limpahan kasih sayang yang selama ini kau dapatkan dari semua orang, Hira!?" sesak dada May semakin menjadi, tenggorokannya kian tercekat kala mengingat kehidupannya selama tujuh tahun belakangan ini.
"Asal kau tahu, May. Aku gak pernah minta diistimewakan, gak juga mau melimpahkan semua tanggung jawab pada dirimu. Mereka lah yang selalu memberikan perhatian serta perlakuan lebih ke diriku. Lantas, apa semua itu salahku!?" Hira menghela nafas panjang, jari telunjuknya ia acungkan pada wajah sang kakak.
"Tidak Hira, dirimu tidak pernah salah! Sebab, tuan Putri keluarga terpandang Rahardian selalu benar. Jikapun ada yang salah, akulah si pemeran figuran yang wajib disalahkan dan dimintai pertanggungjawaban!" May menatap sendu wajah adiknya, dapat ia lihat kilat amarah dalam mata berwarna hazel itu.
"Tolong sekarang keluarlah! Aku ingin segera membersihkan badan. Jangan sampai nanti aku dituduh menjadi alasan penyebab terlambatnya makan malam." May melangkah memasuki kamar mandi, tak lagi menghiraukan Hira yang masih berdiri mematung.
Hira mengepalkan kedua telapak tangannya. Ia selalu membenci situasi ini, entah kapan pastinya hubungan mereka yang dulu sehangat musim semi menjadi membeku seperti butiran salju.
***
"Aku ingin bercerai dari, Muntaz," Hira mengutarakan keinginan yang sudah lama ia pendam.
"Kali ini aku sungguhan ingin bercerai, bahkan aku sudah menyewa seorang pengacara profesional." Mahira menjatuhkan sebuah map berlogo tulisan pengadilan agama di atas meja.
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments
Indah Dewi
Berawal dari kagum nanti jadi ♥️ lagi
2024-05-22
1
Yuli a
kenapa sih minta cerai mulu... kurang apa suami nya...??? udh good looking, good rekening, good atitude... kurng apa lg coba... ksih syang berlimpah.. ruah.. smpk mluber luber... gk satang th diceraiin...🤣🤣🤣
2024-05-06
1
Titik Kedua
Ko gitu kamu Muntaz? Kakak iparmu itu, he ...
2024-05-06
1