Rewrite You!
Di suatu masa di pinggiran kerajaan, hiduplah seorang anak laki-laki yang terlihat sangat manis. Anak berumur 2 tahun yang hidup dengan berkecukupan. Rambutnya pirang pucat yang lurus terlihat begitu lembut saat berkibaran ketika anak itu berlari-larian. Mata merahnya memancarkan pandangan yang sangat lembut selayaknya seperti para anak kecil yang masih tak berdosa.
Dia adalah seorang anak kecil yang benar-benar begitu bahagia. Dia mempunyai seorang ayah yang begitu tegas tetapi mempunyai jiwa seorang penyang. Rambut pirang pucatnya yang sangat halus itu, ia dapatkan dari ayahnya yang menjadi seseorang yang selalu ia kejar.
Ia juga mempunyai seorang ibu yang kebaikan dan ketulusannya seluas dan sedalam samudra. Mata merahnya yang sangat berkharisma itu, ia dapatkan dari ibunya yang tangannya selalu memeluknya dengan sangat hangat dan penuh cinta kasih.
Anak kecil itu begitu bahagia dan menikmati hidupnya yang sederhana. Setidaknya, itu lah yang ia rasakan sampai suatu ketika sang ayah yang merupakan seorang Baron rendahan dan yang seharusnya menjadi pria dewasa bermartabat yang menjaga mereka berdua malah memutuskan untuk menjual sang ibu yang ia cintai kepada seorang bangsawan berpangkat tinggi di kerajaan. Yang terakhir dia ingat tentang sosok ibunya adalah saat ibunya diseret keluar dari rumah dan tak kunjung kembali.
Selamanya mungkin anak kecil itu tidak dapat lagi disambut dengan senyuman hangat ibunya saat ia baru saja terbangun dari tidurnya. Ia telah kehilangan wangi bunga khas ibunya yang selalu membelai di setiap waktu ketika ia membutuhkan kehangatannya.
Setelahnya, sang anak kecil tersebut kini hanya tinggal berdua dengan ayahnya yang telah berubah dari ksatria penjaganya menjadi seorang pria dewasa tukang mabuk yang sangat kejam. Bahkan rumahnya yang dulu selalu bersih kini semakin kotor dan tak lagi terurus dengan baik.
Sinar pandangannya yang dulu pernahpenuh harap akan masa depannya kini telah menghilang dan memudar. Wajah manisnya berubah menjadi wajah penuh kesuraman seakan ia mengerti bahwa ia hanya bisa berputus asa saat ini.
Sambil memeluk kakinya yang kotor dan penuh luka, anak suram itu duduk di pojok ruang tengah dirumahnya. Tubuh kecilnya yang semakin kurus terus bergemetar tanpa henti. Mata kecil merahnya yang masih belum banyak melihat kenyataan dunia memandang ayahnya yang baru kembali ke rumah dengan begitu ketakutan hingga hampir menangis. Mungkin bagi anak tersebut ayahnya yang dulu menjadi pahlawannya kini telah menjelma menjadi seorang iblis berhati dingin.
“Kenapa? Kenapa kau memandangiku dengan begitu?” Tanya sang ayah pada putra kecilnya tersebut.
Anak kecil itu tidak berani untuk mengatakan apapun. Ia telah belajar bahwa melawan hanya akan membuatnya dipukul dengan jauh lebih mengerikan. Jadi, dia hanya bisa terus memandangi ayahnya dengan bola matanya yang berwarna merah darah.
“Siapa yang memberimu izin untuk memandangiku dengan matamu itu?
Mata yang sama dengan wanita murahan itu!” Bentak sang ayah.
Sang ayah mencengkram leher anaknya dan mengangkatnya tinggi. Dari tatapan matanya yang berwarna biru langit itu nampak sangat jelas kebenciannya pada putranya sendiri.
“Kau juga sama saja dengan ibu mu si wanita murahan yang mempunyai pria lain selain aku! Aku bahkan tidak bisa lagi percaya bahwa kau memang anak kandungku!” Bentak sang ayah.
Sang ayah dengan tanpa berbelas kasih terus menerus meluapkan amarah dan emosinya yang meluap-lupa pada putra kecilnya tersebut. Memarahinya, menamparnya, memukulnya hingga menendangnya dengan keras.
Anak sekecil itu sudah harus menderita dalam kehidupannya. Sekarang rumah sederhana dipinggiran hutan yang tadinya dipenuhi dengan keceriaan dan kebahagian telah berubah menjadi neraka dunia yang terasa menyesakkan.
Memar dan lebam dengan berbagai warna telah mewarnai tubuhnya. Sekarang tubuh anak itu telah dipenuhi dengan luka baru dan luka lama yang sudah tak terhitung lagi jumlahnya. Dia berusaha untuk menahan semuanya seorang diri. Tidak, dia tidak berusaha sekeras itu. Dia terpaksa harus menahannya seorang diri. Dia tidak punya pilihan lain.
Satu-satunya harapan yang masih tersisa adalah bahwa mungkin suatu hari nanti, entah kapan itu ibunya akan kembali dengan senyuman hangatnya, memeluknya kembali dengan penuh cinta kasih.
Dan Dewa Vattarius menjawab sedikit cercah harapan tersebut dengan cepat. Di suatu pagi ketika saat anak kecil itu duduk sendirian di dalam rumah sembari menunggu ayahnya kembali ke rumah tiba-tiba saja pintu rumahnya terbuka. Awalnya ia merasa takut dan bersiap untuk dimarahi atau dipukuli lagi. Dia memejamkan mata sampai akhirnya keheningan membuatnya sadar bahwa yang ada di ambang pintu masuk rumahnya bukanlah sosok ayahnya.
Ya, sang ibu yang bagaikan malaikat kini sedang berdiri di depan matanya dengan linangan air matanya yang penuh cinta kasih.
“Clyde... Apa yang terjadi padamu?”
Setelah 4 tahun lamanya, kini anak kecil itu dapat mendengar kembali suara ibunya yang begitu lembut. Anak itu langsung memeluk erat ibunya yang hangat itu dengan tubuh kecilnya yang penuh luka. Ia menangis dengan kencang dalam dekapan pelukan hangat sang malaikatnya yang tak bersayap. Hatinya yang dipenuhi dengan badai kini mulai tenang. Dengan otaknya yang belum berkembang sempurnya, anak itu berpikir bahwa kesakitan dan penderitaannya bertahun-tahun kini sudah berakhir.
“Oh... Anakku yang malang...” Ucap sang ibu dengan berderai air mata.
Tangan halusnya mengusap semua bagian tubuh anaknya yang terlihat sangat sakit. Anak itu menangis tak berhenti saat ibunya menyentuh setiap inchi luka-lukanya. Bukan karena merasa sakit tapi, ia merasa bahagia karena rasa sakit saat lukanya tersentuh dengan tangan lembut itu membuatnya yakin bahwa ibunya memang ada di hadapannya.
“Isabella! Kamu telah kembali?” Tanya sang ayah saat melihat istrinya tersebut berada di dalam rumahnya lagi.
Dengan cepat sang ayah berlari masuk ke dalam dan mendekap keluarga kecilnya tersebut. Dengan tangannya yang besar ia merangkul istri dan anaknya sekaligus. Mereka bertiga berpelukan dan seolah harapan baru telah tiba untuk sang anak kecil yang telah menderita selama 4 tahun ini. Kehangatan ini membuat sang anak semakin yakin bahwa kini akan ada kebahagiaan lagi yang datang pada hidupnya. Ini terasa seolah-olah penderitaannya selama 4 tahun hanyalah mimpi buruk yang telah berakhir.
“Terimakasih karena kamu telah kembali, Isabella. Aku tidak pernah menyangka bahwa aku dapat melihatmu kembali dan hari ini kita kumpul bertiga lagi seperti ini akan tiba.” Ucap sang ayah dengan derai air mata yang juga mengalir dari matanya yang selalu terlihat tajam.
Namun, kisah ini tidaklah seindah yang terpikirkan saat mereka berpelukan dengan haru. Kehangatan semu itu hanyalah awal bab baru dari kisah tragis sang anak kecil yang masih belum sembuh dari luka-lukanya. Takdir tragis
yang tidak pernah ia sangka akan segera tiba dengan diiringi api kecil harapannya. Kegelapan tidak pernah melepaskan tubuh kecilnya seinchi pun.
......................
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments
Nasa Wiko
penasaran lanjutannya, semangat author/Smile/
2024-05-02
1