Mengguncang Hati

Kalian ingat kan obrolan terakhir Riza dan Leo ? Yap. Saat ini mereka tengah dalam perjalanan mencari dan memastikan keberadaan Nathan.

Seperti yang mereka rencanakan, tujuan mereka saat ini adalah pemandian yang berada di selatan area perkemahan.

Benar saja. Semakin mereka mendekat, cahaya temaram terlihat muncul dari celah papan pemandian yang tak memiliki sumber listrik itu. Sepertinya di dalam sana ada yang menyalakan cahaya. Tampak seperti cahaya senter dari ponsel.

Hal yang lebih mengejutkan tak berhenti sampai disitu. Riza dan Leo sempat mendengar tawa kecil juga ucapan ‘nakal’ yang bagi mereka terasa menggelikan. Jelas sekali apa yang dilakukan orang-orang di dalam sana.

Cukup lama setelah Riza dan Leo tiba, Nathan dan Lia akhirnya terlihat keluar dari tempat itu. Tampak jelas mereka tengah dalam suasana hati yang sangat bagus.

Kalau saja Riza dan Leo tidak cepat berpindah tempat dari persembunyian mereka, mungkin Nathan dan Lia akan sadar jika mereka sebenarnya sudah dipergoki sedari tadi. Untung saja Riza dan Leo dapat berkamuflase dengan sangat halus.

“Gilaaa !” Riza geram

“Sabar, Bang” ucap Leo yang sebenarnya sama geramnya dengan Riza

Riza terdiam untuk sesaat. Isi kepalanya sedang ramai sekarang.

Gak, gak bisa. Gue gak bisa samperin mereka sekarang, batin Riza

“Le, Le. Gue minta tolong ke lu… Lu perhatiin mereka, deh. Kayaknya si Nathan blak-blakan kalo ke lu” kata Riza

“Iya, Bang. Tapi gue mah gak ngerti sama si Nathan dah” ucap Leo

Sepertinya akan timbul lagi sebuah obrolan yang panjang.

“Mang ngapa ?” Riza penasaran

“Lu tau gak ? Dia tuh awalnya ngebet banget ngejar si Hanna, Bang. Terus ke si Rayya juga pernah deketin. Tapi sirkel mereka tuh emang kayak ga tertarik gitu-“

“Hah ?” Riza memotong ucapan Leo

“Lo bayangin dah, Bang. Gue kan pernah diceritain sama si Vivi, katanya si Hanna pernah cerita, katanya gini… Saban waktu dia dichat, tiba-tiba diajak video call, bentar-bentar spam telpon, kirim-kirim pap random. Terus, baru lah udah ditolak tuh sama si Hanna. Eh, tau-tau dia jadian sama si Lia” Leo bercerita panjang sekali.

“Isshhh… ” kombinasi dari perasaan terkejut, kesal, dan rasa ingin memukul menyatu menjadi seringai tipis yang mengerikan.

Semua ini benar-benar diluar dugaan Riza. Dibalik sosok yang selalu terlihat gentle dan karismatik, sisi lain Nathan yang baru Ia ketahui itu membuatnya merasa tidak nyaman.

#

Kembali ke area perkemahan. Di sana banyak peserta perkemahan yang mengajukan diri dan berpartisipasi memeriahkan acara pentas seni. Ketua regu dan penanggung jawab jelas sangat sibuk dengan antusiasme peserta perkemahan.

Namun, karena pentas seni hanyalah acara hiburan, beberapa peserta juga ada yang memilih untuk beristirahat di tenda mereka.

Misalnya, Rayya. Ketika di luar sana peserta lain tengah asyik menyanyi dan menari bersama, dirinya dan dua orang temannya yang lain justru sibuk membereskan area tidur mereka.

“Dah, beres ! Lelah banget gue. Ngantuk” ucap Rayya sambil merebahkan tubuhnya

“Iya, badan gue juga udah pegel banget” sahut seorang temannya yang lain

Mereka sudah akan terlelap jika saja Lia tidak muncul secara tiba-tiba dan mengejutkan mereka.

“Gaesss… “ kata Lia, ”kok gak pada di sono ? Padahal kayaknya rame, deh”

“Ssttt…” bisik Rayya

“Ih, Lia. Apaan, sih. Berisik” timpal seorang temannya

“Dih. Orang gue cuma nanya. Geser, geser ! Gue juga pengen tidur aja, deh” desak Lia

“Yaelah. Riweuh amat, si”

“Bodo…” timpal Lia

Setelah itu, Lia merebahkan tubuhnya di tempat yang cukup dekat dengan Rayya.

Tak peduli dengan keributan kecil itu, Rayya akhirnya meraih earphone dan mulai memejamkan matanya.

Namun, belum sempat Rayya terlelap, dari arah belakang tenda muncul sosok yang sangat membuatnya terkejut.

Sosok itu sekilas tampak seperti Vivianne dan memasuki tenda dengan sangat tenang. Nyaris tanpa mengganggu teman-temannya yang berada di dalam tenda.

Tanpa aba-aba, sosok itu langsung mengambil tempat, memenuhi ruang antara Rayya dan Lia.

“Vivi ? “ gumam Rayya

Sosok itu sama sekali tidak bereaksi terhadap Rayya.

Karena keadaan tenda kala itu sangat kekurangan cahaya, Rayya hanya meliriknya sekilas dan berusaha mengabaikannya.

Rayya ingin sekali meyakinkan dirinya bahwa sosok di belakangnya ketika itu adalah benar Vivianne, sahabatnya.

Namun, atmosfer yang Ia rasakan sangat aneh dan membuatnya terjaga kembali. Terlebih ketika Rayya menyadari bahwa sosok yang mirip Vivianne itu semakin mempersempit jaraknya dengan Lia.

Gila. Panasnya… batin Rayya

Rayya akhirnya bangkit dan tanpa berkata apapun Ia memaksakan diri meninggalkan tenda.

Di dalam tenda sana, sosok yang terlihat seperti Vivianne itu tampak berpindah tempat dan kembali berbaring diantara gadis-gadis yang lain.

Rupanya, Lia menyadari hal itu dan terbangun karenanya.

“Ck. Tumben amat si Vivi gak ngikut ama si Rayya” Lia kemudian melempar pandangannya ke luar sana, “ tapi kayak seru deh pensinya. Nonton ah” gadis itu lalu berjalan meninggalkan tenda dan bergabung dengan teman setimnya yang berada di sana.

#

“Orang-orang kok gak ada capeknya” ucap Rayya ketika melihat keramaian acara pentas seni.

Berusaha untuk mengabaikan keramaian itu, Rayya hanya terus berjalan lebih dekat ke arah tenda Pembina. Ketika itu, Ia hanya berpikir untuk mencari tenda yang bisa menampungnya tidur, sebentar saja.

Posisi Rayya sekarang ini bisa sedikit terlihat dari tenda Regu C Putra di sebrang sana. Oleh sebab itu, Hanna dan Vivianne bisa langsung mengenalinya dan bergegas menghampirinya tanpa ragu.

“Dor” ucap Vivianne.

Sebenarnya, nada bicara Vivianne memang tidak terdengar mengejutkan. Namun, arah dari datangnya Vivianne lah yang sempat membuat Rayya kebingungan.

“Lo dari mana, Vi ? Bukannya lo tadi tidur di tenda ? ” Rayya terlihat sangat keheranan.

“Gue tidur di tenda ? Masa sih ? Orang gue abis nganter mommy ngegosip” balas Vivianne

Rayya masih berdiri membisu di sana. Ia masih belum mengerti apa yang sebenarnya terjadi kala itu.

“Ya, lo sehat ?” ceplos Hanna sambil menepuk pundak Rayya

“Eh ? Gue sehat, kok. Cuma gue rada ngantuk, dikit” ucapan Rayya jelas berbeda dengan apa yang ada di pikirannya.

“Ooo… Terus lu ngapain di sini ? Ngelindur ?” tanya Vivianne

“Eum… Gue nyariin kalian aja. Sepi banget di tenda” Rayya berusaha mengalihkan pembicaraan mereka.

“Hilih. Biasanya juga lo menghindari keramaian…” kata Vivianne dengan meledek

“Ishh… Eh, emang kalian ngegosipin apaan ? Di mana ?” balas Rayya lagi

“Kita abis denger gosip horor. Tau ga ? Katanya, warga di sini lagi diteror hantu air…” bisik Vivianne

“Hah ? Hantu air ?” Rayya kembali keheranan

“Heh. Entar aja kali ngobrolnya. Merinding tau” ceplos Hanna, “ke sono aja, yuk ? Nonton pentas seni” ajaknya

“Mmm… Ya udah deh…” Rayya pasrah

“Hayu” pungkas Vivianne

Mereka bertiga akhirnya menepi di depan tenda Pembina. Sebab, di sana terlihat lebih sedikit orang dibandingkan dengan di tengah lapangan sana.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!