Balas Dendam di mulai

Indhira masih terpaku di depan pintu gerbang rumah Lucas. Seorang pria datang menghampirinya.

"Hei, mau mengemis ya? Pergi sana. Tempat lain saja." usirnya.

"Maaf pak, saya pelayan barunya Lu.. Eh tuan Lucas."

Pria itu menatapnya dari atas sampai bawah. "Bentar." ia tampak sedang menelepon seseorang. "Oke, kamu boleh masuk.

Pintu gerbang besar terbuka dengan otomatis. Indhira terkagum dengan rumah besar di depannya. Rumah yang di dominasi dengan kaca itu memang seperti idamannya. Ia suka dengan rumah yang terang dan terbuka.

"Heh kok malah bengong. Ayo masuk."

"Eh iya pak." Indhira membawa kopernya berjalan masuk melewati halaman yang luas.

"Heh cantik - cantik kok jadi babu." gumam pria itu.

Indhira berusaha menghilangkan rasa gugupnya di tambah dengan perutnya yang terasa lapar. Bagaimana tidak dari kantor Lucas ia langsung berbenah dan datang kemari dengan jalan kaki. Tragis benar hidupnya.

"Mari masuk." seorang wanita berusia sekitar empat puluh tahun keatas menyambutnya. Sepertinya ia kepala pelayan di sini. "Tuan sudah menunggu di dalam."

Indhira mengikuti wanita itu masuk ke ruang tengah. Lagi - lagi Indhira di buat kagum dengan design interiornya. Lantainya yang terbuat dari kayu membuat rumah itu terasa sejuk tanpa alat pendingin. Mungkin saja ini semua design kesukaan Calysta, tebaknya dalam hati.

"Silahkan tunggu sebentar."

Tak berapa lama muncul Lucas dengan setelan kaos dan celana pendek ala rumahan. "Terlalu lama."

"Maaf tempatnya jauh, apalagi aku jalan kaki."

"Kau akan menerima hukuman." ucap Lucas. "Ingat setiap kali kau melakukan kesalahan atau ada pekerjaanmu yang aku kurang suka, kau akan menerima hukumannya."

Indhira hanya diam. Ia menarik napas dan berusaha setenang mungkin. "Apa hukumannya?"

"Malam ini kau tidak usah makan." ucap Lucas sambil mencengkeram rahang pipinya.

Mata Indhira melotot. What aku nggak makan? Wah perutku sudah keroncongan. Oke.. Oke.. Sabar Indhira, ucapnya dalam hati.

"Baiklah." jawab Indhira enteng. "Anggap saja puasa." gumamnya pelan.

"Kau menggerutu?"

"Oh tidak tuan." jawab Indhira.

"Nora!"

"Saya tuan."

"Antar dia ke kamar paling belakang."

"Tapi tuan itu kamar yang sudah lama tidak terpakai dan kotor."

"Biar saja. Biar dia bersihkan sendiri."

"Baik tuan." jawab Nora tanpa membantah. "Mari ikut aku."

Mendengar pembicaraan mereka, Indhira sudah menduga pasti tidak akan mudah mendapat kamar. Apalagi tidur dengan tenang.

Dan benar saja ketika Nora membuka pintu, Indhira melihat kamar itu sangat kotor bahkan bisa di katakan gudang kecil. Banyak barang - barang yang sudah tidak terpakai berada di sana. Semalaman tidak akan cukup untuk membersihkannya.

"Ini kamarmu."

"Maaf bu Nora, apa tidak ada kamar lain?"

"Tidak, tuan memberi perintah bahwa ini akan menjadi kamarmu."

"Baiklah, terima kasih bu."

Indhira masuk ke dalam. "Heh sepertinya aku tidak akan tidur awal malam ini." gumamnya sambil menghela napas. Padahal ia merasa sangat lelah dan lapar.

Ia mulai membersihkan, menumpuk barang - barang yang tidak perlu. Yang menjadi masalah sekarang adalah tidak ada kasur. Tapi ia tidak kehabisan akal, ia menggunakan kardus sebagai alas.

Akhirnya ia bisa merebahkan diri. Buliran air mata mengalir dari sudut mata Indhira. Beberapa kali ia mengusapnya. Melihat ke langit - langit atap kamarnya yang berbeda jauh dari yang di rukonya. Atapnya penuh dengan sarang laba - laba, bahkan di katakan tidak layak di tempati manusia sekalipun ia seorang pelayan. Memang ini konsekuensi yang harus ia terima demi peninggalan ayah, demi menjaga perasaan ibu dan juga demi dendam orang yang ditinggal orang yang di cintainya. Karena kelelahan Indhira akhirnya tidur.

🌺🌺🌺🌺

"Dhira.. Bangun Dhira."

Indhira melakukan peregangan "Oaheemmm." ia menguap. "Bu Nora?"

"Ayo bangun. Sebentar lagi tuan Lucas bangun. Kamu harus bersiap." perintahnya. "Ini roti dan susu, kamu makan untuk mengganjal perutmu. Aku tahu semalam kamu belum makan."

"Terima kasih bu."

"Cepat sedikit jangan terlambat lagi. Oya jangan bilang ke tuan jika aku melakukan ini."

"Baik bu." jawab Indhira dengan mulut penuh roti. Ia melakukannya secepat mungkin. Perutnya sudah keroncongan. Beruntung bu Nora mau membawakan roti dan susu untuknya.

Setelah semua selesai Indhira bergegas mandi dan segera bersiap menunggu perintah. Dan ternyata semua pelayan yang ada di sana sudah bersiap terlebih dahulu walau Lucas belum bangun.

Tak berapa lama pria yang Indhira anggap menakutkan itu turun dari tangga. Ia terkejut melihat Indhira sudah ada di sana.

Hmmm.. Bisa bangun pagi juga rupanya pikir Lucas.

"Nora."

"Ya tuan."

"Hari ini aku mau semua mobil yang ada di garasi di cuci hingga bersih."

"Baik tuan, saya akan menyuruh Asep mencucinya."

"Tidak perlu, suruh dia yang melakukannya." tunjuk Lucas pada Indhira.

"Tapi tuan, mobilnya banyak."

"Kau membantah?!"

Nora tertunduk. "Baik tuan saya akan menyuruhnya setelah sarapan."

"Aku mau sekarang!"

Indhira memberi isyarat pada Nora. Ia sudah bisa menebak bahwa Lucas tetap akan menghukumnya walau ia tidak melakukan kesalahan. "Baik tuan akan saya kerjakan." jawab Indhira. "Dimana letak spon dan sabunnya bu Nora?"

Nora segera membawa Indhira ke garasi. Ia meminta Asep untuk memberitahu Indhira bagaimana harus mencuci mobil tuan Lucas, karena semuanya mobil mahal dan antik.

"Terima kasih pak Asep." ucap Indhira. Ia mulai mengerjakan tanpa menunda lagi. Karena ia tidak bisa menebak apa yang akan Lucas perbuat selanjutnya. Sesuai dengan arahan Asep, Indhira melakukan dengan sangat hati - hati tapi cepat. Satu jam berlalu, ia sudah mencuci tiga mobil, masih kurang dua lagi.

Ia melihat kedua tangannya yang keriput karena terkena air terlalu lama. Bahkan ada beberapa kukunya yang patah karena tipis. Ia menarik napas panjang, mengumpulkan tenaganya.

"Oh.. Oh.. Bagus ya. Ternyata kamu malas - malasan! Sudah selama ini baru tiga mobil yang selesai."

"Ini yang tercepat yang bisa saya lakukan tuan."

"Aku tidak peduli. Satu jam harus selesai!"

Indhira lagi - lagi menebak. Memang Lucas mencari kesalahannya. Pakai mesin pun dalam satu jam tidak akan berhasil mencuci lima mobil.

Lucas mengambil jet cleanser, ia mengatur tingkat kekuatan semprotannya menjadi lebih kuat. Dan____

"Kamu juga kotor, jadi harus di bersihkan! Dasar kriminal!" teriaknya sambil mengarahkan semprotan ke tubuh Indhira.

"Aauuwww sakit!!!" teriaknya. Ia merasakan tubuhnya bagai di hujani ribuan jarum. "Sakit tuan!"

"Rasakan!"

Indhira berusaha menghalau semprotan air dengan tangannya. Pakaiannya basah kuyub. Hingga sesuatu menghentikan aksi Lucas yang brutal.

Sial! Pakaiannya yang basah membuat tubuhnya terlihat jelas umpat Lucas dalam hati.

Indhira mengusap air di wajahnya. Napasnya tersengal - sengal dadanya naik turun, tapi ia lega Lucas menghentikan aksinya. Mereka berdiri saling berhadapan. Bra hitam milik Indhira terlihat jelas, bahkan lekukan tubuhnya yang indah menggoda pikiran Lucas.

"Nora! Nora!"

Nora datang tergopoh - gopoh. "Saya tuan."

"Ganti bajunya." perintah Lucas sambil pergi.

Nora menghampiri Indhira. "Apa lagi kesalahanmu Dhira? Kan sudah aku bilang hati - hati." Nora menuntun Indhira ke belakang.

"Tuan memang mencari - cari kesalahanku, bu." jawab Indhira. "Coba ibu bayangkan dalam waktu satu jam, lima mobil itu harus bersih. Pak Asep yang biasa pegang aku jamin juga nggak akan mampu."

"Kali ini tuan memang keterlaluan." Nora memberikan baju pelayan yang baru buatnya. "Sudah ganti baju dulu."

Indhira segera mengganti bajunya dan kembali lagi menghadap Lucas.

Lucas melihat wajah Indhira yang tampak lelah dan sedikit pucat. "Bersihkan seluruh kaca di rumah ini." ucapnya sambil pergi.

Indhira mengedarkan pandangannya. "Busyet, kacanya banyak sekali. Sampai kapan akan selesai." gumamnya sendiri.

"Nanti ibu bantu." ucap Nora dari belakang.

"Nggak usah bu, nanti malah kena marah tuan."

"Jam segini tuan berangkat ke kantor. Nanti pulang sekitar jam lima atau jam enam sore. Jadi kamu tenang saja."

Indhira tersenyum, di saat ia kesulitan masih ada orang yang mau membantunya. Itu membuatnya lebih kuat.

Hampir lima jam lamanya Indhira berkutat dengan kaca - kaca. Ia duduk bersandar di halaman samping. Ia benar - benar kelelahan karena tidak terbiasa kerja seperti ini. Angin sore yang sepoi - sepoi membuatnya tertidur sejenak.

"Dhira.. Dhira bangun!"

"Lima menit lagi bu, biarkan aku istirahat sebentar."

"Tuan sebentar lagi pulang." Nora mengguncang tubuh Indhira.

Indhira melihat jam di tangannya. "Ini masih jam empat."

"Entahlah. Tumben tuan pulang lebih awal."

Indhira bergegas bangkit walau ia merasakan kepalanya sakit seperti mau pecah. Ia sudah bersiap di belakang.

Lucas tidak langsung memasuki rumah, ia berkeliling melihat seluruh kaca yang ada di rumahnya. Ia tahu bahwa pekerjaan Indhira sangat bagus tapi tidak semudah itu.

"Dhira!" teriaknya

"Saya tuan." dengan cepat Indhira datang.

"Kaca di sebelah sini masih kotor."

Mata cantik Indhira membelalak tak percaya. "Tta.. Ttapi saya yakin semuanya sudah bersih tuan. Lihat, sampai tidak terlihat kalau itu ada kacanya."

"Oh, kau beranggapan mataku ini buta."

"Bbu.. Bbukan begitu tuan. Kaca itu terlihat sangat bening dan bersih."

"Aku bilang masih ada."

Seketika Indhira naik darah. Sudah lima jam ia membersihkannya tapi tetap juga di katakan masih kotor. "Ini bersih tuan! Atau jangan - jangan tuan ingin mempersulit saya!" mata Indhira menatap tajam ke arah Lucas.

Tangan Lucas yang besar mencengkeram rahang pipi dan menarik wajah Indhira tepat di depan mukanya. Cengkeraman itu sangat kuat. Nora yang melihat dari kejauhan tampak sangat khawatir.

"Aku memang mempersulit hidupmu, kau tahu itu kan pembunuh? Hal ini tidak seberapa di bandingkan dengan kematian Calysta. Mengerti!" aroma mint dari mulut Lucas bisa tercium oleh Indhira. Dengan berani Indhira menatap mata dengan warna hazel itu.

Lucas menghempaskan Indhira ke belakang hingga ia terjatuh. "Ulangi pekerjaanmu! Atau kau ingin su___."

"Baiklah.. Saya bersihkan lagi." sahut Indhira cepat. Ia berdiri dan segera mengambil peralatan pembersihnya. Entah dari mana datangnya air mata yang terus mengalir itu. Beberapa kali ia harus mengusapnya agar Lucas tidak melihat.

Lucas memperhatikan Indhira bekerja. Tapi entah kenapa hati kecilnya tiba - tiba merasa iba.

"Tuan, makan malam sudah siap." ucap Nora.

"Pelayan yang lain sudah makan?" tanya Lucas tiba - tiba.

"Sudah tadi di dapur belakang. Hanya Dhira yang belum." Nora menambahkan laporan.

Lucas hanya diam mendengarnya. Ia menikmati makan malam. "Bereskan ini ke belakang. Aku mau istirahat."

"Baik tuan." jawab Nora walau ia sebenarnya heran, jam segini tuan sudah istirahat. Apa mungkin dia memberikan kesempatan buat Dhira istirahat tapi malu, pikir Nora dalam hati. Ah masa bodo yang penting sekarang aku harus memberi makan Dhira.

Nora bergegas mencari Indhira yang sudah sampai di kaca belakang.

"Dhira.. Dhira.. Berhenti. Ayo makan dulu." Nora meletakkan sepiring nasi dan lauk.

"Tuan bu?"

"Sudah tidur." jawab Nora. "Sesudah makan kau istirahatlah."

"Iya bu. Sebentar lagi, masih ada satu lagi."

"Ya sudah cepat, ibu tunggu di sini."

Ya tuhan kenapa tuan menghukumnya terlalu berat. Gadis secantik itu sebagai pelampiasan balas dendam, sungguh kasihan kamu Dhira ucap Nora dalam hati.

🌺🌺🌺🌺

Terpopuler

Comments

Regita Regita

Regita Regita

Lucas gak tau aja seberapa berat penderitaan Dhira selama ini. Lucas sedang di butakan oleh amarah dan dendam

2024-11-17

0

Sleepyhead

Sleepyhead

Gaskeun thor crazy up 🔥🔥

2024-10-09

0

Sleepyhead

Sleepyhead

Masih penasaran dengan kematian Caliysta, sebelum tragedi kecelakaan menimpa nya apakah tujuan Caliysta memang ingin bertemu tunanganya atau someone else. entah kenapa gua mencium bau tak syeeeedaaf kalo Caliysta having affair.

2024-10-09

0

lihat semua
Episodes
1 Berusaha Menerima
2 Reuni
3 Malam Petaka
4 Kembali ke Ruko
5 Bu Arini
6 Tuhan Berpihak Padaku
7 It's Game
8 Budakku
9 Balas Dendam di mulai
10 Berkebun
11 Aku Tidak Butuh Bantuanmu
12 Siksaan Lagi
13 Perang di Rumah Belakang
14 Jangan Ulangi Lagi Asep
15 Rating Ketampanan
16 Tempe Goreng Keasinan
17 Jangan Mati dengan Mudah
18 Mimpi - Mimpi Tiada Arti
19 Mengejar Pelayan Hotel
20 Sembuhlah
21 Pergi ke Panti
22 Penembakan
23 Kebebasan
24 Datang Saja ke Rumah
25 Kalau mau Menangis, Menangis saja
26 Kenangan Rumah Lama
27 Pindah Panti Asuhan
28 Peresmian Pulau
29 Aku Memaafkanmu
30 Misteri Kematian Sean
31 Terima Kasih Sudah Menolongku
32 Kamu Hebat
33 Ular Membelit Burung
34 Amber Sepupuku
35 Indhira lagi Indhira Lagi
36 Suruh Zora Pulang!
37 Ternyata Kau Amber
38 Kirimkan Orang Untuk Menyelamatkanku
39 Kita Saudara Amber
40 Teringat terus
41 Serangan Damian.
42 Anak Tidak Tahu Diri
43 Malam Jahanam
44 Kepergian Yuma
45 Tuan Pasti Memiliki Alasan
46 Tante Friska
47 Pengkhianatan
48 Aku Membencimu Damian
49 Penculikan Indhira
50 Mati Kau Damian
51 Aku Akan Membuat Kalian Bersama
52 Terimakasih Sudah Mau Kembali Uni
53 Vonis Empat Tahun Penjara
54 Hamil
55 Separuh Jiwaku Pergi
56 Semua Karenamu
57 Ngidam
58 Sentuhan yang Menenangkan
59 Rindu Aroma Tubuhmu
60 Aku tidak Cemburu
61 Anakmu yang Cemburu
62 Senam Hamil
63 Carilah Kebahagianmu
64 Aku Mencintai Bayi Ini
65 Melahirkan
66 Kamu Sekarang Bebas
67 Hey Noah
68 Noah Memiliki Ibu baru
69 Membatalkan Perjanjian
70 Menikah Denganmu
71 Berkat Nenek
72 Sakit Manja
73 Cantikan Ibu
74 Hampir Kehilanganmu
75 Aku Milikmu
76 Yang Sabar Ya Noah
77 Bu.. Aku Sudah Bahagia
78 Cemburu dengan Calysta
79 Honey Moon
80 Menjenguk Amber
81 Karyawan Baru
82 Curiga
83 Menyelidiki
84 Adu Domba
85 Jebakan Diandra
86 Draft
87 Dugaan yang Terbukti
88 Kehilangan
89 Drama
Episodes

Updated 89 Episodes

1
Berusaha Menerima
2
Reuni
3
Malam Petaka
4
Kembali ke Ruko
5
Bu Arini
6
Tuhan Berpihak Padaku
7
It's Game
8
Budakku
9
Balas Dendam di mulai
10
Berkebun
11
Aku Tidak Butuh Bantuanmu
12
Siksaan Lagi
13
Perang di Rumah Belakang
14
Jangan Ulangi Lagi Asep
15
Rating Ketampanan
16
Tempe Goreng Keasinan
17
Jangan Mati dengan Mudah
18
Mimpi - Mimpi Tiada Arti
19
Mengejar Pelayan Hotel
20
Sembuhlah
21
Pergi ke Panti
22
Penembakan
23
Kebebasan
24
Datang Saja ke Rumah
25
Kalau mau Menangis, Menangis saja
26
Kenangan Rumah Lama
27
Pindah Panti Asuhan
28
Peresmian Pulau
29
Aku Memaafkanmu
30
Misteri Kematian Sean
31
Terima Kasih Sudah Menolongku
32
Kamu Hebat
33
Ular Membelit Burung
34
Amber Sepupuku
35
Indhira lagi Indhira Lagi
36
Suruh Zora Pulang!
37
Ternyata Kau Amber
38
Kirimkan Orang Untuk Menyelamatkanku
39
Kita Saudara Amber
40
Teringat terus
41
Serangan Damian.
42
Anak Tidak Tahu Diri
43
Malam Jahanam
44
Kepergian Yuma
45
Tuan Pasti Memiliki Alasan
46
Tante Friska
47
Pengkhianatan
48
Aku Membencimu Damian
49
Penculikan Indhira
50
Mati Kau Damian
51
Aku Akan Membuat Kalian Bersama
52
Terimakasih Sudah Mau Kembali Uni
53
Vonis Empat Tahun Penjara
54
Hamil
55
Separuh Jiwaku Pergi
56
Semua Karenamu
57
Ngidam
58
Sentuhan yang Menenangkan
59
Rindu Aroma Tubuhmu
60
Aku tidak Cemburu
61
Anakmu yang Cemburu
62
Senam Hamil
63
Carilah Kebahagianmu
64
Aku Mencintai Bayi Ini
65
Melahirkan
66
Kamu Sekarang Bebas
67
Hey Noah
68
Noah Memiliki Ibu baru
69
Membatalkan Perjanjian
70
Menikah Denganmu
71
Berkat Nenek
72
Sakit Manja
73
Cantikan Ibu
74
Hampir Kehilanganmu
75
Aku Milikmu
76
Yang Sabar Ya Noah
77
Bu.. Aku Sudah Bahagia
78
Cemburu dengan Calysta
79
Honey Moon
80
Menjenguk Amber
81
Karyawan Baru
82
Curiga
83
Menyelidiki
84
Adu Domba
85
Jebakan Diandra
86
Draft
87
Dugaan yang Terbukti
88
Kehilangan
89
Drama

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!