Budakku

Indhira harus berpamitan dengan Arini dan anak - anak. Sesuai dengan perintah Lucas, mereka akan bertemu di tempat parkir. Sampai di tempat parkir mobil hitam Range Rover memberi lampu sign pada Indhira. Ia berusaha bersikap tenang tapi tetap saja jantungnya berdetak tak beraturan.

"Aku akan memperlihatkan sesuatu padamu?" Lucas tersenyum dengan liciknya. Ia mengambil handphone dan memperlihatkannya pada Indhira. "See."

Indhira menutup mulutnya dengan kedua tangan. Ia berusaha merampas handphone dari tangan Lucas tapi kalah cepat.

"Hapus video itu!"

"Hahahahah.. Kau memerintahku?"

"Aku mohon." Indhira memelas.

"Hahahahh.. Aku ingin tahu bagaimana reaksi ibumu ketika melihat ini. Kau bermain di belakang dengan ayah sambungmu."

"Itu tidak benar! Kau tidak mengambil gambar itu sampai selesai, dan terlihat seolah aku berbuat kotor. Kau sudah mengeditnya. Kau jahat!"

"Kau lebih jahat! Kau pembunuh!" teriak Lucas tidak mau kalah.

"Aku bukan pembunuh!" teriak Indhira. "Cepat berikan handphone itu!"

"Tidak semudah itu kriminal."

"Apa maumu?" Indhira berusaha untuk berani. Ia menantang Lucas.

"Aku mau kamu menderita!"

"Ya tuhan Lucas, aku sudah lama menderita, kehilangan ayah dan kehilangan kasih sayang ibu. Tidakkah itu cukup. Kau mau aku menderita yang bagaimana lagi?"

"Baiklah, ini baru permulaan. Jika kau mengikuti permainan ini dengan baik. Aku akan dengan rela melepasmu."

"Bagaimana cara?"

"Sabar pembunuh.. Sabar. Nanti akan ada waktunya. Dan aku yakin kau tidak akan tahan dan memilih untuk mati seperti Calysta."

Indhira mengepalkan tangannya. Kenapa ia harus berurusan dengan Lucas pria berdarah dingin yang ingin balas dendam padanya.

"Jika kau mau handphone ini, silahkan saja ambil." Lucas melempar handphone itu hingga masuk ke dalam lubang pembuangan kotoran lebih mirip seperti selokan.

Tanpa berpikir panjang Indhira langsung masuk ke dalam lubang yang penuh dengan kotoran dan berbau busuk. Dalam hati ia bertekad harus menemukan handphone itu. Ia tidak mau membuat ibunya terluka karena video yang tidak benar. Karena ia tahu saat ini ibu sedang jatuh cinta dengan Damian. Biarlah nanti ibu tahu kelakuan Damian dengan sendirinya bukan karena skandal nya yang sudah di rekayasa.

Cukup lama ia mengaduk - aduk, wajah dan tubuh semua terkena kotoran. Dan usahanya membuahkan hasil ia menemukan handphone itu. Di balik penampilannya yang berantakan ada senyum kelegaan yang terukir di sana.

"Ketemu!" teriaknya sambil memperlihatkan handphone ke arah Lucas.

Kembali Lucas tersenyum licik. Plok.. Plok.. Plok.. Ia bertepuk tangan.

"Bagus.. Bagus.. Kau orang yang bersemangat rupanya. Tapi sungguh sayang aku masih memiliki video itu di handphone yang satunya."

Raut wajah Indhira langsung berubah pucat.

"Hahahahahhhh.." tawa ejekan dari Lucas terdengar menusuk di telinga.

"Kurang ajar!"

"Hahahahhhh.." Lucas bersiap pergi. "Baumu busuk. Sama seperti kelakuanmu." ucap Lucas sambil melajukan mobilnya dan pergi meninggalkan Indhira sendiri.

🌺🌺🌺🌺

Eswari duduk di ruang keluarga sendiri. Wajahnya tampak datar tanpa ekspresi.

Damian masuk dengan bersenandung kecil tanpa tahu keberadaan Eswari.

"Dari mana kamu?"

Damian menghentikan langkahnya dan berbalik. "Apa yang kau lakukan di sana?"

"Jawab dulu pertanyaanku?"

"Bisnis."

"Bisnis? Aku ke kantormu dan staf di sana mengatakan kau sedang liburan. Liburan dengan siapa?"

"Bukan urusanmu."

Eswari berdiri dan menghampiri Damian. "Aku istrimu dan aku berhak tahu! Kau sekarang berubah!" ucapnya dengan nada tinggi.

Damian mencekik leher Eswari. "Aku tidak suka di bentak!" ucapnya. Eswari meronta - ronta hingga akhirnya Damian melepaskan cekikannya. Eswari duduk bersimpuh dan berusaha mengembalikan napasnya. "Ingat kata - kataku!" Damian hendak pergi meninggalkan Eswari.

"Tunggu." cegah Eswari dengan napas yang tidak beraturan. "Kau berubah karena sudah mendapatkan surat tanah milik almarhum suamiku bukan?"

Langkah Damian terhenti. "Kau ada bukti?" ia tersenyum licik dan kemudian masuk ke dalam kamar.

Eswari memandang punggung suami barunya itu. Air matanya mengalir tanpa sengaja. Aku akan menyelidiki apakah kau terlibat dengan hilangnya surat tanah milik suamiku. Kalau benar itu terjadi aku akan menceraikanmu, sumpah Eswari dalam hati.

Sementara itu...

Indhira segera masuk ke dalam kamar mandi. Ia menyalakan shower dan mengguyur tubuhnya. Ya tuhan sampai kapan aku harus menghadapi teror Lucas seperti ini. Saat ini aku sama sekali tidak memiliki pegangan, hanya Uni, bu Arini dan bu Yuma yang selalu mendukungku, ucap Indhira dalam hati.

Setelah hampir satu jam ia membersihkan tubuhnya dari kotoran, Indhira memutuskan untuk bersantai di dalam kamar. Kondisi cafe miliknya masih lumayan ramai. Ia sudah percaya sepenuhnya pada Sri dan Raga.

Ia membuang lelah dengan mendengarkan lagu - lagu the Beatles.

Ting.. Ting..

Ada pesan masuk. 'Temui aku besok di kantorku.' sebuah pesan singkat dari Lucas yang membuatnya menegang kembali. Ya tuhan apalagi ini ucap Indhira dalam hati.

🌺🌺🌺🌺

Pagi ini Indhira bersiap datang ke kantor firma hukum milik Lucas. Dengan mengenakan sweater warna pastel dan celana jeans. Ia berusaha memakai baju senyaman mungkin karena menghadapi Lucas bukanlah suatu hal yang mudah.

Setelah memarkirkan mobilnya dengan sempurna, ia segera masuk.

"Pak Lucas ada?"

"Sudah membuat janji?"

"Sudah."

"Dari mana?"

"Dari Indhira."

Resepsionis melihat wajah Indhira sekilas. Cukup lama ia melihat penampilan Indhira dari atas sampai bawah.

"Silahkan duduk dulu. Tuan Lucas sedang ada rapat." ucapnya kemudian.

Indhira duduk sambil membaca majalah yang tersedia di sana. Hampir satu jam berlalu, Lucas masih belum kelihatan batang hidungnya.

Indhira mulai bosan. Ia mulai memainkan handphonenya. Main game atau sekedar melihat berita. Beberapa kali ia melirik jam di tangannya. Hampir tiga jam ia menunggu, lelah, lapar ia kesampingkan itu semua demi bertemu dengan Lucas. Permainan apa lagi yang ia ciptakan.

Indhira berdiri dan berjalan mondar mandir untuk menghilangkan rasa jenuh. Dan___.

"Nona Indhira." panggil seseorang.

"Ya." jawabnya lega.

"Saya Leon asisten tuan Lucas. Silahkan ikuti saya."

Terdapat kelegaan di wajah Indhira. Ia segera mengikuti kemana Leon melangkah. Indhira memasuki sebuah ruangan yang sangat besar. Terdapat meja kerja dan kursi sofa. Sepertinya ini ruang kerja Lucas. Di sana ia melihat foto almarhum Calysta. Tentu saja itu membuat Indhira kembali teringat ke malam kelam itu. Wajar kalau dia dendam padaku. Karena cinta yang terlalu besar untuk Calysta. Indhira menghela napas.

"Silahkan duduk nona Indhira. Sebentar lagi tuan menemui anda."

"Terima kasih."

Indhira duduk lebih santai di ruang itu. Ini lebih baik dari pada ruang tunggu di depan. Di ruangan ini banyak terdapat ac sehingga dingin menyejukkan.

Lagi - lagi Indhira harus menunggu lama. Beberapa kali ia menggosok - gosokkan tangannya untuk menghalau hawa dingin walau ia sudah menggunakan sweater. "Gila, ruangannya dingin banget sama seperti orangnya." gumam Indhira.

Hampir dua jam ia menunggu di dalam dengan penuh kesabaran. Ia berusaha menahan karena tidak ingin mengacaukan usahanya sendiri. Tak lama kemudian pintu terbuka, masuklah Lucas.

"Heh, cukup sabar juga dirimu." cemoohnya.

"Apa yang ingin kau bicarakan?" tanya Indhira to the point.

"Kemarin kau sudah melihat video itu, sebagai permulaan bahwa aku tidak main - main dengan ucapanku. Dan sekarang aku akan menunjukkan sesuatu dan aku jamin kau pasti akan bertekuk lutut di hadapanku.

"Jangan percaya diri."

Lucas memberikan salinan surat tanah milik ayahnya.

Tangan Indhira gemetar mengetahui isi salinan itu. "Dari mana kau dapat ini? Kau mencuri?"

"Hahahahh.. Aku bukan kriminal sepertimu!" ucap Lucas. "Anggap saja tuhan adil padaku karena di beri kesempatan untuk melihatmu hancur secara perlahan."

Indhira sudah bisa menebak endingnya. Ia harus mengikuti permainan ini. "Apa yang harus aku lakukan?"

"Bagus kalau kau sadar diri. Perlu aku jelaskan, aku sama sekali tidak mencuri. Damian yang mendapatkan surat tanah ini dan bermaksud menjadikan miliknya."

Wajah Indhira tampak terkejut. Jadi Damian berhasil mencuri dari ibu pikir Indhira. Atau bisa jadi ibu yang memberikannya secara sukarela. Ini tidak bisa di biarkan, ucap Indhira dalam hati.

"Jika kamu ingin surat tanah itu, kamu harus menjadi pelayanku untuk waktu yang tak terkira. Hmmm.. Bukan pelayan lebih tepatnya budak. Karena wanita serendah dirimu tidak layak di sebut pelayan."

Mendengar pernyataan Lucas, Indhira tahu kemana arah pembicarannya. "Baiklah. Tapi kamu berjanji tidak akan menyebarkan video itu dan surat tanah itu akan kembali padaku."

"Tentu saja. Aku pria yang menepati janji."

"Sampai kapan?"

"Sampai hatiku rela memaafkanmu."

Indhira memandang Lucas dengan tatapan mendalam. "Lucas bisa aku meminta satu permintaan."

"Kau budak dan tidak diijinkan bernegosiasi padaku."

"Aku mohon." pinta Indhira. "Jika suatu saat nanti aku tidak ada di dunia ini lagi, tolong serahkan surat tanah itu pada bu Arini. Anak - anak panti lebih membutuhkan. Dan juga tetap rahasiakan video itu dari ibu, aku tidak ingin hatinya sakit karena aku."

Lucas hanya diam mendengar permintaan Indhira. Ia pergi mengambil berkas. "Tanda tangan." perintahnya.

Indhira dengan pasrah segera menanda tangani berkas ia sudah tidak peduli lagi dengan bagaimana hidupnya nanti. Ini bukan saatnya mengeluh tapi menjalani. "Kapan ini di mulai?"

"Sekarang."

"Sekarang?" Indhira terkejut bahwa kebebasannya akan terenggut dalam waktu secepat ini. "Tapi____."

"Sekarang atau____."

"Oke.. Oke.. Dimana rumahmu?"

"Aku akan mengirim lokasinya padamu. Jangan sampai datang terlambat."

Indhira segera keluar dari ruang kerja Lucas. Tanpa menunggu lama ia bersiap. Membawa beberapa pakaian dan barang - barang yang akan dia butuhkan nanti.

Ting.. Ting.. Sebuah pesan masuk ke handphonenya. Lokasi di mana ia akan menjadi budak. Indhira sempat menghubungi mbak Sri untuk menyerahkan urusan cafe padanya. Dan juga Uni sahabatnya, ia beralasan liburan untuk mencari ketenangan. Ia sempat teringat dengan ibunya, tapi dengan cepat ia mengurungkan niat dan segera bersiap menuju lokasi.

Dengan diantar ojek Indhira sampai ke lokasi yang di tentukan. Tapi ia sangat heran karena ini sebuah jalan yang sepi dan tidak ada satu rumah pun di sana, hanya mobil Range Rover warna hitam.

"Kau terlambat."

"Maaf aku harus menyerahkan semua urusan ke mbak Sri terlebih dahulu."

"Ingat, kau akan menerima hukumannya."

Indhira menghela napas. Ia sudah tahu karena pasti Lucas akan mencari - cari kesalahannya agar dengan leluasa membalas dendam.

Ting.. Ting.. Satu pesan lagi masuk ke dalam handphonenya.

"Itu lokasi rumahku. Sampai ketemu di sana." Lucas bersiap pergi mengendarai mobilnya.

"Hei tunggu.. Aku ke sana dengan apa?"

"Jalan kaki. Aku tidak mau mobilku ternoda dengan keberadaanmu. Aku jijik." Lucas pergi meninggalkan Indhira sendiri di jalan.

Mata Indhira berkaca - kaca, tapi dengan cepat ia berkedip - kedip agar air matanya tidak jatuh.

"Baiklah Indhira, ayo semangat!" ia memberi semangat untuk dirinya sendiri. Ia mulai berjalan sesuai dengan lokasi yang dikirimkan. Setelah hampir satu jam ia akhirnya sampai. Dan itu sangat mengejutkan.

Indhira berhenti di depan sebuah rumah. Rumah yang beberapa hari terakhir ini ia kagumi karena keindahannya.

"Ya tuhan rumah yang aku idamkan ternyata menjadi neraka buatku."

🌺🌺🌺🌺

Terpopuler

Comments

Regita Regita

Regita Regita

akhirnya, kamu bisa masuk dan tau pemilik rumah yg bikin kamu penasaran

2024-11-17

0

Sleepyhead

Sleepyhead

Haha benar dugaanku....

2024-10-09

0

Sleepyhead

Sleepyhead

Soulma jangan bilang letak rumah nya yang diidamkan dhira, berada dekat rumah ibu Yuma

2024-10-09

1

lihat semua
Episodes
1 Berusaha Menerima
2 Reuni
3 Malam Petaka
4 Kembali ke Ruko
5 Bu Arini
6 Tuhan Berpihak Padaku
7 It's Game
8 Budakku
9 Balas Dendam di mulai
10 Berkebun
11 Aku Tidak Butuh Bantuanmu
12 Siksaan Lagi
13 Perang di Rumah Belakang
14 Jangan Ulangi Lagi Asep
15 Rating Ketampanan
16 Tempe Goreng Keasinan
17 Jangan Mati dengan Mudah
18 Mimpi - Mimpi Tiada Arti
19 Mengejar Pelayan Hotel
20 Sembuhlah
21 Pergi ke Panti
22 Penembakan
23 Kebebasan
24 Datang Saja ke Rumah
25 Kalau mau Menangis, Menangis saja
26 Kenangan Rumah Lama
27 Pindah Panti Asuhan
28 Peresmian Pulau
29 Aku Memaafkanmu
30 Misteri Kematian Sean
31 Terima Kasih Sudah Menolongku
32 Kamu Hebat
33 Ular Membelit Burung
34 Amber Sepupuku
35 Indhira lagi Indhira Lagi
36 Suruh Zora Pulang!
37 Ternyata Kau Amber
38 Kirimkan Orang Untuk Menyelamatkanku
39 Kita Saudara Amber
40 Teringat terus
41 Serangan Damian.
42 Anak Tidak Tahu Diri
43 Malam Jahanam
44 Kepergian Yuma
45 Tuan Pasti Memiliki Alasan
46 Tante Friska
47 Pengkhianatan
48 Aku Membencimu Damian
49 Penculikan Indhira
50 Mati Kau Damian
51 Aku Akan Membuat Kalian Bersama
52 Terimakasih Sudah Mau Kembali Uni
53 Vonis Empat Tahun Penjara
54 Hamil
55 Separuh Jiwaku Pergi
56 Semua Karenamu
57 Ngidam
58 Sentuhan yang Menenangkan
59 Rindu Aroma Tubuhmu
60 Aku tidak Cemburu
61 Anakmu yang Cemburu
62 Senam Hamil
63 Carilah Kebahagianmu
64 Aku Mencintai Bayi Ini
65 Melahirkan
66 Kamu Sekarang Bebas
67 Hey Noah
68 Noah Memiliki Ibu baru
69 Membatalkan Perjanjian
70 Menikah Denganmu
71 Berkat Nenek
72 Sakit Manja
73 Cantikan Ibu
74 Hampir Kehilanganmu
75 Aku Milikmu
76 Yang Sabar Ya Noah
77 Bu.. Aku Sudah Bahagia
78 Cemburu dengan Calysta
79 Honey Moon
80 Menjenguk Amber
81 Karyawan Baru
82 Curiga
83 Menyelidiki
84 Adu Domba
85 Jebakan Diandra
86 Draft
87 Dugaan yang Terbukti
88 Kehilangan
89 Drama
Episodes

Updated 89 Episodes

1
Berusaha Menerima
2
Reuni
3
Malam Petaka
4
Kembali ke Ruko
5
Bu Arini
6
Tuhan Berpihak Padaku
7
It's Game
8
Budakku
9
Balas Dendam di mulai
10
Berkebun
11
Aku Tidak Butuh Bantuanmu
12
Siksaan Lagi
13
Perang di Rumah Belakang
14
Jangan Ulangi Lagi Asep
15
Rating Ketampanan
16
Tempe Goreng Keasinan
17
Jangan Mati dengan Mudah
18
Mimpi - Mimpi Tiada Arti
19
Mengejar Pelayan Hotel
20
Sembuhlah
21
Pergi ke Panti
22
Penembakan
23
Kebebasan
24
Datang Saja ke Rumah
25
Kalau mau Menangis, Menangis saja
26
Kenangan Rumah Lama
27
Pindah Panti Asuhan
28
Peresmian Pulau
29
Aku Memaafkanmu
30
Misteri Kematian Sean
31
Terima Kasih Sudah Menolongku
32
Kamu Hebat
33
Ular Membelit Burung
34
Amber Sepupuku
35
Indhira lagi Indhira Lagi
36
Suruh Zora Pulang!
37
Ternyata Kau Amber
38
Kirimkan Orang Untuk Menyelamatkanku
39
Kita Saudara Amber
40
Teringat terus
41
Serangan Damian.
42
Anak Tidak Tahu Diri
43
Malam Jahanam
44
Kepergian Yuma
45
Tuan Pasti Memiliki Alasan
46
Tante Friska
47
Pengkhianatan
48
Aku Membencimu Damian
49
Penculikan Indhira
50
Mati Kau Damian
51
Aku Akan Membuat Kalian Bersama
52
Terimakasih Sudah Mau Kembali Uni
53
Vonis Empat Tahun Penjara
54
Hamil
55
Separuh Jiwaku Pergi
56
Semua Karenamu
57
Ngidam
58
Sentuhan yang Menenangkan
59
Rindu Aroma Tubuhmu
60
Aku tidak Cemburu
61
Anakmu yang Cemburu
62
Senam Hamil
63
Carilah Kebahagianmu
64
Aku Mencintai Bayi Ini
65
Melahirkan
66
Kamu Sekarang Bebas
67
Hey Noah
68
Noah Memiliki Ibu baru
69
Membatalkan Perjanjian
70
Menikah Denganmu
71
Berkat Nenek
72
Sakit Manja
73
Cantikan Ibu
74
Hampir Kehilanganmu
75
Aku Milikmu
76
Yang Sabar Ya Noah
77
Bu.. Aku Sudah Bahagia
78
Cemburu dengan Calysta
79
Honey Moon
80
Menjenguk Amber
81
Karyawan Baru
82
Curiga
83
Menyelidiki
84
Adu Domba
85
Jebakan Diandra
86
Draft
87
Dugaan yang Terbukti
88
Kehilangan
89
Drama

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!