Eswari menikmati pemandangan indah kota paris. Ia berswafoto dengan latar menara Eifel. Seandainya ada Indhira di sini tentu aku akan lebih bahagia, ucapnya dalam hati.
Damian sudah pulang ke Indonesia dan meninggalkan Eswari dalam kesendirian.
Drrtt.. Drrtt.. Drrtt..
Eswari melihat layar handphone. Sebuah telepon masuk dari detektif bayaran yang ia sewa.
"Ada perkembangan?"
"Kami sudah mencari pelayan yang ada di hotel tapi sampai saat ini belum ada perkembangan. Tapi perlu ibu tahu bahwa ada seorang laki - laki terlihat bersamanya waktu di hotel."
"Laki - laki? Aku mengenalnya?"
"Saya rasa tidak. Dia seusia putri anda."
"Apa mungkin teman Indhira atau Zora?"
"Sudah saya selidiki riwayat laki - laki itu. Namanya Sean Sihombing. Ia teman satu kampus kedua putri anda. Dan sepertinya ia menjadi perebutan di antara keduanya. Sekarang ia tinggal di Singapura."
"Indhira tidak pernah cerita apa - apa tentang pria bernama Sean selama kuliah." gumam Eswari. "Apakah pria itu yang memasukkan obat ke dalam minuman Indhira?"
"Bisa jadi. Intinya memang harus menemukan pelayan itu."
"Oya, bagaimana dengan keberadaan putriku. Liburan kemana dia?"
"Sejauh ini sudah kami periksa bahwa tidak ada pemesanan tiket atas nama Indhira Varsha Almeera."
"Aneh, pergi kemana dia? Mobilnya juga ada di ruko." ada rona kekhawatiran di wajah Eswari. "Kalian cari terus keberadaan Indhira. Sembunyi dimana anak itu."
"Baik nyonya."
"Oya satu lagi. Selidiki Damian."
"Tuan Damian?"
"Iya. Damian suamiku."
🌺🌺🌺🌺
Indhira sedang di dalam kamarnya, dan tiba - tiba saja ia ingin menyalakan kembali handphonenya. Memang selama tinggal dengan Lucas ia takut jika tiba - tiba saja Uni atau teman yang lain telepon.
Ting.. Ting.. Beberapa pesan masuk ke dalam handphonenya. Indhira tersenyum karena Uni marah - marah tidak di ajak liburan. Seandainya kamu tahu bahwa ini bukan liburan bagai di surga kau pasti tidak akan mendesak ikut pikir Indhira dalam hati.
Ia harus mencari cara agar Uni percaya bahwa ia liburan.
"Bu Nora sibuk?"
"Nggak. Ada apa?"
"Mau minta tolong."
"Tumben, tuan menghukummu lagi?"
"Nggak. Ini sahabatku dari kemarin ribut aja minta foto liburanku." ucap Indhira.
"Liburan? Kamu liburan kemana? Kan ada di sini di rumah tuan."
"Aku memang pamit sedang liburan bu." jelas Indhira.
"Oh.. Terus mau di foto di mana?"
"Hmmm.. Di dekat kolam renang saja gimana?"
"Ya sudah ayo. Mumpung tuan masih di kantor."
Mereka berdua menuju ke kolam renang. Setelah menemukan tempat yang cocok dan seperti liburan, Nora bersiap mengambil gambar.
"Nanti kameranya di arahkan sebelah sini ya bu." Indhira mengarahkan agar gambar yang diambil bagus.
Nora berhasil mengambil beberapa gambar dan Indhira puas akan hasilnya. Ia melihat dengan sangat bahagia.
"Gimana? Ibu cocok nggak jadi fotografer?"
"Cocok bu. Siiippp." Indhira mengacungkan jempol. "Gambar yang di ambil bagus semua."
Mereka berdua asyik melihat foto hingga tanpa di sadari ada yang memperhatikan mereka.
"Kakimu sudah sembuh!"
"Tttuaan." teriak Indhira dan Nora bersamaan. Wajah mereka terlihat pucat.
"Santai.. Santai kamu?"
"Ttidak tuan."
Lucas melihat kaki Indhira. "Sudah sembuh rupanya. Kenapa tadi pagi tidak keluar hah? Mau mengelabuhi aku?"
"Bbu.. Bbukan begitu tuan. Tadi pagi masih agak sakit. Tapi sore ini sudah enakan. Saya juga membantu bu Nora di dapur."
"Itu pekerjaan pelayan Dhira. Dan khusus kamu pekerjaan seorang budak." Lucas maju mendekati Indhira yang membuat gadis itu mundur ke belakang sedikit demi sedikit. Nora hanya bisa diam melihat.
"Aapa yang mau tuan lakukan?"
"Aku mau melakukan apapun itu terserah padaku. Ingat kau budakku." Lucas terus mendesak Indhira. "Mau kirim foto ke Damian? Mau merayu ayah tiri sendiri?"
"Tttidak tuan." Indhira menggelengkan kepala berkali - kali. Lucas masih terus mendesak dan hanya dengan satu dorongan Indhira masuk ke dalam kolam renang.
Byuurrr!!!
"Mandilah agar kau sadar posisimu di rumah ini. Jangan berlagak! Karena kamu hanya budak!"
Nora terkejut melihat Indhira tercebur ke kolam.
Indhira berusaha untuk berenang ke pinggir akan tetapi. Aduh kakiku kram ucapnya dalam hati. Ia menjadi panik.
"Bu Nora tolong. Kakiku kram."
"Aduh.. Gimana ini. Aku nggak bisa renang Dhira."
Lucas hanya tersenyum melihat Indhira yang glagapan. "Nggak usah pura - pura dan cari perhatian."
"Tuan tolong. Kaki saya benar___ bleeppp.. Benar___ bleepp.. Kram!"
"Tuan tolonglah Dhira. Saya mohon."
"Biarkan saja. Dia itu manja!" teriak Lucas.
Nora terlihat kesal dengan jawaban Lucas. Tapi mau bagaimana lagi itu perintah tuannya. "Dhira tunggu, ibu cari Asep." Nora segera berlari ke depan.
Lucas hanya melihat dan membalikkan badan untuk pergi meninggalkan Indhira.
"Tuan___bleeepp. Tolong!"
Lucas terus berjalan tanpa memperdulikan teriakan Indhira. Hingga sesuatu menghentikan langkahnya___.
Aneh, kenapa tiba - tiba hening pikir Lucas. Ia membalikkan badan dan berjalan kembali menuju kolam renang. Dan terkejutlah ia ketika melihat Indhira sudah tenggelam.
Byuuurrr!!! Lucas menyelam ke dasar untuk menyelamatkan Indhira.
Datanglah Nora dan Asep yang juga gugup ketika melihat Lucas berusaha menolong Indhira.
Lucas terus menyelam hingga ia bisa meraih tangan Indhira. Ia menariknya hingga tubuh Indhira bisa ia gapai. Lucas segera naik dan____
"Huuaahh!" teriaknya. Ia berhasil membawa tubuh Indhira yang tidak sadarkan diri. Dibantu dengan Nora dan Asep, akhirnya tubuh Indhira bisa di angkat ke tepi kolam.
"Dhira! Dhira! Dhira." teriak Lucas. Ia menepuk pipi Indira berulang kali akan tetapi tidak ada respon. Dan mau tidak mau ia akhirnya melakukan CPR.
Lucas memompa jantungnya dan kemudian memberi napas buatan, belum ada respon. Ia melakukannya lagi. "Ayo Dhira! Bangun!" teriaknya. Lucas melanjutkan dengan meniupkan napas lewat mulutnya. Dan___
"Uhuk! Uhuk! Uhuk!" Indhira memuntahkan air.
Heehhh.. Heehhh.. Heehhh napas Lucas memburu karena panik. Tapi usahanya tidak sia - sia.
Nora langsung memeluk Indhira yang masih terkulai lemas. "Syukurlah kau masih ada bersama kami."
Lucas berdiri. "Bawa dia masuk, ganti pakaiannya."
"Baik tuan." jawab Nora. Ia membantu Indhira untuk berdiri tapi apa daya tenaganya kurang. "Sep, bantu gendong dong. Jangan bengong aja."
"Eh iya.. Iya."
"Tunggu!" cegah Lucas yang membuat Nora dan Asep keheranan. "Biar aku saja. Asep terlalu tua." dengan sekali angkat Lucas membawa Indhira masuk ke kamarnya.
"Eh tuan ini gimana, umurku kan baru empat puluh. Kalau cuma gendong Dhira yang kecil itu mah gampang." ucap Asep mencibir. "Tuan meragukan kemampuanku."
"Sudah.. Sudah nggak usah protes. Sana kembali kerja. Aku mau mengurus Dhira dulu." Nora menyusul ke dalam.
Kesadaran Indhira belum pulih seratus persen. Badannya masih lemas jadi sepanjang perjalanan ia hanya diam.
"Terima kasih tuan." ucapnya tiba - tiba dengan suara parau.
"Jangan berterima kasih dulu. Ini aku lakukan karena aku tidak mau melihatmu mati dengan mudah. Penderitaan Calysta dan orang - orang yang di tinggalkan lebih dari ini."
Mata Indhira memanas dan hampir saja mengeluarkan airmata mendengar perkataan Lucas. Kalau tahu begini lebih baik ia biarkan saja tenggelam. Indhira menyandarkan kepalanya di dada Lucas karena terlalu lelah dengan semua ini.
Mereka sudah sampai depan kamar. Lucas dengan cepat membuka dan melempar Indhira di tempat tidur. "Nora kau urus dia."
"Baik tuan."
Nora mengambil pakaian kering dan minyak kayu putih. Setelah tubuh Indhira di kering dengan handuk, Nora segera memakaikan baju. Dan memberinya susu hangat.
"Kamu kenapa? Kalau nggak bisa renang bilang saja."
"Sebenarnya aku bisa renang bu. Cuma kakiku tiba - tiba kram. Aku sama sekali tidak bisa menggerakkannya."
"Kau benar - benar membuatku takut. Syukurlah kau selamat, peluk Nora.
🌺🌺🌺🌺
Indhira terbangun di tengah malam. Ia merasakan perutnya yang kembung dan badannya yang demam. Ia turun dari tempat tidur dan keluar mencari air putih hangat.
Suasana dapur sangat sepi hanya terdengar suara angin malam. Setelah mengambil air Indhira duduk di taman belakang yang biasa di gunakan para pelayan untuk ngobrol santai. Ia mendongak ke atas berharap langit malam ini bertaburan bintang dan ternyata harapannya harus pupus ketika hanya gelap malam yang ia lihat.
Ia mengambil handphone di dalam sakunya. Beruntung saat ia tercebur di kolam, handphonenya di bawa Nora. Ia mulai membuka beberapa pesan dari Uni.
Satu demi satu ia membaca sambil tersenyum. Memang sahabatnya itu selalu bisa membawa keceriaan di dalam hatinya. Indhira memilih gambar yang paling bagus dan mengirimkannya, sahabatnya itu pasti sewot karena mengira Indhira benar - benar liburan di Bali.
Iseng ia melihat beberapa pesan lain dan sampailah ia pada sebuah nama 'ibu' terlihat pesannya yang tidak pernah di balas sampai saat ini juga. Mungkin ibu masih marah dengan semua ke keras kepalaannya. Ternyata ada pembaharuan status, Indhira melihat apa saja kegiatan ibu. Karena terus terang ia merindukan sosok yang sudah menemaninya selama dua puluh empat tahun ini.
"Oh ternyata ibu sedang liburan ke Paris" Indhira mengusap air matanya yang entah tanpa di rencanakan keluar begitu saja. Tiba - tiba saja ia merasa sangat kesepian, tapi di sisi lain ia bahagia melihat ibunya bahagia. Ia terisak walaupun tertahan oleh kondisi. Betapa tragis hidupnya saat ini. Ya tuhan aku harap ini segera berakhir, doanya.
Tanpa dia sadari sepasang mata hazel selalu memperhatikan dengan tatapan kosong.
🌺🌺🌺🌺
Hingar bingar pesta di sebuah club malam sangat di nikmati oleh Zora. Ia bersama beberapa sahabatnya menghabiskan malam di kota Singapura.
"Hei..! Zora! Balik yuk." ajak salah satu temannya.
"Kalian balik aja duluan, aku masih menunggu teman."
"Ya sudah, kita balik ke hotel dulu ya." pamit mereka.
Zora mengangguk - angguk sambil menghisap rokok. Ia benar - benar butuh penyegaran karena setiap saat melihat kemesraan wanita tua itu dengan papa nya.
Seorang pria dewasa menghampirinya. "Hei.. Maaf lama." ucapnya sambil mencium Zora.
"It's okey. Ini menguntungkanku karena sabahatku sudah balik ke hotel."
"Minum?" pria itu menuangkan sebotol bir ke dalam gelas Zora.
"Jangan terlalu banyak. Malam ini aku tidak mau mabuk."
"Kenapa?"
"Takut di kerjai pria hidung belang sepertimu."
"Ayolah Zora, kita nikmati saja malam ini tanpa memikirkan yang lainnya."
"Kamu benar, apalagi saat ini papaku sedang liburan bersama nenek sihir itu."
Pria itu menarik tangan Zora agar duduk di pangkuannya. "Mau bercinta denganku malam ini?" pria itu menghujani Zora dengan ciuman dan belaian.
"Jangan malam ini Sean." tolak Zora.
"Kenapa?"
"Aku sedang tidak mood."
"Apakah kekasihmu tidak memberikan kepuasan padamu?" Sean semakin berani dengan memasukkan tangannya dan bermain di antara paha Zora.
"Stop! Aku bilang aku tidak mood!" Zora menyingkirkan tangan Sean dan berdiri. "Aku pergi!"
"Hei tunggu sayang." Sean menarik tangan Zora. "Jangan menolakku. Kita masih ada satu urusan yang belum terselesaikan."
Zora memandang Sean di tengah hingar bingar suara musik. Ia mengambil sesuatu dari dalam tasnya. Segepok uang dollar dan melemparkannya ke muka Sean. "Cari perempuan lain. Aku sudah bilang aku sedang tidak mood. Mengerti!" Zora meninggalkan Sean.
"Kau tidak akan lepas dariku Zora!" teriak Sean sambil memunguti uang yang berserakan di lantai.
🌺🌺🌺🌺
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 89 Episodes
Comments
Sleepyhead
Bjiiir... Bebeph Lucas teh mau nya apa siiii
2024-10-17
0
Putri Sary
thor up nya 3bab dong😁😁
lekas usai ia penyiksaan indhira
2024-10-17
0