Jangan Ulangi Lagi Asep

Nora segera melihat apa yang ada di dalam kotak. "Ini celana dalam milik tuan."

"Hiiii.." Indhira tergidik ngeri. "Ada bunga - bunganya bu kayak ritual."

"Pasti Ella main dukun. Kurang ajar itu anak." Nora geram dengan perbuatan Ella. "Dhira bawa kotak dan sisirmu. Taruh di kamarku. Nanti malam aku akan bicara dengan Ella."

Dengan sedikit ngeri Indhira segera melakukan perintah Nora. Ia tidak habis pikir kenapa di era modern seperti ini masih juga menggunakan jalur dukun untuk meraih sesuatu. Bukankah lebih baik dengan doa dan usahanya sendiri.

Baru saja Indhira meletakkan itu di kamar Nora, datanglah Asep.

"Ehh.. Kok malah disini, aku mencarimu dari tadi. Tuan memanggilmu. Ayo cepat."

"Iya bentar pak Asep. Tapi____."

"Aacchh sudah ayo cepat sedikit." Asep sedikit memaksa.

"Iya.. Iya.." Indhira sedikit berlari mengikuti Asep menuju taman samping.

Terlihat Lucas duduk di sana mengenakan jaket. Walau wajahnya terlihat pucat, ia masih saja tampan. Di sebelahnya terdapat segelas teh hangat dan sedikit camilan. Jangan - jangan kena masalah lagi aku, mana sudah mandi pikir Indhira dalam hati.

"Tuan memanggil saya?" tanya Indhira begitu sampai di hadapan Lucas.

Mata Lucas memandang Indhira, terbelalak dan kemudian memalingkan muka.

"Dasar wanita kotor. Niat sekali kau menggodaku!"

"Aap.. Aapa maksud tuan?"

Asep juga merasa heran, akan tetapi kemudian dia paham. "Ya Allah Dhira, kenapa pakaianmu begitu." tunjuk Asep.

Indhira melihat dirinya dan alangkah terkejutnya ketika ia masih mengenakan bathrub dan gelungan handuk di kepalanya. "Maaf tuan." gumamnya sambil berbalik. Ini semua gara - gara pak Asep, umpatnya dalam hati. "Saya permisi kembali ke kamar tuan." ijinnya sambil memegangi bathrub dengan erat agar bukit kembarnya tidak terlihat oleh Lucas. Wajahnya memerah menahan malu.

"Pergilah." ucap Lucas. Dengan berlari Indhira pergi meninggalkan Lucas. Sepeninggal Indhira Lucas bernapas dengan lega. Ia juga laki - laki yang normal.

"Maafkan saya tuan. Saya tadi yang memaksa dia untuk segera datang menemui tuan. Saya sendiri tidak memperhatikan apa yang dia pakai." sesal Asep.

"Lain kali jangan kau ulangi!" Lucas memperingatkan dengan tegas.

Hampir lima belas menit kemudian, Indhira kembali dengan mengenakan baju.

"Ada perintah tuan?"

Lucas berani menatap tajam, walau ia masih teringat dengan kejadian tadi. Ia pria yang normal. Tentu saja akan merasa bergairah, di luar itu adalah musuhnya.

"Kau yang menanam semuanya?'

"Iya tuan."

"Di mana kau letakkan Lilli Paris?"

Indhira terlihat sedikit bingung, karena pada dasarnya ia tidak menanyakan jenis tanaman itu. Ia hanya menata berdasarkan bentuk dan warna saja. Aduh kenapa tadi tidak tanya pak Asep nama semua tanaman ya. Bodohnya aku, umpatnya dalam hati.

Asep yang melihat Indhira sedikit kebingungan berusaha membantunya. Di belakang Lucas ia memberi isyarat tentang bunga yang di maksud.

"Hmmm.. Sebentar tuan." Indhira berusaha mengulur waktu sampai ia mengerti dengan isyarat Asep. Ia pura - pura melihat - lihat. Dan Akhirnya___.

"Yang di sebelah sana tuan." tunjuknya.

Lucas tahu bahwa Asep membantunya. "Sekarang kau pindahkan."

"Pindah?"

"Ya.. Kau pindahkan semua Lilli Paris itu ke dalam pot. Tata di sebelah sana." tunjuk Lucas.

Indhira menghela napas. Ia sudah mandi dan keramas tapi harus berkotor - kotor lagi dengan tanah. Ia bahkan belum sempat mengobati tangannya yang lecet - lecet karena terkena ranting. "Baik tuan."

Setelah memberi perintah Lucas kembali masuk ke dalam rumah. Tampak sesal di mata Asep. Tapi itu juga bukan sepenuhnya kesalahan dia. Indhira kembali berkutat dengan tanaman hingga malam tiba.

"Sudah selesai?"

"Sebentar lagi bu Nora."

"Ya sudah, setelah selesai makanlah. Aku sudah menyiapkannya di meja belakang."

"Terima kasih bu." ucap Indhira yang masih beberapa pot lagi.

Nora masuk ke dalam. Ia segera menemui Ella yang saat itu sedang berbincang dengan pelayan yang lain.

"Bisa aku bicara denganmu Ella?"

Dengan wajah malas Ella berdiri. Ia sama sekali tidak menjawab pertanyaan Nora.

Nora menghela napas. "Ikut aku."

Terdengar kasak kusuk di antara pelayan yang lain. Nora adalah pelayan utama di keluarga Lucas. Ia dan Asep sangat di percaya oleh pengacara muda itu. Jadi setiap ada permasalahan di antara pelayan, Nora lah yang akan menyelesaikannya.

"Kenapa masuk ke kamar?"

"Masuklah dulu. Kau akan mengerti nanti."

Ella menuruti perintah Nora. Ia masuk dan duduk di sofa kamar Nora. Tak berapa lama Nora duduk di hadapannya membawa sebuah kotak kayu dengan ornamen ukir dan sebuah sisir. Tentu saja wajah Ella berubah panik.

"Dda.. Ddari mana ibu dapat barang itu?! Ibu menggeledah kamarku?!"

"Tenang dulu. Aku bertanya padamu Ella dan jawab yang jujur. Apa maksud dari semua ini?"

"Itu bukan urusan bu Nora!"

"Tentu saja menjadi urusanku karena ini menyangkut keselamatan tuan." jawab Nora. "Aku tidak perlu menjelaskan panjang lebar bukan?"

Ella menggenggam erat tangannya, napasnya memburu dan terdengar berat. Nora tahu bahwa gadis di depannya itu sangat ketakutan.

"Aku belum mengatakan masalah ini pada tuan. Tapi aku yakin jika tuan tahu kau tidak hanya di pecat tapi juga akan di masukkan ke dalam penjara, atas perbuatan yang mengancam."

"Baiklah.. Aku akan berterus terang." jawab Ella sambil menunduk.

"Aku menunggu penjelasanmu."

"Bu Nora tahu bahwa aku menaruh hati pada tuan sudah sejak lama. Sebelum tuan mengenal nona Calysta, aku sudah memberikan perhatian lebih pada tuan. Aku berkerja dengan sebaik mungkin dengan harapan tuan akan lebih memperhatikanku. Tapi itu semua sia - sia. Bahkan ketika nona Calysta meninggal aku masih berharap tuan akan melirikku tapi ternyata kehadiran Indhira mengalihkan semuanya. Sampai akhirnya aku bertemu dengan teman lama yang menggunakan cara cepat untuk mendapatkan pria yang di cintai."

"Lantas kenapa kau mengambil sisir Dhira."

"Dia sudah menghalangi langkahku. Tiap hari tuan hanya memperhatikannya dan menyuruhnya."

"Tuan memperhatikan Dhira bukan karena jatuh cinta. Kau lihat sendiri kan tuan memperlakukannya dengan kasar, mana mungkin tuan suka padanya. Jangan sampai rasa iri dengki di hatimu membuatmu lupa bahwa kau adalah wanita yang baik."

Ella menitikkan air mata. "Maafkan aku."

"Aku tidak akan mengatakan hal ini pada tuan, tapi aku juga tidak bisa mentoleransi perbuatanmu. Jadi aku minta besok kau tidak usah kembali bekerja lagi di sini."

"Tapi bu, aku harus menghidupi keluargaku. Aku kerja di mana lagi." tangis airmata Ella semakin deras. "Tolonglah bu, beri aku kesempatan lagi."

"Maaf Ella aku tidak bisa. Kau sudah tidak bisa lagi kerja bersama tuan." jawab Nora tegas. Ia kemudian mengambil secarik kertas dan memberikannya pada Ella. "Setelah keluar dari rumah ini, temuilah orang yang ada di kertas itu. Dia saudaraku dan saat ini tokonya membutuhkan seorang pelayan. Kau bisa kerja di sana."

Ella mengusap air mata dan mengambil kertas itu. "Terima kasih bu. Aku akan berkemas."

Nora mengangguk dan melihat Ella keluar dari kamarnya. Nora bernapas dengan lega, walau sejatinya ia tidak tega mengeluarkan Ella. Gadis itu rajin dan pekerjaannya selesai tepat waktu. Hanya karena pikiran bodohnya ia jadi terjebak.

Nora keluar dari kamar dan melihat Indhira sedang makan di meja belakang.

"Ini sisirmu." Nora meletakkan sisir warna hitam dengan semburat gold. Sisir itu sudah bersih dan tidak berbau kemenyan.

"Ih buang aja bu. Aku takut. Siapa tahu setannya masih nempel di sana."

"Hush, jangan keras - keras. Sisir itu sudah aku bersihkan."

"Ups.. Maaf." jawab Indhira sambil menutup mulutnya. Ia sebenarnya ingin bertanya soal Ella, tapi ia urungkan karena bukan porsi untuk tahu semua masalah di rumah ini. Ia hanya seorang tawanan.

"Ella aku pecat." tiba - tiba Nora bercerita. "Kalau tuan tahu ia tidak hanya memecat tetapi juga memenjarakannya."

"Beruntung tuan tidak terkena sihir dukun itu." ucap Indhira.

"Heh, mungkin dia dukun gadungan."

"Hahahhah.." Indhira tertawa terbahak - bahak mendengar perkataan Nora yang tanpa ekspresi. Menurutnya Nora terlalu serius.

"Sudah jangan tertawa saja. Setelah makan istirahatlah." Nora meletakkan obat luka di meja. "Obati lukamu."

"Terima kasih bu Nora."

🌺🌺🌺🌺

Sementara ini Indhira mengambil alih tugas Ella sebelum ada pelayan baru. Ia mulai membersihkan seluruh ruangan, sampai akhirnya ia menemukan beberapa foto milik Calysta dan Lucas. Mereka sedang menikmati kebersamaan di pinggir pantai.

Indhira sangat iri bahwa Calysta di kelilingi oleh orang - orang yang mencintainya walau akhirnya kebahagian itu di renggut oleh dirinya.

"Maaf." gumam Indhira.

Ia mendengar langkah kaki di tangga, dengan cepat ia segera mengembalikan foto itu di laci dan segera pergi.

"Kau awasi terus gerak gerik Damian. Jangan sampai ia tahu perihal surat tanah itu." ucap Lucas di telepon.

"Bagaimana dengan handphone Calysta? Kau sudah mendapatkannya dari kantor polisi?"

"Bagus."

Gludaakk!!!

"Siapa?!" teriak Lucas.

Indhira menutup mulutnya, ia tidak sengaja menjatuhkan barang dekat rak. Dengan berlahan ia menggeserkan badannya agar tidak terlihat oleh Lucas.

"Siapa?! Ayo keluar!"

Indhira takut kalau ia di sangka curi dengar pembicaraan mereka. Walau sebenarnya ia penasaran, ada apa dengan handphone Calysta. Kenapa Lucas berusaha mendapatkan barang itu. Kebenaran apa yang ada di handphone yang menjadi barang bukti.

Akhirnya Indhira memutuskan untuk keluar, ia bukan orang yang suka ikut campur urusan orang. Ia hampir keluar dari persembunyiannya, tiba - tiba___.

"Maaf tuan, saya menjatuhkan barang tidak sengaja."

"Nora? Kenapa pagi - pagi kau di situ?"

"Saya mau ke kamar tuan, mau menyampaikan sesuatu."

"Apa?"

"Ella hari ini minta berhenti dan saya sudah menemui agen untuk mencarikan penggantinya."

"Ya sudah kau atur saja." jawab Lucas sambil naik kembali ke kamarnya. Ia memang menyerahkan urusan belakang pada Nora dan Asep.

Indhira bernapas dengan lega.

"Kau boleh keluar." perintah Nora.

"Maaf bu."

"Lain kali jangan terulang lagi. Disini kau kerja. Dan urusan tuan bukan urusan kita."

"Aku mendengar nama Damian di sebut dan itu membuatku penasaran. Dan juga handphone_____."

"Biasakan untuk tidak ingin tahu. Jangan membuat tuan marah Dhira." potong Nora.

"Baik bu."

"Kembali kerja."

Indhira kembali bekerja dengan beberapa pertanyaan di hatinya tapi sudahlah. Di sini ia hanya budak dan tawanan Lucas demi membalas dendamnya.

🌺🌺🌺🌺

Terpopuler

Comments

Sleepyhead

Sleepyhead

Semoga segera terungkap apa yg terjadi dengan Calysta saat itu. Dan semoga prasangka buruk Lucas terungkap dan dia merasa menyesal telah berbuat buruk kepada Dhira.

2024-10-14

0

Alif 33

Alif 33

makin seru aja nih...
makasih ya Thor

2024-10-14

0

lihat semua
Episodes
1 Berusaha Menerima
2 Reuni
3 Malam Petaka
4 Kembali ke Ruko
5 Bu Arini
6 Tuhan Berpihak Padaku
7 It's Game
8 Budakku
9 Balas Dendam di mulai
10 Berkebun
11 Aku Tidak Butuh Bantuanmu
12 Siksaan Lagi
13 Perang di Rumah Belakang
14 Jangan Ulangi Lagi Asep
15 Rating Ketampanan
16 Tempe Goreng Keasinan
17 Jangan Mati dengan Mudah
18 Mimpi - Mimpi Tiada Arti
19 Mengejar Pelayan Hotel
20 Sembuhlah
21 Pergi ke Panti
22 Penembakan
23 Kebebasan
24 Datang Saja ke Rumah
25 Kalau mau Menangis, Menangis saja
26 Kenangan Rumah Lama
27 Pindah Panti Asuhan
28 Peresmian Pulau
29 Aku Memaafkanmu
30 Misteri Kematian Sean
31 Terima Kasih Sudah Menolongku
32 Kamu Hebat
33 Ular Membelit Burung
34 Amber Sepupuku
35 Indhira lagi Indhira Lagi
36 Suruh Zora Pulang!
37 Ternyata Kau Amber
38 Kirimkan Orang Untuk Menyelamatkanku
39 Kita Saudara Amber
40 Teringat terus
41 Serangan Damian.
42 Anak Tidak Tahu Diri
43 Malam Jahanam
44 Kepergian Yuma
45 Tuan Pasti Memiliki Alasan
46 Tante Friska
47 Pengkhianatan
48 Aku Membencimu Damian
49 Penculikan Indhira
50 Mati Kau Damian
51 Aku Akan Membuat Kalian Bersama
52 Terimakasih Sudah Mau Kembali Uni
53 Vonis Empat Tahun Penjara
54 Hamil
55 Separuh Jiwaku Pergi
56 Semua Karenamu
57 Ngidam
58 Sentuhan yang Menenangkan
59 Rindu Aroma Tubuhmu
60 Aku tidak Cemburu
61 Anakmu yang Cemburu
62 Senam Hamil
63 Carilah Kebahagianmu
64 Aku Mencintai Bayi Ini
65 Melahirkan
66 Kamu Sekarang Bebas
67 Hey Noah
68 Noah Memiliki Ibu baru
69 Membatalkan Perjanjian
70 Menikah Denganmu
71 Berkat Nenek
72 Sakit Manja
73 Cantikan Ibu
74 Hampir Kehilanganmu
75 Aku Milikmu
76 Yang Sabar Ya Noah
77 Bu.. Aku Sudah Bahagia
78 Cemburu dengan Calysta
79 Honey Moon
80 Menjenguk Amber
81 Karyawan Baru
82 Curiga
83 Menyelidiki
84 Adu Domba
85 Jebakan Diandra
86 Draft
87 Dugaan yang Terbukti
88 Kehilangan
89 Drama
Episodes

Updated 89 Episodes

1
Berusaha Menerima
2
Reuni
3
Malam Petaka
4
Kembali ke Ruko
5
Bu Arini
6
Tuhan Berpihak Padaku
7
It's Game
8
Budakku
9
Balas Dendam di mulai
10
Berkebun
11
Aku Tidak Butuh Bantuanmu
12
Siksaan Lagi
13
Perang di Rumah Belakang
14
Jangan Ulangi Lagi Asep
15
Rating Ketampanan
16
Tempe Goreng Keasinan
17
Jangan Mati dengan Mudah
18
Mimpi - Mimpi Tiada Arti
19
Mengejar Pelayan Hotel
20
Sembuhlah
21
Pergi ke Panti
22
Penembakan
23
Kebebasan
24
Datang Saja ke Rumah
25
Kalau mau Menangis, Menangis saja
26
Kenangan Rumah Lama
27
Pindah Panti Asuhan
28
Peresmian Pulau
29
Aku Memaafkanmu
30
Misteri Kematian Sean
31
Terima Kasih Sudah Menolongku
32
Kamu Hebat
33
Ular Membelit Burung
34
Amber Sepupuku
35
Indhira lagi Indhira Lagi
36
Suruh Zora Pulang!
37
Ternyata Kau Amber
38
Kirimkan Orang Untuk Menyelamatkanku
39
Kita Saudara Amber
40
Teringat terus
41
Serangan Damian.
42
Anak Tidak Tahu Diri
43
Malam Jahanam
44
Kepergian Yuma
45
Tuan Pasti Memiliki Alasan
46
Tante Friska
47
Pengkhianatan
48
Aku Membencimu Damian
49
Penculikan Indhira
50
Mati Kau Damian
51
Aku Akan Membuat Kalian Bersama
52
Terimakasih Sudah Mau Kembali Uni
53
Vonis Empat Tahun Penjara
54
Hamil
55
Separuh Jiwaku Pergi
56
Semua Karenamu
57
Ngidam
58
Sentuhan yang Menenangkan
59
Rindu Aroma Tubuhmu
60
Aku tidak Cemburu
61
Anakmu yang Cemburu
62
Senam Hamil
63
Carilah Kebahagianmu
64
Aku Mencintai Bayi Ini
65
Melahirkan
66
Kamu Sekarang Bebas
67
Hey Noah
68
Noah Memiliki Ibu baru
69
Membatalkan Perjanjian
70
Menikah Denganmu
71
Berkat Nenek
72
Sakit Manja
73
Cantikan Ibu
74
Hampir Kehilanganmu
75
Aku Milikmu
76
Yang Sabar Ya Noah
77
Bu.. Aku Sudah Bahagia
78
Cemburu dengan Calysta
79
Honey Moon
80
Menjenguk Amber
81
Karyawan Baru
82
Curiga
83
Menyelidiki
84
Adu Domba
85
Jebakan Diandra
86
Draft
87
Dugaan yang Terbukti
88
Kehilangan
89
Drama

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!