PMR 13

"Non, ini bibi. Nona di tunggu Tuan Edgar untuk sarapan." Bi Darmi memanggil Kinara setelah wanita paruh baya itu mengetuk pintu istri majikannya.

 Bi Darmi yakin ada sesuatu yang tengah terjadi antara keduanya. Apalagi melihat sepasang suami-isteri itu tak tidur di satu kamar selama berada disini. Bahkan bertegur sapa-pun juga jarang.

Namun melihat kejadian semalam, Bi Darmi yakin jika Edgar sangat mencintai Kinara. Hingga hal kecil yang menyangkut wanita itu akan terus dipantaunya.

"Apa Nona yang belum mencintai Tuan Edgar?" Batin Bi Darmi bertanya- tanya dalam benaknya.

"Bi, Dimana dia?" tanya Edgar yang tiba-tiba muncul di belakang Bi Darmi. Wanita paruh baya tersebut kaget dengan kemunculan Edgar tanpa suara tersebut.

"Belum ada sahutan,Tuan." sahut Bi Darmi.

"Pergilah, biarkan aku yang akan membangunkannya." titah Edgar membuat Bi Darmi hendak pergi, namun langkahnya tiba-tiba terhenti ketika ia mengingat satu hal.

"Maaf, Tuan. Tadi pagi buta Nyonya Berliana menelpon dan menanyakan keberadaan anda," ungkap Bi Darmin.

"Lalu, apa jawabanmu?" sentak Edgar.

"Saya menjawab anda disini," Timpalnya lagi sembari menunduk.

"Apa kau menceritakan tentang keberadaan dia," tanya Edgar menunjuk ke arah kamar Kinara, Dia yang dimaksud Edgar ialah Kinara istri keduanya.

"Tidak, Tuan. Nyonya Berliana hanya bertanya keberadaan anda." Bi Darmi berucap sembari meremat kedua tangannya, apakah dia salah pikirnya ketika melihat tatapan tak biasa dari Edgar.

"Bagus, dan berhentilah memanggil dia Nyonya karena sebentar lagi dia bukan Nyonyamu," sentak Edgar mengingatkan dengan penuh penekanan.

"Ba-ik, Tuan." Bi Darmi berucap sembari melangkahkan kakinya menjauh dari depan pintu kamar Kinara.

Ceklek... Ceklekkk...

Terkunci,

Kinara mengunci pintu kamarnya hingga membuat seorang Edgar cemas. Pria itu berlari kearah laci, ia mencari kunci cadangan yang tersedia disana.

Dapat.

Edgar mendapatkan kunci cadangan itu dan secepatnya melangkahkan kakinya kearah kamar Kinara. Dengan kasarnya, Edgar membuka pintu itu tanpa mengetuk terlebih dulu.

Gelap

Hanya satu kata itu yang terlihat dikamar Kinara. Apa wanita itu belum bangun pikir Edgar.

Ctakk...

 Edgar menghidupkan saklar lampu yang berada di kamar itu. Terlihat disana sosok yang tengah tertidur dengan selimut yang hampir menutupi tubuh mungilnya.

"Ra, Bangun." panggil Edgar menarik selimut yang menutupi tubuh Kinara. Tak ada reaksi apapun disana, Kinara masih asyik berada dalam mimpi indahnya.

"Rara." Edgar mencoba mendekat, tangan lancangnya memegang wajah pulas Kinara yang terlihat sembab. Ia yakin jika semalaman gadis itu menangis karena ulahnya.

"Kamu demam!" seru Edgar pada Kinara yang masih setia memejamkan matanya. Tangan pria itu kembali memeriksa tubuh Kinara dengan menyingkap pelan selimut yang menutupi tubuh Kinara.

 Tanpa pikir panjang lagi, Edgar merogoh saku celananya dengan raut kecemasan. Ia mengambil gawai hitam miliknya dan menekan sesuatu hingga terdengar suara seseorang dari sebrang.

Tutt...

... :[ Ya, Hallo!]

Edgar: [cepat datang kemari, aku membutuhkanmu.]

... : [Siapa yang sak___]

Tuuttt....

 Tanpa berpamitan, Edgar memutuskan sambungan teleponnya. Pria itu membuang ponsel miliknya kesembarang arah karena ia terlalu fokus pada Kinara yang mulai menggeliat ditambah lagi dengan tubuhnya yang menggigil.

"Ed-o, kenapa ka-mu ada disini?" tanya Kianra dengan suara seraknya khas bangun tidur. Matanya tak sepenuhnya terbuka, ia menahan pening yang tiba-tiba melanda di kepalanya.

"Kamu demam,Ra." ungkap Edgar terusan saja mengusap lembut pucuk kepala Kinara.

"Biarkan saja, Mungkin sudah saatnya aku berpulang," tukas Kinara menahan tangan Edgar agar berhenti mengusap pucuk kepalanya. Dengan sisa kekuatan, ia berusaha mendudukkan diri sembari bersandar di kepala ranjang.

"Jangan berbicara yang tidak-tidak,Rara." sengit Edgar yang tak suka dengan ocehan yang disampaikan Kinara.

"Harusnya kamu senang karena setelah ini misi balas dendammu tuntas ,'kan?" Ujar Kinara semakin membuat Edgar frustasi. Pasalnya ialah tersangka utama yang membuat Kinara seperti itu.

 Edgar tak menjawab lagi, ia membiarkan Kinara terus mengoceh meskipun ocehannya membuat Edgar sakit hati. Ia tak melarang karena memang semuanya itu adalah kenyataannya.

 Dengan telaten, Edgar memijat bahkan mendengarkan ocehan unfaedah yang keluar dari bibir Kinara. Meskipun ia tak menyahut, akan tetapi wanita yang tengah demam itu tak henti-hentinya berbicara .

"Sebentar lagi. Semuanya akan terkuak dan siapapun dia, aku jamin dia takkan bisa lagi lepas dari genggamanku," Batinnya ketika ocehan Kinara membuat hatinya tersayat.

bersambung...

Terpopuler

Comments

Atu Sartu

Atu Sartu

/Angry/

2024-07-28

0

yunidarwanti2

yunidarwanti2

🙄🙄🙄

2024-07-12

0

kalea rizuky

kalea rizuky

Edgar uda enak enak blom ama istri jalang nya berlian

2024-06-27

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!