Sudah hampir pertengahan malam Kinara tak jua memejamkan matanya. Ia masih terus terngiang dengan ucapan Bi Darmi. Apalagi tentang masa lalu Edgar, jika memang dirinyalah yang dimaksud Bi Darmi tapi mengapa dia tak mengenalinya . Pasalnya wanita paruh baya itu berucap tau dengan kekasih Edgar dulu. Mungkinkah Edgar memiliki kekasih lain selain dirinya dan juga mendapatkan perlakuan yang sama dengannya.
"Kenapa semuanya terasa membingungkan?" gumam Kinara, ia menatap sekelilingnya dengan membayangkan beberapa tahun lalu. Menggambar sebuah rumah dengan penuh kebahagiaan bahkan ia berniat memiliki rumah yang ia desain sendiri.
Tapi itu hanyalah sebuah mimpi yang tak terwujud, karena pada waktu itu sang Papa hanya bekerja serabutan berbeda dengan sekarang.
Ctarrr...
Seketika lamunan Kinara buyar ketika ia mendengar suara bising di tambah suara pekikan dari luar . Gadis itu terlonjak, Ia penasaran dengan pa yang terjadi diluar.
"Dasar tidak becus, sudah berapa kali aku mengingatkan kalian hah!" Bentak Edgar kepada seluruh pekerjanya, bahkan ada satu wanita yang tengah berjongkok di depan Edgar dengan raut kesakitan.
Ctarr...
Lagi, suara menggelegar itu terdengar di indera pendengarannya . Kinara terpejam dibalik tembok ketika menyaksikan kebengisan Edgar yang tengah menyiksa salah satu pekerjanya.
"Ampun,Tuan. Sa-ya sudah menyuruh Nona makan tapi dia tidak mau," Ucap seseorang yang tengah berjongkok itu dengan tangan mengatup didadanya.
Deggg...
Jantung Kinara tiba- tiba berdetak tak karuan mendengar penuturan wanita paruh baya itu. Ya, Dia Bi Darmi yang tadi mengajaknya makan namun ia menolaknya dengan alasan masih kenyang.
Cambuk yang dipegang Edgar kembali mengudara namun secepat kilat Kinara mendorong tubuh Bi Darmi menjauh. Alhasil dirinyalah yang terkena cambukan itu hingga membuat tubuhnya tersungkur di depan Edgar.
"Apa yang kau lakukan?" sentak Edgar membuang asal cambuknya, Ia meraih tubuh Kinara dan mendekapnya.
"Apa yang kamu lakukan?" tanya Edgar lagi dengan posisi memeluk Kinara.
Tak ada jawaban dari Kinara, ia masih bungkam ketika Edgar semakin mengeratkan pelukannya. Entahlah, Kinara bingung dengan posisinya saat ini.
"Ra," panggil Edgar lagi, namun kali ini pria itu melerai pelukannya sembari menangkup wajah Kinara.
Dengan reflek, Kinara mendorong kasar tubuh Edgar hingga membuat pria itu terjerembab ke lantai. Kinara berlari kearah kamarnya tanpa menggubris Edgar yang terus memanggilnya.
"Kinara," panggil Edgar meskipun tak ada sahutan dari Kinara.
Wanita itu mengunci dirinya dikamar , tubuhnya meluruh didinding dengan tangisan yang mulai luruh dipipinya.
"Jangan lagi bersikap manis padaku, Jika nanti kamu juga yang akan membuatku kecewa lagi dengan perilakumu. Aku berusaha melupakan rasa cintaku padamu setelah apa yang kamu lakukan. Tapi malam ini kamu mau menumbuhkan rasa itu lagi. Maaf, aku takkan membiarkan itu terjadi lagi. Hatiku sudah terlanjur kecewa dengan sikapmu." Gumam Kinara menyembunyikan wajahnya di antara tangannya.
Tok...tok...tok...
"Ra, buka." Edgar mengetuk pintu dengan kasar, pria itu tak sabaran ketika melihat tingkah Kinara yang terasa menghindarinya.
"Buka, Rara."
Tak ada jawaban dari dalam , Kinara tak sekalipun menjawabnya bahkan dikamar itu terkesan hening. Pikiran Edgar sudah melalang buana kemana-mana. Apakah Kinara melakukan hal gila pikir Edgar.
Brakk...
Brak...
Brakk...
Setelah ketiga kalinya Edgar mendobrak pintu itu, Akhirnya ia berhasil membukanya meskipun pintu itu rusak akibat ulahnya.
"Ra." Edgar memanggil sembari celingukan, ia mencari sosok Kinara didalam sana namun matanya tak menemukan sosok itu.
"Rara." Seketika ia melangkahkan kakinya ke arah sebelah pintu, Kinara berada disana dengan wajah bertumpu di atas lututnya.
"Kamu kenapa?" tanya Edgar, Pria itu membantu Kinara berdiri dengan memegang bahu wanita itu.
"Ra."
Tak ada sahutan disana, Kinara menatap lurus kedepan tanpa mau memandang Edgar yang kini juga berada didepannya.
"Maafkan aku." Edgar berucap dengan membelai wajah ayu Kinara yang sudah dibanjiri air mata.
Mendengar itu, sontak saja mata Kinara melonggok kearahnya. Tak salah dengar kah dirinya ketika Edgar berucap demikian.
"Lepas," sentak Kinara menghempaskan tangan Edgar yang masih setia menangkup wajahnya. "Jangan berbicara seperti itu jika hatimu masih memiliki dendam denganku, Edgar. Siksa aku atau bunuh sekalian. Aku sudah bosan hidup ketika harus terbelenggu dengan kehidupanmu," sarkas Kinara dengan tatapan nyalang-nya.
"Tidak! Aku mohon jangan berbicara seperti itu, Ra. Aku min___"
"Ceraikan aku." Kinara menyela ucapan Edgar, Sudah cukup ia mendengar ucapan manis yang ditujukan Edgar padanya. Ia tak suka bahkan terasa asing di indera pendengarannya.
Degg...
Tangan Edgar terkepal kuat, malam ini ia kembali mendengar kata yang sangat menyakitkan untuknya.
"Sampai kapanpun, Aku Edgar Regantara takkan menceraikan kamu Kinara Saqeel Ardav." Edgar berucap dengan penuh penegasan dan penekanan.
Terlihat disana Kinara tertawa sumbang. Ia sudah yakin jika Edgar takkan melepaskannya segampang itu. Apalagi rasa sakit hati yang dimiliki pria itu masih membekas dihatinya. Entahlah.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
Yovita Vita
seru ceritanya
mengandung bawang iya,emosi iya
gado2 😁
2024-09-10
0
yunidarwanti2
apa kekasih Edgar Kinara krn perbedaan kasta🤔
2024-07-12
1
Anindya 💦
Cerai... cerai....
2024-05-09
0