"Pergi... Pergi.. jangan ganggu aku." Kinara berteriak dialam bawah sadarnya, keringat dingin sudah bercucuran didahinya.
"Ra, Bangun , Ra." panggil Caca yang merasa terganggu dengan teriakan Kinara. Gadis itu menepuk pelan pipi Kinara agar ia terbangun dari mimpinya.
Hah... Hah... Hah...
"Aku dimana?" sentak Kinara dengan nafas memburu ,ia spontan menoleh ke kanan dan kiri ketika tubuhnya sudah terduduk .
"Ra, lu mimpi buruk!" seru Caca, gadis itu memegang bahu Kinara.
"Ca, Ak-ku hiks... hikks..." Kinara tak bisa meneruskan ucapannya kala air matanya mulai meluruh.
"Tenang, Ra. Ada apa sebenarnya dengan lu ?" tanya Caca.
"Ak-ku, Ed-gar. Tolong, bawa aku pergi jauh, Ca. Aku gak mau disini!"
"Kenapa? tolong kasih tau gua ,Ra. Apa semua ini ada sangkut pautnya dengan, Edgar?"
Kinara diam, wanita itu menganggukkan kepalanya dengan pelan. Air matanya tiba- tiba mengalir ketika mengingat kejadian semalam. Dimana ia disakiti batin dan fisiknya.
"Edgar udah nikahin aku, Ca. Aku gak sadar kalau___."
"What? Nikah! Bagaimana bisa?"
"Aku juga gak tau," ucapnya sendu.
"No, lu jangan mau di kibulin. Mana bisa nikah dibuat mainan kayak gitu. Dan lagi, memang Om Ardav mau jadi wali dengan nikahan lu itu! Sumpah, gila tuh cowok. Dan ini___." Ucapan Caca terhenti ketika ia menunjuk beberapa lebam di tubuh dan wajah Kinara. "Ini ulah dia juga!"
Kinara menganggukkan kepalanya lagi, sebenarnya ia juga bingung perubahan keji yang ditujukan Edgar padanya. Namun mengingat semalam, ia jadi yakin jika ada seseorang yang ada dibalik kebengisan Edgar padanya.
"Brengsek, ngapain dia lakuin kayak gitu, emang dia fikir dia siapa? Mentang-mentang orang kaya jadi seenaknya kayak gitu." Caca berujar dengan nada meninggi, ia emosi dengan tingkah Edgar yang seenak jidat.
"Ca, Papa! Gimana kalau Papa nyariin aku!" sarkas Kinara ketika teringat Papanya yang tengah mengkhawatirkan dirinya. "Pasti dia gak bisa tidur gara- gara aku gak pulang."
"Santai, gua udah izin sama Om Ardav semalam. Ya kali gua bawa lu dalam keadaan kayak gitu, Bisa jadi bubur gua," ujar Caca,
"Anterin aku pulang ya! Aku takut Papa nyariin." jawab Kinara yang masih mengkhawatirkan Ardav.
"Tapi, muka lu!" seru Caca ragu ketika melihat wajah Kinara yang masih terlihat jelas luka lebam.
"Udah, Gak apa-apa. Nanti aku yang nyari alasan." sahut Kinara.
"Bentar ,Ra. Gua heran sama lu sekarang. Bahasa lu berasa asing ditelinga gua," ungkap Caca.
"Gak tau."
Setelah berucap, Kinara bangkit dari ranjang dan beranjak ke kamar mandi. Meskipun badannya penuh luka dan masih terasa perih, namun ia berusaha sekuat tenaga menahannya. Apalagi mentalnya, mungkin jika wanita lain yang mengalami kejadian seperti Kinara, Mungkin akan mengalami depresi ataupun gangguan mental.
Kinara bukanlah wanita yang lemah, gadis itu akan kembali bersemangat ketika ada seseorang yang selalu ada disampingnya yaitu Ardav.
"Semoga masalah lu cepat kelar, Ra. Dan gua harap pertemuan semalam adalah pertemuan terakhir buat lu dan Edgar," batin Caca ketika punggung Kinara hilang di netranya.
Kinara tak menceritakan jika Edgar sudah melecehkannya karena ia takut Caca takkan terima akan hal itu. Ia akan menutupinya dengan caranya sendiri, biarlah itu semua menjadi rahasianya dan Edgar tentunya.
"Ra, lu yakin mau pulang dan ketemu bokap lu!" ujar Caca yang masih ragu, gadis itu takut jika Ardav nantinya akan syok dengan keadaan Kinara saat ini.
Meskipun wanita itu sudah terlihat bugar dan semangat, namun tatapan kesedihan dan kepiluan itu tak mampu di tutupi. Ia tau itu namun enggan bertanya lagi pada Kinara, ia takut pertanyaannya akan membuat Kinara sakit hati bahkan teringat kejadian malam itu.
"Yakin, Ca! kenapa? kamu takut!" ungkap Kinara.
"Enggaklah, ngapain takut!" dalih Caca.
"Yakali, takut dijadiin perkedel sama Papa." seloroh Kinara dengan senyuman kecil terlihat disana.
Setelah beberapa menit bersiap, kini akhirnya Kinara dan Caca masuk kedalam mobil milik Caca. Dengan perasaan gundah, Kinara meremat jemarinya dengan kuat. Meskipun ia ngeyel ingin bertemu sang Papa, namun dalam hatinya ia merasakan hal yang tidak biasa, Dimana rasa bersalah begitu mendominasi.
"Ra, lu yakin!"
Lagi dan lagi Caca berucap demikian. Gadis itu hanya ingin memastikan ketika wajah Kinara sudah tidak bersahabat disana. Sebenarnya ia ragu dengan niat kinara untuk menemui Ardav namun melihat intensitas Kinara. Membuat Caca hanya bisa menghembuskan nafasnya kasar.
"Gak apa, santai aja, Ca." jawab Kinara mantap.
"Okelah."
Kinara menatap lurus kedepan dengan tatapan kosong, entah apa yang ada didalam pikirannya. "Apa Papa akan marah jika aku bercerita." Kinara membatin dengan penuh kecemasan.
Mobil Caca berhenti tepat ketika lampu berubah menjadi merah. Kinara dan Caca hanya fokus kedepan dengan melihat pemandangan yang sudah menenggelamkan jalanan ibukota, jalanlan itu begitu padat dengan mobil dan motor saling bertebaran disana.
Tokk...tok...tokk...
"Buka pintunya!" teriak seseorang yang tengah menggedor kaca mobil disebelah Kinara. Baik Caca dan Kinara terkejut akan hal itu bahkan keduanya sontak melihat kearah sumber suara.
Mata Kinara membulat ketika seseorang yang menggedor kaca mobilnya adalah pria semalam yang mengejarnya. Gadis itu ketakutan bahkan air matanya kembali meluruh dengan derasnya .
"Ca ,Ayo jalan, Ca." Kinara berucap dengan nada ketakutannya. Air matanya tidak bisa ia tahan lagi.
"Siapa dia ,Ra?" tanya Caca dengan raut cemasnya pasalnya Kinara terlihat sangat ketakutan disana.
"Buka pintunya," Teriakan pria itu membuat orang sekitar mengalihkan atensi ke arah mobil Caca.
"Dia anak buahnya ,Edgar. " ucap Kanaya sesekali melihat wajah yang tengah mengetuk kaca mobilnya. "Ayo, Ca. aku gak mau ikut dia." imbuh Kinara .
Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
yunidarwanti2
untung si caca kinara blm msuk rmh cptn kabur dr stu
2024-06-26
1
Teteh Lia
cepetan pergi. nanti kamu di bawa lagi sama Edgar
2024-05-25
3
Rere💐💐
Caca, bawa kinara pergi
2024-05-14
0