Bab 12

 "Saat seseorang menginginkan keindahan dan kebahagiaan hidup, jadikanlah sabar sebagai sahabat, dan ikhlas sebagai penguat langkah."

• • • • •

Setelah Fawwaz mencari Ara dari segala sudut, ia tidak menemukan titik terang. Akhirnya ia menghubungi Arga untuk membantunya mencari Ara.

"Masuklah, aku tau dimana keberadaan adikku," ucap Arga sambil mengemudikan mobilnya.

Mendengar kabar jika adiknya menghilang, Arga pulang lebih cepat dari tempat kerjanya. Dia meminjam mobil Aryo untuk mencari keberadaan adiknya.

****

Arga memarkirkan mobilnya ditepi jalan setapak tepat di depan pemakaman umum.

"Untuk apa Mas Arga membawaku kesini." gumam Fawwaz dalam hati.

"Sekarang turunlah !" Seru Arga, kemudian Fawwaz mengikuti perintah Arga.

“Ara !” teriak Arga dari depan pemakaman.

Fawwaz masih bingung, dia menelisik keberadaan istrinya tapi dia tidak melihatnya. Lalu Fawwaz mengikuti Arga dari belakang.

“Ara, bangun Ra !” Arga memeluk tubuh sang adik yang sudah terkulai lemas di gundukan tanah kuburan.

Fawwaz diam mematung tanpa melakukan apapun, tubuhnya terasa kaku, tenggorokanya tercekat saat melihat nama yang ada di batu Nisan

"Na ... Than !"

“Apa yang kau lakukan?" Arga berdecak kesal.

"Cepat bawa adikku ke dalam mobil !" bentak Arga pada Fawwaz.

"I ... iya Mas." Fawwaz menggendong Ara ke dalam mobil. Ia memangku kepala Ara yang terkulai lemas di bangku belakang.

Sedang Arga melajukan mobilnya dengan kecepatan normal.

Ibuk, Nabila dan juga Aryo sudah menunggu kedatangan mereka di teras depan rumah.

Sejak mendengar kabar jika Ara menghilang, Ibuk tak henti-hentinya menitihkan air mata.

Hik hik hik,

"Sudah Buk sabar. Insyallah Mas Arga bisa menemukan Ara." Nabila memeluk erat Ibuk sembari mengusap-usap punggungnya.

Tin.

Melihat Arga memasuki pelataran rumahnya, Ibuk segera menyeka air matanya. Ibuk setengah berlari kearah mobil, diikuti dengan Nabila dan juga Aryo.

"Ra, kamu kenapa Nak?" Ibuk masih terisak-isak dengan tangisanya, beliau melihat wajah putrinya yang sangat pucat.

"Buk, tolong berikan jalan. Biarkan Fawwaz membawanya ke dalam kamar." Arga menghalau Ibuk dan yang lain, agar Fawwaz bisa leluasa membawa Ara.

“Ara, bangun nak, ini ibuk," ucap Ibuk dengan mengusap punggung telapak Ara.

"Bil, tolong ambilkan minyak kayu putih," pinta Ibuk.

Nabila dengan segera mengambil minyak kayu putih yang ada di tasnya.

Aryo dan Arga hanya diam mematung menyaksikan Ibuk dan Ara yang terbaring lemas. Sedang Fawwaz membantu Ibuk menyadarkan Ara. Fawwaz memijat-mijat sisi lain telapak Ara.

"Ini Buk," ucap Nabila.

"Tolong usapkan ke bagian dada adikmu ya Bil," pinta Ibuk.

Nabila mengangguk, "Baik Buk."

Ara memicingkan mata, membuka perlahan kelopak matanya lalu melihat keadaan sekitar.

"Ibuk," ucap Ara dengan suara lirih.

Ibuk menangis haru melihat putrinya sudah siuman.

"Nak, kamu sudah bangun." Ibuk menyunggingkan senyum walau air matanya tak bisa di bohongi.

Ara mengangguk pelan. Kepalanya masih pusing sedang tubuhnya terasa begitu lemas.

"Kita ke Rumah Sakit ya Nak," pinta Ibuk sambil mengusap punggung Ara.

Ara menggeleng, "Ara gak apa Buk." Senyum Ara mengembang.

Ia tidak mau membuat Ibuk atau pun keluarganya khawatir.

Matanya bengkak setelah menangis di pemakaman tadi. Dadanya sesak jika mengingat kejadian di masalalunya.

Kemudian suara Adzan Maghrib berkumandang.

Arga dan Aryo segera pergi ke Masjid, tak lupa Arga membersihkan diri dulu.

"Ra, Mas ke Masjid dulu ya." Pamit Fawwaz kepada Ara.

Ara pun mengangguk.

"Buk, Fawwaz pamit dulu ya," lanjutnya berpamitan kepada Ibu mertuanya.

"Iya Nak, hati-hati."

****

Usai Shalat Maghrib berjamaah, Fawwaz, Arga dan juga Aryo berjalan keluar dari Masjid. Arga menahan Fawwaz agar tidak kembali ke rumah dulu.

"Mas, Waz aku pulang dulu ya. Sekalian pamit mau jemput Caca dulu." Pamit Aryo kepada ke duanya.

"Oh iya Yo, terimakasih atas bantuanya," ucap Arga.

"Iya Mas sama-sama." Sahut Aryo.

"Terimakasih Mas," ucap Fawwaz.

"Sama-sama." Jawab Aryo kemudian berjalan pulang sendirian.

"Waz, ada yang mau Mas bicarakan."

Arga mengajak Fawwaz duduk pada anak tangga di Masjid.

Fawwaz duduk dua tangga di belakang Arga.

Hhhhh. Sebelum Arga mulai berbicara dengan Fawwaz, ia menarik nafas panjang.

"Apa kau melihat nama di nisan tadi?"

Fawwaz mengangguk.

"Itu adalah sahabat Ara. Sahabat sekaligus orang yang Ara cintai. Dia meninggal empat tahun yang lalu." Ungkap Arga.

"Dia meninggal kenapa Mas?" tanya Fawwaz. "Dia kecelakaan saat akan melamar Ara tepat di hari ulang tahunya."

Arga menghela nafas panjang.

"Dan Cafe yang kamu dan Ara datangi tadi sore adalah tempat dimana Ara akan di lamar." Ungkap Arga.

Deg,

Fawwaz tidak bisa berkata apa-apa, dia bisa membayangkan betapa menyakitkanya kejadian tersebut bagi Ara Dan kini semua pertanyaan-pertanyaan yang ada di benak Fawwaz sudah terjawab.

Karena Nathan lah Ara menjadi dingin seperti ini, mungkin dia tidak mau sakit untuk yang ke dua kalinya.

Dan nama Pria yang Ara panggil saat ia sakit kini sudah terbaring di bawah batu Nisan.

"Apa sebelum kalian ke sini Ara sakit?"

Fawwaz tercengang mendengar pertanyaan Arga, pasalnya ia atau siapapun tidak ada yang memberitahu keluarga Ara.

"Darimana Mas tau?" tanya Fawwaz keheranan.

"Dia selalu mengalami hal itu saat mendekati hari ulang tahunya. Lebih tepatnya setelah Nathan meninggal." Jelas Arga.

Fawwaz menghembus nafasnya dengan lega.

"Iya Mas, sebelum Fawwaz mengajak Ara ke Surabaya dia sakit demam. Dia opname beberapa hari." Ungkap Fawwaz.

Arga terdiam, dia sudah menduga jika hal ini akan terjadi. Apalagi ini baru tahun pertama pernikahan mereka.

"Apa Ara tidak bersikap baik kepadamu?"

Lagi-lagi Fawwaz tercengang dengan pertanyaan-pertanyaan Arga. Darimana dia tau padahal Fawwaz tidak pernah menceritakanya kepada siapapun.

Namun Fawwaz tidak menjawab apapun, dia tidak mau mengumbar aib keluarganya.

Hhhhh, Arga menghela nafas panjang.

"Sudahlah, aku minta maaf. Harusnya keluargaku tidak memaksamu untuk menikahi Ara," Arga menyesali perbuatanya yang berdampak merugikan orang lain.

"Bu ... bukan seperti itu Mas. Tidak ada yang perlu di salahkan tentang pernikahan Fawwaz. Ara, Ibuk, keluarga Mas Arga maupun keluarga Fawwaz semua hanya ingin yang terbaik untuk Fawwaz dan Ara.

Mungkin Allah ingin memberitahu pada Fawwaz jika ingin mendapatkan sesuatu kita harus berusaha dulu." Ungkap Fawwaz.

"Ibuk tidak salah memilih suami untuk Ara. Kamu benar-benar pria yang baik dan bertanggung jawab." Sahut Arga.

"Tidak Mas, Fawwaz bukan laki-laki seperti itu, tapi Fawwaz aminkan agar Fawwaz benar-benar menjadi pria yang baik."

"Ya sudah, ayo kita Shalat Isyak sekalian. Sebentar lagi sudah masuk waktu Isyak." Ajak Arga.

"Iya Mas."

Bersambung.

Halo reader, jangan lupa setelah selesai membaca tinggalkan like, komen vote, rate lima ya dan juga jangan lupa klik tombol love nya biar kalian gak ketinggalan sama cerita Fawwaz dan Ara selanjutnya.

Terpopuler

Comments

Novrizal Novizral

Novrizal Novizral

sabar fawwaz ....

2020-09-14

0

🅺ɪོᴋᴏ❦⃟ ⃟ ࿐

🅺ɪོᴋᴏ❦⃟ ⃟ ࿐

buka hatimu ra,mulailah lembaran baru,bersama fawas

2020-08-25

0

Mmh Afsyah Rizi

Mmh Afsyah Rizi

ooh begitu....buka hatimu ara

2020-08-04

2

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!