Bab 11

Malam semakin larut. Suara kebisingan kendaraan yang biasa terngiang di telinga Fawwaz kini berganti dengan suara serangga yang saling bersahutan.

Usai berbincang dengan Arga dan juga Aryo, Fawwaz masih merenung di teras, di temani teh hangat dan sisa pisang goreng tadi sore.

Arga sudah kembali ke kamarnya, begitupun dengan Aryo, Nabila dan Caca. Mereka menginap satu malam di rumah Ibuk, sedang Ara tidur di kamar Ibuk karena Ibuk merindukanya.

Sembari menikmati sepoi angin malam, Fawwaz menyruput teh hangat di hadapanya. Ia membuka pesan group whatsap dan membaca beberapa informasi di beranda.

"Kamu belum tidur Nak?"

Fawwaz di kejutkan dengan kehadiran Ibuk di tengah pintu.

"Sebentar lagi Buk. Fawwaz masih belum mengantuk." Jawab Fawwaz.

"Apakah Ara sudah tidur Buk?" Fawwaz memutar tubuhnya 90 derajat, menatap wajah Ibu mertuanya yang mulai menua.

Ibuk mengangguk.

"Kalau begitu Ibuk masuk dulu ya. Nanti kamu kunci pintunya dan gantung di sebelah pintu." "Baik Buk." Jawab Fawwaz.

Ibuk pun kembali ke dalam kamar, memeluk tubuh putrinya yang sangat ia rindukan.

****

Lantunan Ayat-ayat Suci Al-Qur'an terdengar jelas di telinga Fawwaz. Fawwaz memicingkan matanya, mengatur cahaya masuk ke dalam kornea matanya.

Kemudian Fawwaz beranjak dari tempat tidurnya, melangkah kakinya menuju kamar mandi.

"Mas," Fawwaz setengah menunduk melihat seseorang keluar dari kamar mandi.

"Beruntung kamu bangun awal, jika tidak kamu akan menunggu antrian yang panjang," ujar Aryo yang sedang mengusap bagian belakang kepalanya dengan handuk.

Fawwaz terkekeh lalu masuk ke dalam kamar mandi.

"Allahu akbar, Allahu akbar ... "

Suara yang tak asing lagi di telinga Fawwaz mengumandangkan adzan dengan suara yang sangat merdu.

Fawwaz beranjak dari kamarnya sembari membetulkan peci di kepalanya. Lalu ia melangkahkan kakinya ke Masjid yang hanya berjarak 50 meter.

"Mas tunggu !"

Fawwaz setengah berlari menghampiri Aryo.

"Aku fikir kamu tidak pergi ke Masjid."

Fawwaz menyeringai.

"Mas, itu yang Adzan bukanya ... "

"Mas Arga," Aryo melanjutkan pertanyaan Fawwaz.

"Memang sudah jadwalnya Mas Arga, setiap subuh dia harus mengumandangkan Adzan." Jawab Aryo.

Lalu mereka masuk bersama ke dalam Masjid.

Matahari sudah naik ke peraduanya. Cahayanya menyebar ke saentero Negeri membawa kehangatan bagi siapa saja yang berada di bawahnya.

Jam sudah mendekati angka tujuh.

Ibuk dan Mbak Nabila menyiapkan beberapa menu masakan ala Desa di meja makan yang terbuat dari kayu.

Sayur bening bayam, sambal terasi lengkap dengan lauk tahu, tempe dan juga ikan laut yang sudah di pindang dan juga telur bumbu balado sudah tersaji di meja makan. Tak lupa makanan pokok orang Indonesia Timur yaitu Nasi putih bercampur sediki nasi jagung.

"Bil, tolong kamu panggilkan semua saudaramu, suamimu juga. Suruh mereka segera berkumpul di ruang makan." Pinta Ibuk pada Nabila.

"Iya Buk,"

Nabila beranjak memanggil satu per satu dari mereka, tapi saat menuju ke kamar Arga, ia malah tertabrak oleh Arga yang sedang berjalan terburu-buru.

"Au," erang Nabila.

"Maaf, Mas gak sengaja." Sahutnya sembari berlarian kecil ke dapur.

"Buk, Arga pamit dulu."

"Loh, kamu gak sarapan dulu Ga?" tanya Ibuk

"Gak sempat Buk, Arga sudah di tunggu." Sahut Arga sambil mencium tangan Ibunya.

"Yasudah hati-hati."

"Iya Buk, Assalamu'alaikum." Pamit Arga.

"Wa'alaikumsalam."

Arga mengeluarkan motornya dari garasi kecil di rumahnya.

Namun saat ia akan melajukan motor maticnya, Nabila meneriakinya.

"Mas tunggu !"

Arga menoleh kearah Nabila,

Lalu Nabila memberikan sekotak makanan.

"Ini dari Ibuk. Mas bisa memakanya di tempat kerja," kata Nabila.

"Terimakasih adik Mas yang sangat baik," Arga mengusap kepala Nabila.

Nabila mencium tangan kakaknya lalu Arga segera melajukan motornya dengan kencang.

Mereka semua makan bersama, tanpa Mas Arga.

"Buk, sebentar lagi Nabila sama Mas Aryo pulang ya," ujar Nabila.

"Iya, hati-hati. Terimakasih sudah bantuin Ibuk dari kemarin." Jawab Ibuk.

Nabila menyeringai.

Jam sudah menunjuk antara angka duabelas dan satu. Fawwaz merasa jenuh karena tidak ada seseorang yang bisa diajak mengobrol.

Ara hanya berdiam di kamar sedang Ibuk sibuk dengan aktifitasnya.

Kemudian dia teringat dengan Cafe yang ia lihat kemarin.

Kebetulan Ara sedang bersantai, lalu Fawwaz menghampirinya di kamar.

Ceklek.

"Ra, apakah kamu sibuk?" tanya Fawwaz.

Ara menggeleng.

"Mau nemenin Mas jalan-jalan gak? Mas bosan di rumah saja."

Ara menatap Fawwaz dengan wajah datar.

"Kalau kamu mau, Mas akan pesankan taxi online."

Ara mengangguk pelan.

Namun hal itu membuat Fawwaz kegirangan.

"Kamu siap-siap ya, Mas tunggu di depan." Kata Fawwaz lalu beranjak keluar kamar.

Tiga puluh menit Fawwaz menunggu, akhirnya Driver sudah sampai di pelataran rumah mereka.

Fawwaz mengetuk pelan pintu kamar Ara.

"Ra, mobilnya sudah sampai." Kata Fawwaz dengan suara lirih, karena Fawwaz tidak mau menganggu waktu istirahat Ibu mertuanya.

Namun kehadiran Ibuk mengejutkan Fawwaz.

"Kalian mau kemana?"

Ibuk melirik ke arah Driver yang sedang menyenderkan tubuhnya ke mobil sedan putih.

"Eee Fawwaz mau ngajak Ara jalan-jalan Buk."

Ibuk mengangguk, "hati-hati ya Nak. Jangan pulang larut malam." Jawab Ibuk kemudian berlalu meninggalkan Fawwaz.

****

Mata Ara berkaca-kaca melihat tempat yang ada di hadapanya sekarang. Air matanya memupuk yang siap jatuh hanya dengan satu kedipan saja.

Namun satu tetes air matanya jatuh tanpa seizinya. Ara langsung menyekanya tanpa di ketahui oleh Fawwaz.

"Kamu kenapa Ra?" Fawwaz menatap curiga pada istrinya yang hanya diam mematung di sisi mobil.

Ara menggeleng.

"Kalau begitu ayo kita masuk, Mas melihat Cafe ini kemarin, jadi Mas penasaran dan ingin membawamu ke Cafe ini," Ucap Fawwaz.

Ara mengangguk, tapi saat ia akan melangkah, kakinya terasa berat, tubuhnya serasa mati rasa tapi ia tetap berjalan dengan air mata yang menggenang.

Fawwaz berjalan mendahului Ara, dia memesan beberapa makanan dan minuman Best Seller di Cafe tersebut. Dia tidak menyadari jika Ara jauh tertinggal di belakang. Dengan santainya, dia menyandarkan lenganya di meja pemesanan sembari menikmati alunan musik pop.

Kemudian ia sadar jika istrinya tidak ada dibelakangnya.

"Ra ... Ra !" Fawwaz menoleh kebelakang namun tak ada Ara, lalu pandanganya terpusat pada Ara yang sedang mematung di depan pintu Cafe. Air matanya mulai membasahi lantai Cafe tersebut, bahkan beberapa orang memandanginya dengan heran.

"Ra, kamu kenapa?" Fawwaz mendekat perlahan, tapi Ara berjalan mundur menjauhi Fawwaz.

"Ra, tenang Ra." Fawwaz masih coba mendakati istrinya. Namun emosi Ara sudah tidak bisa dikendalikan lagi, ia berbalik badan dan berlari secepat kilat.

"Ra, kamu mau kemana?" Fawwaz berlari mengejar Ara, tapi Ara menghilang bak di telan bumi.

Yang awalnya hanya beberapa orang yang melihat Ara, kini semua pengunjung Cafe bahkan semua Karyawan dan juga orang-orang di luar Cafe menatap mereka. Bahkan keributan tersebut sampai membuat si pemilik Cafe keluar melihat apa yang terjadi.

Bersambung.

Setelah membaca, budayakan like, komen, dan vote ya.

Tekan juga tanda lope di bawah biar kalian gak ketinggalan sama.cerita selanjutnya.

Kasih Rate lima juga ya😁.

Terpopuler

Comments

Tri Widayanti

Tri Widayanti

sbnrnya knpa sih Ara.

2020-12-14

0

Mmh Afsyah Rizi

Mmh Afsyah Rizi

penasaran

2020-08-04

1

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!