Bab 6

Senja di sore hari mulai menyelimuti Kota Jakarta. Beberapa kumpulan awan putih masih terlukis indah di atas Nirwana.

Setelah lelah seharian bekerja, Fawwaz kembali ke rumahnya tepat waktu.

Tin.

"Silahkan Den," sambut Bibik.

"Terimakasih Bik." Sahut Fawwaz.

"Ohh iya, Mama sama Papa sudah pulang Bik?" tanya Fawwaz

"Sudah Den, tadi jam tiga sore."

Fawwaz mengangguk-anggukan kepalanya. "Ya sudah saya masuk dulu."

"Iya Den."

Fawwaz berjalan melewati dapur.

"Emm, sepertinya aku kenal dengan bau masakan ini." Gumam Fawwaz sembari berjalan mendekati meja makan.

"Wah, ini mah makanan kesukaan aku. Pasti Mama yang masak." Fawwaz menebak-nebak, menyicipi beberapa makanan yang ada di meja.

"Bik," pekik Fawwaz sambil mengunyah makanan.

"Iya Den." Bibik menghampiri Fawwaz di dapur.

"Ini Mama yang masak?" tanya Fawwaz yang masih sibuk dengan aktifitas mengunyahnya.

"Iya Den, sama Neng Ara juga."

Uhuk uhuk.

Fawwaz tersedak setelah mendengar penjelasan dari Bibik. Bibik mengambilkan air putih untuk Fawwaz.

"Terimakasih Bik."

"Sama-sama Den."

"Beneran? Ara bantuin Mama masak?" tanya Fawwaz keheranan. Dia melirik ke arah pintu kamar Ara, tapi sepertinya tidak ada aktifitas dari sang pemilik kamar.

"Oh ya sudah Bik. Terimakasih," ujar Fawwaz. "Bibik boleh kembali beraktifitas." Tambahnya.

Fawwaz makan malam lebih awal dari hari-hari sebelumnya. Pasalnya dia paling tidak bisa menahan jika masakan itu di buat dari tangan Mamanya dan yang ke dua ...

Karena dia penasaran dengan masakan istrinya.

Fawwaz sangat menikmati makanan yang terhidang di meja tersebut, bahkan dia tidak sempat mengganti pakaianya terlebih dahulu.

Setelah selesai, Fawwaz baru teringat dengan istrinya, lantas ia memanggil Bibik untuk menanyakan keadaanya.

"Bik," panggil Fawwaz.

"Iya Den."

"Ara sudah makan malam?" tanya Fawwaz khawatir.

"Belum Den. Tadi usai mengantar Orang Tua Aden, Neng Ara langsung masuk ke dalam kamar." Ungkap Bibik.

"Oh ya sudah Bik, terimakasih."

"Sama-sama. Bibik permisi ya Den." Pamit Bibik.

Fawwaz mengangguk.

Setelah selesai makan, Fawwaz kembali ke ruang kerjanya. Dia berganti pakaian santai setelah mandi dan Shalat Maghrib.

Kemudian, dia berjalan ke arah kamar Ara.

Tok tok.

"Ra ... " Panggil Fawwaz dari luar kamar.

Beberapa kali Fawwaz memanggil nama Ara, tapi ia tak kunjung membukakan pintu.

Fawwaz mencoba mendorong daun pintunya tapi pintunya terkunci dari dalam.

Fawwaz sedikit putus asa. Ia beranggapan jika Ara marah karena dirinya.

Lalu, Fawwaz kembali ke ruang kerjanya. Dia akan kembali melihat kondisi Ara besok pagi.

Tak lupa ia berpesan kepada Bibik agar mengantarkan makan malam untuk Ara.

****

Cahaya Matahari sudah menyebar ke saentero Negeri. Fawwaz sudah bersiap dengan pakaian kerjanya.

Dia menikmati sarapan buatan Bibik, sesekali ia menelisik kamar Ara, tapi sepertinya masih belum ada aktifitas di dalam kamar.

"Bik," ucap Fawwaz dengan suara pelan.

"Iya Den. Ada apa?" tanya Bibik penasaran.

"Tadi malam Ara buka pintu kamarnya gak?"

Bibik menggeleng, "enggak Den."

"Terus, dia semalaman gak makan?"

"Enggak Den," jawab Bibik yang hanya menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Yasudah, terimakasih Bik."

Bibik berjalan menjauh dari area dapur. Ia kembali mengerjakan tugasnya sebagai Asisten rumah tangga.

Fawwaz sudah selesai dengan sarapanya. Ia berpamitan kepada Bibik dan juga Ara, meskipun Fawwaz tau jika Ara tidak akan

menggapinya.

"Bik, Fawwaz berangkat ya."

Bibik berlarian kecil ke arah Fawwaz.

"Iya Den, hati-hati." Jawab Bibik.

Fawwaz mengangguk.

"Oh iya Bik, jangan lupa bawakan sarapan ke kamar Ara ya." Pinta Fawwaz.

"Baik Den." Bibik tersenyum kemudian setelah mobil Tuanya keluar gerbang, Bibik mengunci gerbang dan pintu utama.

Bibik kembali ke kamar Ara dengan membawa nampan makanan.

"Neng, ini Bibik. Tolong bukain pintunya."

"Neng ... Neng."

Beberapa kali Bibik memanggil nama Ara tapi ia tak kunjung membuka pintunya.

Bibik memiliki firasat buruk khawatir terjadi sesuatu dengan Ara, apalagi saat tadi pagi ia sedang membersihkan taman di depan rumah, gorden di kamar Ara masih terbuka. Padahal setiap pagi Bibik lah yang membuka gorden tersebut dan Ara yang menutupnya di malam hari.

Kemudian Bibik mencari kunci cadangan kamar Ara di ruang kerja Fawwaz, beruntung Bibik bisa segera menemukanya.

Dengan langkah cepat ia segera membuka pintu kamar Ara dan Bibik terkejut saat melihat Ara dengan kondisi meringkuh kesakitan.

"Neng, bangun Neng." Bibik coba menggoyang-goyangkan tubuh Ara, tapi usahanya tidak membuahkan hasil.

Ara terlihat sangat pucat, badanya begitu panas. Bibik panik, takut terjadi sesuatu pada Ara.

Kemudian Bibik menelpon Fawwaz.

Tuuttt.

"Halo," ucap Fawwaz.

"Halo, Den Neng Ara ... Neng Ara pingsan di kamar Den." Karena panik, tubuh Bibik sampai bergetar.

"Tunggu sebentar. Fawwaz akan pulang."

Setelah mengatakan hal itu, telpon pun terputus.

****

"Suster tolong istri saya," teriak Fawwaz saat sudah berada di depan rumah sakit. Dengan susah payah Fawwaz menggendong tubuh istrinya, lalu meletakkan ke ranjang rumah sakit.

Ara di bawa oleh ke dua perawat ke ruang UGD.

"Bik, tolong ikuti Ara !" Seru Fawwaz.

Ia mengemudikan mobilnya dengan cepat lalu memarkirkan di parkiran RS. Jakarta.

Setelah selesai ia kembali menuju kamar dimana istrinya di rawat.

"Gimana Bik? apa kata Dokter?" suara Fawwaz tersengal-sengal.

"Dokter belum keluar Den," sahut Bibik.

Fawwaz mengintip dari celah kaca pintu ruangan tersebut tapi dia tidak bisa melihatnya dengan jelas.

Fawwaz menangkupkan tanganya ke mulut, berjalan mondar-mandir dengan perasaan kekhawatiran.

Kreekkk

Melihat Dokter keluar dari ruangan tersebut, Fawwaz langsung menghampirinya.

"Gimana Dokter keadaan istri saya?"

"Bapak jangan khawatir, dia hanya demam biasa. Hanya saja dia perlu di rawat beberapa hari di Rumah Sakit ini." Jelas Dokter.

"Baik Dokter terimakasih." Fawwaz setengah membungkuk kepada Dokter yang sudah menolong istrinya.

Setelah Dokter pergi, Suster yang menemani Dokter tersebut menghampiri Fawwaz.

"Dengan keluarga pasien Zahra?" tanya perawat yang membawa buku catatan di tanganya.

"Iya, saya suaminya Sus." Jawab Fawwaz.

"Kalau begitu silahkan melunasi Administrasi nya dulu Pak, setelah itu saya pindahkan pasien ke kamar." Jelas Perawat.

Fawwaz mengikuti Perawat itu dari belakang, kemudian mengisi beberapa formulir pendaftaran dan melunasi pembayaran.

Dia memilihkan kamar VIP untuk Istrinya, karena Fawwaz ingin yang terbaik untuk Ara.

Setelah selesai, Fawwaz kembali menemani Ara. Ara sudah di pindahkan ke kamar VIP sesuai pesanan Fawwaz.

"Bik, tolong ambilkan baju ganti untuk saya dan juga Ara ya. Malam ini Fawwaz akan menemaninya di Rumah Sakit.

"Baik Den, Bibik pamit. Semoga Neng Ara segera siuman." Bibik pamit undur diri.

"Terimakasih Bik doanya."

"Oh iya, ini buat ongkos Bibik bolak-balik ke Rumah Sakit. Maaf Fawwaz merepotkan Bibik." Fawwaz memberikan beberapa lembar uang pada Bibik.

"Gak apa Den, terimakasih."

Fawwaz menemani Ara seorang diri di rumah sakit. Dia tidak ingin menghubungi keluarganya atau keluarga Ara. Karena ia tak mau membuat khawatir Orang Tuanya.

Fawwaz duduk di sisi ranjang tidur Ara, tanganya sangat ingin menyentuh istrinya, tapi ia tidak memiliki keberanian melakukan hal itu. Dia hanya duduk diam memandangi wajah pucat istrinya.

Hampir dua jam Fawwaz menunggu Ara bangun, tapi Ara belum juga siuman. Ia melirik jam tangan di lenganya. Waktu sudah menunjukan Shalat Dzuhur.

Fawwaz keluar dari kamar, berjalan menuju parkiran. Dia selalu menyimpan sajadah dan juga Al-Qur'an di dalam mobilnya.

Setelah mendapatkan ke duanya, dia kembali ke kamar.

Dia tidak melihat perubahan pada kondisi Ara, lalu Fawwaz berjalan ke kamar mandi yang masih satu ruangan dengan kamar untuk wudhu kemudian di lanjut Shalat empat rokaat di samping ranjang tidur Ara.

Bersambung.

Budayakan like, komen dan vote setelah membaca ceritaku oke.

See you next story 😉**.

Terpopuler

Comments

❤️YennyAzzahra🍒

❤️YennyAzzahra🍒

Hadirrr.feedback ya di Mantan Terindah

2020-10-06

0

Nining Bunga Rijkiya P

Nining Bunga Rijkiya P

tinggal kawin za pawaz

2020-09-18

0

🌹🌹Asyfa🌹🌹

🌹🌹Asyfa🌹🌹

terlalu baik kamu fawwaz,, aranya bodoh bgt sih,,

2020-08-26

1

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!