Bab 3

Fawwaz berlarian kecil ke  ruang kerjanya. Selama Ara belum mengizinkan Fawwaz tidur di dalam kamar, Fawwaz sering tidur di ruang kerjanya atau di ruang TV.

"Bik, tolong," Fawwaz memberikan mangkuk kotor tersebut ke tangan Bibik. "Oh iya Bik, persiapan ya. Sebentar lagi ikut saya dan Ara jalan-jalan," ungkapnya.

“Baik Den."

Jarang-jarang Bibik melihat Tuanya sebahagia ini, Bibik menghentikan aktifitas sebelumnya lalu bergegas pergi ke kamarnya.

Fawwaz memakai celana chino pendek Mocca di padukan dengan T-Shirt putih. Tak lupa ia memakai pomade supaya rambutnya tertata rapi.

Setelah selesai, ia segera berlari mengambil kunci mobil. Sedangkan Bibik, melihat Ara di kamar.

"Bik, Fawwaz tunggu di mobil ya," ujarnya.

"Baik Den."

Tok tok

“Neng, sudah di tunggu Mas Fawwaz di mobil," ucap Bibik.

Tak lama kemudian Ara membuka pintu kamarnya. Dia pandai memadukan outfit nya. Gamis Birel dengan Phasmina Abu menutupi bagian dadanya. Tak lupa ia bermake up tipis.

“Masyallah Neng, Bibik jadi pangling kalau Neng Ara dandan seperti ini." Puji Bibik.

Senyum Ara mengembang mendapat pujian dari Bibik.

Ara dan Bibik berjalan beriringan. Sama halnya seperti Bibik,

Fawwaz melongo melihat kecantikan istrinya. Pandanganya mengikuti kemana kaki Ara melangkah.

"Den ... " Bibik mengetuk-ngetuk kaca mobil Fawwaz, tapi Fawwaz masih terperanga dengan keanggunan Ara. "Den ... "

Ketukan kedua Bibik membuyarkan lamunan Fawwaz.

Fawwaz menekan tombol kunci otomatis.

Ceklek.

"Maaf Bik, Fawwaz tadi gak dengar."

Bibik hanya  terkekeh kecil.

Fawwaz pun melajukan mobilnya meninggalkan halaman rumahnya.

Ara menyandarkan tubuhnya di kursi belakang. Matanya memandang keluar jendela.

Fawwaz mencuri pandang lewat kaca yang berada di atas kemudi.

Seberapa keras Fawwaz berusaha, tetap saja Ara acuh. Bahkan dia tidak peduli saat dirinya diperhatikan oleh Fawwaz.

Ara memejamkan matanya walau dirinya tidak mengantuk.

Menempuh jarak dari rumah Fawwaz ke Taman Kota hanya membutuhkan waktu sekitar 30 menit. Akhirnya sampailah mereka di tempat tujuan. Fawwaz memarkirkan mobilnya di tepi jalan

“Neng, kita sudah sampai," ucap Bibik sembari menggoyang-goyangkan badan Ara.

Ara terbangun. Saat dirinya hendak membuka pintu mobil, Fawwaz sudah mendahuluinya.

Ara hanya tersenyum datar tanpa mengucapkan apapun.

Fawwaz berjalan berdampingan dengan Ara, sedang Bibik mengikuti dari belakang.

Bagi Ara selama Fawwaz tidak menyentuhnya itu tidak masalah.

Mereka berjalan menyusuri jalan berpaving di Taman Kota.

Sesekali Fawwaz mencuri pandang tapi Ara justru memandang lurus ke depan. Tak ada senyuman di wajahnya. Hanya wajah datar yang ia suguhkan.

"Apakah kau haus Ra?" tanya Fawwaz.

Ara melambatkan jalanya, ia mengangguk pelan.

"Kalau begitu tunggulah, emm ... " Fawwaz memutar bola matanya ke kanan dan ke kiri. "Tunggulah di tempat itu !" Fawwaz menemukan tempat duduk yang berada di bawah pohon beringin.

Ara mengikuti perkataan Fawwaz. Ia berjalan ke tempat yang di maksud.

"Bik, tolong temani Ara. Saya mau cari minum sebentar," pinta Fawwaz.

"Baik Den."

“Berapa pak?” tanya Fawwaz pada pedagang asongan yang berkeliling di Taman Kota.

“Kalau air mineral dingin lima ribu saja Mas," jawab pedagang asongan tersebut

“Saya ambil 3 ya pak," ujar Fawwaz. "Sama ini." Fawwaz mengambil beberapa makanan ringan di kotak kayu tersebut.

"Berapa Pak semuanya?" tambahnya.

"Tiga puluh lima ribu Mas," jawabnya.

Fawwaz mengeluarkan uang lima puluh ribu dari dompetnya.

“Gak ada uang pas Mas?” tanya pedagang tersebut.

“Gak apa Pak, kembalianya buat Bapak saja."

"Terimakasih Mas."

"Sama-sama Pak." Fawwaz tersenyum kemudian beranjak menuju tempat Ara dan Bibik.

Sesampainya di tempat duduk tersebut, Fawwaz memberikan satu botol untuk Bibik dan satu botol yang sudah di buka tutupnya untuk Ara.

"Terimakasih Den," ujar Bibik.

"Sama-sama Bik."

Fawwaz melirik Ara, berharap Ara berlaku sama seperti Bibik. Tapi sepertinya Ara tak mempedulikan itu. Dia hanya memandang sekeliling.

“Den, Bibik mau kemar mandi dulu ya," pamit Bibik

“Iya Bik, aku tunggu disani ya."

Bibik mengangguk, "iya Den."

Fawwaz duduk bersebelahan dengan Ara, Ia menyodorkan makanan ringan yang di belinya tadi.

"Ra, mau ini?" tanya Fawwaz.

Ara melirik sebentar ke arah tangan Fawwaz lalu menggeleng cepat.

Hhhhhh. Fawwaz menarik nafas panjang, lalu memakanya sendiri.

Trrrt trrrttt

Fawwaz merogoh tas slempangnya, menarik benda yang bergetar dari dalam.

"Ra, tunggu sebentar ya. Mas angkat telpon dulu."

Ara melirik Fawwaz lalu mengangguk cepat.

"Halo Ma, Assalamu'alaikum," ucap salam Fawwaz

"Waalaikumsalam. Lagi dimana Nak?"

"Fawwaz lagi di Taman Kota Ma, sama Ara juga Bibik. Kenapa Ma?"

"Mama insyallah nanti sore berkunjung  kerumahmu."

"Eee, i ... Ya Ma," sahutnya ragu.

"Kenapa? kok kayaknya kamu gak seneng kalu Mama mau kerumah kamu?"

"Gak apa Ma, Yasudah Fawwaz tunggu di rumah ya."

"Iya Nak, Assalamu'alaikum."

"Waalaikumsalam Ma."

Huffftt ...

Fawwaz berdengus sembari mengelus-elus dadanya sendiri

Sebenarnya Fawwaz senang orang tuanya datang kerumah, tapi Fawwaz khawatir bagaimana jika mereka mengetahui Tabiat istrinya.

Hubungan yang terlihat baik-baik saja di luar tapi berbeda 180 derajat dengan kenyataan.

Fawwaz kemudian berencana untuk meminta izin tidur di kamar Ara hanya untuk satu malam. Selama orang tuanya berada di rumah. Namun, jika ternyata Ara tidak mengizinkan, Fawwaz tidak akan memaksa.

Fawwaz pun Kembali ke tempat Ara.

Dia belum memiliki keberanian untuk mengatakan hal itu. Dia takut jika Ara

tidak mengizinkanya.

“Maaf Den, saya lama ya," ujar Bibik

“Gak apa Bik ,” sahut Fawwaz

“Ya sudah sekarang kita pulang ya. Nanti sore Mama dan Papa mau kerumah,"  ajak Fawwaz

Di dalam mobil tidak ada percakapan diantara mereka bertiga, sedangkan Fawwaz dalam pikiranya dia merangkai kata gimana caranya dia ngomong sama Ara.

Dan sampailah mereka di rumah.

"Bik, tolong bukain pintu dulu ya!" Seru Fawwaz.

"Baik Den."

Ara hendak membuka pintu mobil di sampingnya.

klek,

"Ra, tunggu sebentar !"

Ara membiarkan pintu sedikit terbuka, mendengar apa yang akan di utarakan oleh Fawwaz.

“Ra, nanti malam orang tua Mas nginep di rumah kita."  Fawwaz menarik nafas panjang untuk mengatur kalimatnya.

"Eee ... Boleh gak kalau misalkan Mas tidur di kamar kamu dulu. Mas bisa tidur di sofa kamar," Fawwaz sangat hati-hati mengucapkan kata-kata sensitif ini. "Tapi kalau kamu gak bisa gak apa kok, Mas bisa tidur diluar seperti biasanya." Tambahnya. Dengan melirihkan kalimat terakhir.

Ara mengangguk pelan kemudian keluar dari mobil menuju ke dalam rumah.

"Yes !" Fawwaz berdecak senang.

"Eee, tu ... tunggu Ra!" Lagi-lagi Fawwaz mencekat langkah Ara.

“Tolong juga temui orang tua Mas ya," Fawwaz menangkupkan kedua tanganya, memohon.

Ara tidak menjawab sepatah katapun, dia berlalu meninggalkan Fawwaz sendiri di garasi.

Fawwaz sedikit kecewa, tapi dia tidak bisa memaksa Ara. Dia bisa membuat alasan yang lain.

Ara kembali masuk ke kamarnya, sedang Fawwaz dia menemui Bibik di dapur.

“Bik, nanti tolong bersihkan kamar tamu untuk Mama dan Papa ya." Pinta Fawwaz.

“Baik Den."  Sahutnya

“Oh iya Bik, sama satu lagi," ujar Fawwaz.

"Tolong jangan bicara apapun tentang masalah yang ada di rumah ini, apalagi soal Ara." Ungkap Fawwaz.

"Baik Den.”

Bersambung,

Halo reader, jangan lupa setelah baca wajib like, komen dan boleh kasih vote nya ya. Biar Author makin semangat up nya.

See You Next Story,

Terpopuler

Comments

Tri Widayanti

Tri Widayanti

kayak org bisu

2020-12-14

0

kania rahma

kania rahma

istri nya knpa kok ana suami gitu amat...di ambil orang baru nyaho kamu...

2020-10-15

1

Amy Leo

Amy Leo

kok ara nya ngga sopan pdahal kan suaminya bersikap baik...dosa thu

2020-09-28

2

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!