Bab 2

Matahari mulai naik dari ufuk Timur. Langit yang semula gelap perlahan terkikis oleh pantulan cahaya dari Sang Surya. Jam sudah menunjukkan tepat pukul enam pagi. Fawwaz sudah siap dengan pakaian rapinya menuju ke kantor.

Bibik yang belum sempat menyiapkan sarapan untuk Tuanya, hanya membuat roti panggang berlapis selai coklat & susu hangat sebagai pengganjal perut.

“Bik, nanti jangan lupa tolong buatkan sarapan buat Ara ya,"  ucapnya sembari melahap roti panggang di tanganya.

“Iya Den." Sahut Bibik

“Oh iya, nanti saya ada acara di kantor dan kemungkinan sampai malam. Jadi gak usah buatin makan malam buat

saya ya. Cukup masakin untuk Ara saja dan untuk Bibik sendiri." Pesan Fawwaz sembari meneguk susu hangat buatan Bibik.

Dan ya, mungkin akan lebih nikmat jika Sang istrilah yang menyiapkan semuanya.

“Baik Den." Sahut Bibik.

Seperti biasa, Sebelum berangkat ke kantor dia akan berpamit ke istrinya dari balik kamarnya.

Tok tok

“Mas berangkat dulu ya," ucapnya penuh harap supaya Ara mau menemuinya dulu sebelum berangkat kerja.

Dari dalam kamar, Ara mendengar suaminya berpamitan, tapi dia enggan menjawab. Dia hanya melengos sebentar ke arah pintu kamarnya, kemudian dia kembali menatap layar monitor laptopnya.

Fawwaz sudah terbiasa dengan hal itu.

Walaupun Fawwaz berangkat lebih pagi dari hari biasanya, tapi ia harus segera bergegas ke kantornya. Supaya ia tidak terjebak dalam kemacetan Jakarta hari ini. Ia langsung keluar rumah menuju garasi. Dia segera menghidupkan mesin mobilnya,

Fawwaz melirik sebentar kearah kamar Ara dari luar rumahnya, Tak ada aktifitas di dalam ruangan tersebut. Sepertinya Sang pemilik kamar masih enggan untuk bangun.

Fawwaz kembali memacu mobilnya.

Tok tok

“Bibik masuk ya Neng," ucap Bibik dari depan pintu kamar Ara

“Wah ... wah, pagi-pagi sudah cantik ternyata tuan putri ini." Goda Bibik pada Ara

Ara memakai dress putih tanpa lengan dengan panjang rok se lutut dan rambut tergerai se bahu. Walaupun wajahnya terlihat pucat, tapi ia masih terlihat sangat cantik.

Ara tidak menjawab atau membalas guyonan Bibik. Dia hanya tersenyum tipis. Dan tetap melakukan aktifitasnya di depan monitor.

“Sarapan dulu Neng," Bibik meletakkan nampan berisi nasi dan lauk di meja.

"Kata Mas Fawwaz hari ini beliau ada acara di kantor, jadi pulangnya agak malam," ungkap Bibik sembari membuka gorden jendela kamar Ara.

Lagi-lagi Ara hanya terdiam. Dia tidak menjawab sepatah katapun perkataan Bibik.

Sama halnya seperti Fawwaz, Bibik juga sudah terbiasa dengan perlakuan Ara.

“Bibik tinggal bersih-bersih dulu ya Neng," kata Bibik.

"Kalau ada apa-apa jangan sungkan, langsung panggil Bibik saja ya." Tambah Bibik.

Bibik pun beranjak keluar dari kamar Ara,

Ara mengangguk pelan, dengan expresi datarnya.

****

Tin tin

Langit tampak gelap, suasana Perumahan pun sudah sangat sepi. Tak terlihat ada aktifitas di dalam rumah Fawwaz, bahkan saat ia membunyikan klaksonya tak langsung ada  seseorang yang membuka pintu.

Fawwaz menarik ponselnya untuk  menelpon rumah.

Kriiing

Bibik terkejut mendengar dering telpon di ruang tamu.

Bibik berlari cepat menuju sumber suara.

"Halo," ucap Bibik dengan suara serak.

"Halo Bik, ini Fawwaz. Tolong bukain pintunya."

"Baik Den."

Bibik mematikan telpon dan bergegas membuka pintunya.

"Maaf ya Den, tadi Bibik tidak mendengar bunyi klakson Den Fawwaz."

"Gak apa Bik. Bukan salah Bibik." Fawwaz menyeringai sembari memberikan tas kerjanya pada Bibik.

Fawwaz berjalan melewati kamar Ara, dia menilik sebentar keadaan Sang pemilik kamar.

Ia buka perlahan pintu tersebut tanpa mengeluarkan suara.

Bibir Fawwaz menyeringai mendapati istrinya tertidur dengan pulas.

Ada satu pandangan yang menganggu Fawwaz, selimut Ara tersingkap. Perlahan Fawwaz mendekati Ara, menarik selimut dari ujung kaki sampai ke sekujur tubuhnya.

"Jika selimut mu tersingkap seperti ini, kau bisa masuk angin." Senyum Fawwaz mengembang melihat wajah polos istrinya.

Ingin sekali  ia menyentuhnya, tapi ia belum memiliki keberanian untuk melakukan hal itu.

Perlahan ia keluar dari kamar tersebut.

"Hari ini benar-benar melelahkan." Fawwaz menaikan tanganya, menunpukan satu tangan ke tangan lainya. Ia gelengkan kepalanya ke kanan dan ke kiri.

"Mau saya hangatkan air Den?"

"Astaghfirullah!" Fawwaz terkejut dengan kemunculan Bibik. Jantungnya berdegup kencang.

"Ya Allah Bibik, lagi-lagi Bibik membuat Fawwaz kaget. Hampir saja saya jatuh," ucapnya.

"Maaf Den, hihihi." Bibik terkekeh kecil, menutupi mulutnya dengan kedua tanganya.

****

Cahaya Mentari sudah menyebar ke saluruh Negeri, Hari ini cuaca Jakarta cukup cerah. Tak ada awan hitam yang menghalangi sang Surya. Hari ini adalah hari libur Fawwaz.

"Pagi Bik," sapa Fawwaz.

"Pagi juga Den." Sahutnya.

Fawwaz berjalan menyusuri ruang makan menuju dapur. Aktifitasnya pagi ini adalah memasak sup kari untuk Ara.

"Bik, tolong siapkan bahan-bahan untuk membuat sup ya." Pinta Fawwaz.

"Baik Den."

Sembari menunggu bahan-bahan siap, Fawwaz membuka ponselnya. Mencaritahu kabar berita Jakarta dan wilayah lainya.

"Sudah Den," Pungkas Bibik

"Terimakasih Bik." Fawwaz meletakkan ponselnya di sembarang tempat.

Dengan lihai nya, dia mencampurkan semua bahan dalam satu wadah. Memasak adalah salah satu ke ahlian Fawwaz. Dia bisa memasak dengan mudah tanpa melihatr resep. Sejak kecil, dia selalu membantu mamanya memasak, jadi dia hafal beberapa resep.

Fawwaz mencicipi sup kari buatanya.

"Cukup. Sekarang aku akan mengantarnya ke kamar Ara." Fawwaz menghidangkan Sup tersebut ke mangkok sedang.

Tok tok.

"Mas masuk ya Ra," ucap Fawwaz.

Ara selalu menghabiskan hari-harinya di depan layar monitor.

Namun, aktifitasnya kali ini terhenti saat melihat kedatangan Fawwaz ke kamarnya.

"Sarapan dulu ya Ra, Mas suapin." Fawwaz duduk berhadapan dengan Ara.

"Tidak perlu, aku bisa sendiri." Ara menarik mangkok sup yang ada di tangan Fawwaz.

Ara hanya mengaduk-aduk sup tersebut,

"Apakah kamu tidak akan memakanya?" Tanya Fawwaz.

Ara mengangkat kedua matanya, melirik sinis pada Fawwaz.

"Kalau kamu seperti ini terus, kamu bisa sakit." Fawwaz menarik kembali mangkok tersebut.

"Aku tidak mau tau, kamu harus menghabiskan makanan ini. Biar aku yang akan menyuapmu." Fawwaz menyendok sup karinya, meniupnya agar Ara bisa mudah menelanya.

"Hari ini Mas libur, apakah kamu mau jalan-jalan sama Mas?"

Dengan wajah datarnya, Ara menatap ragu Fawwaz. Lalu Ara mengedipkan kedua matanya di ikuti oleh anggukan  pelan. Mulutnya sibuk mengunyah

Senyum Fawwaz pun mengembang.

"Kalau begitu selesai sarapan kamu siap-siap ya," pinta Fawwaz.

Ara mengangguk pelan.

Bersambung.

Jangan lupa kasih like nya ya, komen juga dan vote buat semangatin Author.

Terpopuler

Comments

❤️YennyAzzahra🍒

❤️YennyAzzahra🍒

Hadirrr thorrr.
feedback ya di Mantan Terindah

2020-10-06

0

Nining Bunga Rijkiya P

Nining Bunga Rijkiya P

makin pesarsn z ni ma s ara

2020-09-18

2

Nining Bunga Rijkiya P

Nining Bunga Rijkiya P

makin penasaran z ni s ara

2020-09-18

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!