Tok tok.
"Mas berangkat dulu ya.” Seorang pria berkemeja rapi tampak berdiri di depan pintu kamar rumahnya. Ia pergi begitu saja usai berpamitan kepada seseorang di dalam sana.
“Bik, tolong antarkan sarapan ke kamar Ara ya.” Pria itu menarik tas dari tangan pembantunya usai melipat lengan
kemejanya.
“Iya Den," jawab Bibik
Pria tersebut berlalu pergi ke garasi yang berada tepat disamping rumah.
Hhhhhh, Dia menarik nafas panjang seolah ingin mendamaikan hatinya sendiri. Kedua tanganya sudah siap mengemudi lalu dia menginjak pedal gas yang berada tepat dibawah kakinya.
Sementara itu, di dalam kamar tampak seorang gadis berusia ¼ abad sedang duduk termenung di tepi ranjang tidurnya. Pandangan kosongnya mengarah keluar jendela. Ia mendengar ketukan dari Pria tersebut. Tapi dengan sengaja ia mengabaikanya.
Kemudian terdengar suara ketukan pintu di kamar gadis tersebut.
“Neng, Bibik masuk ya.” Seorang wanita tua mempersilahkan diri kepada gadis itu dengan nampan berisi makanan ditanganya.
Kemudian ia letakkan nampan tersebut di atas meja yang berada tepat disamping tempat tidur.
“Dimakan ya Neng, kalau Neng gak makan nanti Den Fawwaz marah.” Bibik mulai mendekatinya dan mengusap-usap kepala gadis itu.
Si gadis mengedipkan matanya, ia mulai membuka mulutnya untuk menerima suapan dari Bibik.
Di tempat lain.
“Pagi Pak Fawwaz,” sambut sesepsionis di kantor Fawwaz dengan senyum mengembang dari bibirnya.
Fawwaz hanya tersenyum. Dengan langkah cepat, ia berjalan ke arah lift yang sebentar lagi akan tertutup.
Sampailah ia di lantai empat, ia berjalan menyapa beberapa karyawan yang ada di sana.
“Selamat pagi Pak," sapa wanita cantik berhijab biru yang berada di depan ruanganya.
“Pagi," balas Fawwaz, sembari terus melangkahkan kakinya ke dalam ruangan.
Selang beberapa detik Fawwaz berada di dalam ruanganya, terdengar seseorang mengetuk pintu.
“Pak.” Terlihat wanita berhijab biru yang bernama Ribka memasuki ruangan Fawwaz. Dia adalah sekertaris Fawwaz.
“Iya,” sahut Fawwaz yang baru saja duduk.
“Siang ini kita ada Meeting dengan Klien Pak.” Ribka menyodorkan map coklat kepada Fawwaz
“Ya sudah, kamu siapkan berkas-berkasnya.” Setelah membaca isi dari map tersebut Fawwaz menutup dan mengembalikanya pada Ribka.
Ia menatap keluar jendela, gedung-gedung tinggi dengan suara klakson yang bersautan menjadi pemandangan yang biasa di Jakarta. Lamunanya mengingat kembali kenangan satu tahun silam. Sang Ibu menjodohkan dia dengan anak dari sahabat lamanya. Fawwaz tak butuh waktu lama untuk menerima tawaran tersebut, terlebih Fawwaz tidak
bisa menolak permintaan Sang Ibunda.
Setelah mendapat persetujuan dari Fawwaz, Ia dan keluarganya mendatangi kediaman Ara yang berada di Surabaya.
Sejak pertama bertemu Fawwaz sudah menaruh hati pada Ara ( istrinya ) walau dari awal Fawwaz merasa ada sesuatu yang janggal pada calon istrinya. Gadis itu bersikap sangat dingin. Fikirnya saat itu, mungkin karena ini pertama kalinya mereka
bertemu. Nanti kalau sudah menikah mereka akan terbiasa.
Satu bulan setelah Fawwaz menghitbah Ara, mereka melangsungkan pernikahan di kediaman Ara. Tak ada pesta besar, hanya kerabat dan sahabat terdekat saja yang ia undang. Termasuk Alfin & Rena (istrinya). Karena kata Ibu mertuanya, Ara tidak mau bertemu banyak orang. Ya ... Meskipun Fawwaz harus menerima cercaan dari teman sekantor saat ia tak mengundang mereka di acara sakralnya.
Fawwaz dan keluarga menginap di rumah Ara selama satu hari. Malam pertama setelah mereka menikah, Fawwaz mencoba mendekati Sang istri. Tapi ia malah menjauh. Fawwaz mencoba lebih dekat tapi Ara semakin menjauhi darinya. Fawwaz kemudian mengatakan penyesalan. jika dirinya memaksa pernikahan ini, lalu ia katakan bahwa dirinya tak bisa menolak permintaan sang Ibu.
Fawwaz pun merebahkan tubuhnya di sebelah Ara. Tapi Ara malah pergi memilih tidur di sofa kamar. Sadar kehadiranya tak di inginkan. Fawwaz mengatakan pada Ara biar dirinya saja yang tidur di sofa. Ara beranjak kembali ke ranjang tidurnya.
Ke esokan harinya, mereka Kembali ke Jakarta. Fawwaz langsung mengajak Ara bersamanya. Saat itu karir Fawwaz sudah lumayan bagus, jadi dia sudah memiliki rumah sendiri sebelum menikah.
Sesampainya di rumah, Ara semakin menjadi gadis yang pemurung. Bahkan ia tak mau bicara dengan siapapun.
“Waz, woy !” Seorang pria bertubuh kekar berdiri di depan mejanya
“Eh, elu Fin. Ngagetin saja." Fawwaz terkejut melihat kedatangan Alfin yang tiba-tiba..
"Lagian dari tadi lu gue panggil-panggil gak nyahut." Decak Alfin kesal.
"Nanti siang kita makan siang di luar yuk." Ajak Alfin.
"Sorry Fin, nanti siang gue ada Meeting nih. Lain kali saja deh ..." Fawwaz beranjak dari tempat duduknya dan berdiri di depan jendela.
"Iya deh iya, gue paham lu sekarang kan orang yang sibuk Bapak Wakil Direktur !" Alfin menekankan kalimat terakhirnya.
"Ya sudah gue balik ke ruangan gue dulu ya." Alfin beranjak keluar dari ruang Wakil Direktur tersebut.
"Tapi janji ya, lain kali lu harus mau makan siang bareng gue." Dia membuka pintu itu yang sebelumnya sudah ia tutup.
Fawwaz baru-baru ini diangkat jadi Wakil Direktur, yang sebelumnya menjadi karyawan biasa. karena kinerjanya yang cukup bagus dia bisa mendapatkan posisinya sekarang.
****
Pukul 16:30 Fawwaz tiba di rumahnya.
"Bik, Ara sudah makan?" ia memberikan tas kerjanya ke bibik.
"Sudah Den tadi siang."
"Ya sudah tolong siapkan makan malamnya ya, nanti biar saya yang antar makan malam untuknya." Fawwaz menengedahkan kepalanya ke Bibik setelah selesai membuka sepatunya.
"Baik Den."
Fawwaz bergegas membersihkan diri di kamar mandi ruang kerjanya. Setelah itu dia pergi ke mushala di dalam rumah untuk menjalankan Shalat Ashar di lanjut Maghrib.
Tok tok
"Ra, Mas masuk ya." Fawwaz mulai memasuki kamar Sang istri dengan membawa nampan berisi makanan.
Terlihat Ara sedang mengetik sesuatu. melihat Fawwaz masuk ke kamar, ia segera menutup laptopnya.
"Makan dulu ya Ra, Mas suapin," Fawwaz mulai menyendok nasi di piringnya.
Dan Ara menerima suapan dari suaminya.
"Mas besok ada Meeting sampai malam. jadi kamu besok makan malam sama Bibik dulu ya," ucap Fawwaz dengan menyuapkan nasi pada Ara.
Fawwaz sesosok suami yang sangat perhatian pada istrinya, Walaupun Ara tidak pernah merespon, Fawwaz tak pernah marah sedikitpun.
"Mas keluar dulu ya, kamu jangan tidur larut malam." Ia mulai beranjak dari kamar setelah Ara menghabiskan makan malamnya.
Ceklek,
"Den, makan malam sudah siap."
"Astaghfirullah Bik," Fawwaz mengangkat kedua bahunya. Ia terkejut mendengar suara Bibik yang muncul tiba-tiba.
Bibik terkekeh melihat tingkah Tuanya, dengan segera Bibik membekap mulutnya sendiri dengan kedua tangan, supaya Fawwaz tidak melihat dirinya yang sedang mentertawakanya.
Bersambung.
•
•
•
Halo Reader, sebelumnya Author mohon maaf jika di awal-awal bab tulisanya masih berantakan. Tapi Author perbaiki kok ;) .
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 102 Episodes
Comments
𝓔𝓴𝓪𝓛𝓾𝓷𝓪♀🍆𝕸y💞👏
aku Fav ya kak,,, main main ke tempat ku ya. terimakasih
2020-10-18
2
Dewi Anggraeni
keren thor
2020-08-28
1
🅺ɪོᴋᴏ❦⃟ ⃟ ࿐
mulai baca
2020-08-25
1