Bab 9: Kesempatan Terakhir

Dengan langkah cepat, Ryuga berlari melewati koridor sekolah yang sunyi, napasnya terengah-engah dengan keras.

"Ja... Jangan..." ucapnya di antara hembusan napasnya yang terengah-engah.

Dia melihat ke depan, melihat kedua orang yang terluka parah. "Jangan biarkan dia membunuhnya! Hentikan dia!" teriak Ryuga.

Fujin, dengan wajah penuh luka, menatap tajam ke atas, di mana seorang Shaman tampak mengawasi mereka. "Bukan kah ini kesempatan terakhir untuk membunuhku?" desaknya dengan nada putus asa.

"Kenapa tidak kau lakukan?" teriak Fujin dengan penuh emosi, membuat Shaman yang berdiri di atasnya merasa terpukul.

"Kau sendiri sudah tahu jawabannya," ucap Shaman dengan bibir yang babak belur, menahan rasa sesal.

"DARI TAHUN LALU ITU SAJA YANG KAU UCAPKAN!" seru Fujin dengan penuh kekecewaan.

"Kau pikir siapa aku disini?" tanya Fujin dengan nada yang memohon penjelasan.

Shaman, sambil menundukkan kepala dengan rasa malu dan penyesalan, mengucapkan kata-kata permintaan maaf kepada Fujin. "Maaf Fujin. Kata-kata ini harus keluar lagi."

Shaman menatap Fujin yang terkapar di depannya, merasa sedih melihat temannya seperti itu. "Kau bilang kau siapa sebenarnya, Fujin? Sadarlah akan posisimu sekarang," ucap Shaman sambil mengulurkan tangan dengan penuh kepedulian.

Fujin merespons tawaran perdamaian dengan menggenggam tangan shaman. "Karena kau masih temanku," ucap Shaman sambil menarik tangan Fujin, mengajaknya untuk bangkit.

Namun, Fujin menolak dengan tegas. "Jangan main-main!" ucapnya dengan suara yang penuh keputusasaan.

"Bisnis tetap harus berjalan," ucap Fujin dengan nada yang tegas, sementara Shaman hanya bisa mengangguk pasrah.

Sementara itu, Ryuga, yang melihat situasi tersebut, merasa terdorong untuk menghentikan konflik yang sedang berlangsung. "Hentikan!" serunya, memecah keheningan di sekitar mereka.

Fujin dan Shaman, yang mendengar teriakan Ryuga, menoleh ke arah suara tersebut dengan ekspresi terkejut.

"Kenapa semuanya jadi seperti ini?" gumam Ryuga sambil meraba raba kepalanya yang terasa pusing akibat situasi yang kacau.

Anui, yang melihat situasi dari kejauhan, mencoba memberikan penjelasan kepada Ryuga. "Tunggu... Kau berlari sangat cepat. Ada apa?"

Ryuga menatap Anui dengan ekspresi kebingungan. "Aku belum menyelesaikan ceritanya," ucap Anui, mencoba menenangkan Ryuga yang sudah berdiri dengan posisi yang tidak nyaman.

"Singkat saja, pada akhirnya mereka damai," jelas Anui, berusaha memberikan gambaran akhir cerita tentang si harimau putih dan dewa angin kepada Ryuga.

"Kenapa kau tidak mengatakannya dari awal?" tanya Ryuga, merasa terkejut dengan pemahaman baru yang dia dapatkan.

"Hei, kau yang pergi duluan," balas Anui dengan rawut wajah yang datar.

Sambil menoleh ke arah Fujin, Ryuga merasa semakin pusing dengan keadaan yang semakin rumit. "Hei bocah..." panggil Fujin dengan nada putus asa.

Fujin, dengan wajah dingin sambil merokok, menatap Ryuga dengan ekspresi datar. "Kau menarik. Akan kutunggu kau besok disini," ucap Fujin sambil meninggalkan Shaman yang tersenyum.

"Kau mau bocah itu, besok akan kuberikan" balas Shaman sambil tersenyum.

"Hei, Ryuga, sini aku ingin bicara," ucap shaman, mencoba memanggil Ryuga untuk berbicara.

Ryuga mendekat dengan ragu, "Ada apa?" tanyanya.

Shaman, sambil memoles kepala Ryuga, mencoba memberikan nasihat. "Lain kali jangan seperti itu ya. Malu-maluin tau," ucap shaman sambil tersenyum.

Ryuga, yang merasa terganggu dengan perlakuan Shaman, mencoba untuk menegur. "Seharusnya tidak begini," ucapnya sambil menarik tangan Shaman yang sedang memolesnya.

Namun, Shaman hanya tertawa dan mencoba untuk merangkul Ryuga. "Sudahlah, tidak perlu dipikirkan. Kita lanjut makan burger saja," ajak shaman.

Ryuga, yang merasa heran dengan tindakan shaman, menatap shaman dengan penuh kebingungan. "Hei, bukankah ini sudah jam masuk?" tanyanya.

"Kau benar, seharusnya kita sudah masuk," balas shaman sambil melepaskan rangkulannya.

Shaman, dengan ekspresi marah, menarik kedua kerah baju Ryuga dengan kasar. "Katakan kalau ini bukan jam Pak Han!" teriaknya sambil mempertegas kata-katanya.

Ryuga hanya bisa mengangguk ragu, "Mungkin..."

Namun, tiba-tiba, suasana hening terganggu oleh suara keras yang mengejutkan.

"DORRRR!" dentuman senjata membuat semuanya terdiam.

"Pak Han! Shaman! Ryuga!" teriak seseorang dengan suara yang penuh kemarahan.

Ryuga dan shaman, yang melihat ke arah suara tersebut, terlihat ketakutan. "Mungkin itulah yang dimaksud pembuat cerita," Ucap Ryuga dengan nada penuh keheranan.

"Ryuga, kita harus lari!" Ucap Shaman, mencoba mengajak Ryuga untuk melarikan diri.

Pak Han, yang terus mengejar mereka, berteriak sambil mengejar mereka. "Jangan kabur kalian!"

Dalam kebingungan dan ketakutan, Ryuga hanya bisa bertanya pada dirinya sendiri, "Kenapa selalu dapat bagian cerita seperti ini... kenapa?"

Episodes
Episodes

Updated 38 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!