"Lily... Kamu Lily kan? Lily Amelia Brown?" sapa seorang wanita ketika dia baru 2 minggu bekerja di kantor ini sebagai office girl.
Lily yang sebenarnya tidak mengingat siapa gadis muda yang sepertinya sebaya dengannya itu menggelengkan kepala.
"Wait... Bentar. Gue nggak mungkin salah. Lu Lily. Temen SD gue dulu. Gue inget banget muka lu yang beda banget ma kakak dan adek lu yang bule itu."
"Kok mata lu nggak biru? Lu pake softlens ya?" tanya gadis itu sambil mengangkat dagu Lily dan memperhatikannya lekat-lekat.
Lily mencoba memalingkan wajahnya. Tapi gadis itu kukuh memegang dagunya.
"Nggak Mbak saya bukan temen SD Mbaknya. Saya cuma OG disini. Nggak mungkin temen Mbak."
Gadis itu kemudian melepaskan tangannya dari wajah Lily.
"Iyasih, sebangkrut-bangkrutnya keluarga Brown, ngga mungkin mereka semiskin ini sampai ngebiarin anak gadisnya jadi OG."
Lily yang mulai ingat siapa gadis dihadapannya itu lega mendengar gadis itu percaya dia bukan Lily Brown.
Tapi tidak berlangsung lama, gadis itu melihat name tagnya. Lily yang sudah hampir kabur ditarik lagi oleh gadis itu.
"Maaf, Mbak. Saya permisi dulu. Saya masih ada pekerjaan."
"Lily Amelia." kata gadis itu mengeja name tag nya.
"Nggak. Sekarang gue yakin. Lu emang Lily Brown. Lily Amelia Brown. Adiknya Kak Rose. Ngaku nggak lu?" ancam gadis itu sambil memegang pergelangan tangan Lily kuat. Lily sampai harus menahan sakit.
"Sheila.." suara seorang wanita paruh baya membuat Sheila kaget dan dia melepaskan tangan Lily. Kesempatan ini dipakai oleh Lily untuk kabur.
Lily sudah tidak mau tahu apa yang terjadi kepada gadis bernama Sheila itu.
Lily duduk di salah satu sofa di pantry. Dia kemudian membuat es kopi untuk dirinya sendiri.
"Sheila kok bisa disini ya. Gawat kalau sampai dia tau ini emang beneran aku." kata Lily sambil memainkan sendoknya di dalam es kopi.
Sheila Amelia Joseph. Cewek itu pernah membullynya ketika dia SD. Hanya karena tidak terima nama tengah mereka sama. Alasan yang sangat tidak masuk akal.
Sheila

Sheila juga membullynya secara verbal. Mengatai Lily anak pungut karena tampilan Lily yang sangat berbeda dengan sang kakak dan adik.
Mereka memang bersekolah di sekolah internasional. Yayasan itu menaungi sekolah dari tingkat Playgroup sampai High School. Tidak heran jika orangtuanya memasukkan Lily serta dua saudaranya di sekolah yang sama. Tidak mengherankan juga teman-temannya mengenal kakak dan adik Lily. Apalagi Rose sangat terkenal cantik dan pintar. Berbeda dengan Lily yang biasa saja baik dari segi fisik maupun kecerdasannya.
"Lily..Lily..Lily." Winda, teman pertama Lily dikantor itu dengan hebohnya masuk ke pantry sambil langsung menenggak es kopi yang bahkan belum sempat diminum Lily setetes pun. Es kopi itu nyaris tandas.
"Win... Es gue..." kata Lily sambil menunjuk gelasnya.
"Oopss.. Sorry. Gue aus gegara lari-larian kesini?"
"Ngapain lari? Di kejar anjing lu?"
"Ishh..orang mah nanyain di kejar setan lu? Eh lu malah nanya dikejar anjing lu?"
"Lah lu pinteran dikit dong. Nggak ada setan keluar siang-siang begini." kata Lily jengkel.
"Iya deh. Sorry. Game cuman mau nanya ma lu tentang gossip yang beredar sekarang. Bener nggak gossip itu?"
Lily menaikkan sebelah alisnya.
"Gossip apaan? Kenapa nanya ke gue? Gue nggak tau samasekali."
"Sumpah lu nggak tau?"
"Sumpah gua nggak tau. Apaan sih?"
"Gossip ini tentang lu, Lily Amelia."
"Apasih Win. Ngomong dong. Oh God."
Lily langsung penasaran begitu dia mendengar namanya disebut.
Winda terlihat menghela napas panjang sebelum berbicara...
"Katanya kamu anaknya pengusaha yang bangkrut dan meninggal dalam keadaan terlilit utang."
Mata Lily melebar demi mendengar hal itu.
"Lu denger gossip itu darimana, Win?" tanya Lily penasaran.
"Tunggu, Ly. Gossipnya belum selesai. Katanya lagi kakak lu ju al diri buat nutupin utang-utang bokap lu."
Prank.... Gelas berisi es kopi yang tinggal tidak seberapa itu terjatuh dari meja karena tersenggol tangan Lily.
Hanya Winda yang kaget. Karena Lily tiba-tiba terlihat seperti tidak sadar. Matanya kosong, menerawang entah kemana.
Winda dengan cepat membereskan pecahan gelas itu. Dan mengepel lantai yang terkena ceceran kopi.
Setelah dia selesai dilihatnya Lily masih bengong seperti tadi.
"Ly...Lily." panggil Winda berkali-kali hingga akhirnya Lily tersadar.
"Aaaa..apa Win?"
"Lu nggak kenapa-napa kan?"
"Hah? Emang gue kenapa?" tanya Lily linglung.
Winda sedikit curiga dengan reaksi berlebihan Lily. Winda jadi berpikir gossip itu benar.
"Lu nggak mau membenarkan gossip itu kan?"
"Gossip yang mana?"
"Lu mantan orang kaya?"
Walau baru mengenal Winda 2 minggu, Lily merasa Winda adalah orang yang bisa dipercaya.
"Kalau itu bener, gimana Win?" tanya Lily lesu.
"Ya kalau itu bener nggak apa-apa sih. Keren malahan. Temen gue mantan orang kaya." kata Winda cengengesan. Tapi kemudian Winda berubah menjadi serius.
"Kalau gossip yang satunya?"
"Yang mana? Kaka gue ju al diri? Nggak itu nggak bener. Harta kita habis dijual semua buat nutupin uang perusahaan. Bahkan rumah yang kita ninggalin juga harus dijual. Biar utang bokap lunas semua. Jadi nggak bener kalau bokap sekarang masih kelilit utang."
Winda manggut-manggut mendengar penjelasan Lily.
Lily tidak bohong. Dia tidak tahu kalau kakaknya sempat menjadi gadis panggilan. Saat itu terjadi dia masih 12 tahun dan belum tahu apa yang terjadi.
"Syukur deh. Terus gimana dong, Ly. Lu kudu bersihin nama keluarga lu."
"Biarin aja udah. Kalau nggak ditanggepin juga ntar tuh gossip reda sendiri." ucap Lily santai.
Tiba-tiba dia teringat satu hal. Dia penasaran darimana gossip itu berasal.
"Ngomong-ngomong, lu denger gossip itu darimana, Win?"
"Nggak tau deh. Tiba-tiba aja banyak yang ngomongin ini tadi. Tapi kalau gue nggak salah denger, katanya calon istri anaknya boss yang bilang hal ini."
"Calon istri anaknya boss? Siapa?" gumam Lily.
Lily terlihat mencari-cari sesuatu. Hingga Winda pun penasaran.
"Cari apaan, Ly?"
"Cari kopi gue. Perasaan tadi gue taruh di meja deh."
"Noh..." jawab Winda sambil menunjuk tempat sampah dengan dagunya.
"Dimana?"
"Di tempat sampah."
"Kok bisa ditempat sampah?"
"Lu beneran nggak sadar tadi jatuhin gelas."
"Gue? Jatuhin gelas? Masa sih?" tanya Lily bingung.
"Yaelah nggak percaya. Mau cek CCTV?" kata Winda sambil menunjuk ke CCTV.
Lily melirik CCTV. Dia menggeleng lemas.
"Terus siapa yang beresin semuanya? Elu?"
"Iyalah siapa lagi." jawab Winda gemas.
Winda
Setelah beberapa saat, Mpok Odah, senior mereka datang bersama Susy, OG junior yang lain.
Mereka datang sambil memandangi Lily dan Winda bergantian.
"Lagi ngapain kalian?"
"Nggak lagi ngapa-ngapain, Mpok." jawab Winda cepat.
"Misi dulu ya, Mpok. Ada kerjaan lain." Winda buru-buru pergi. Tidak mau berurusan dengan Mpok Odah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments
Ratna Shinta Dewi
nama panjang Mpok Odah, Saodah bukan wkekwk
2024-06-21
1