.

Waktu terus berputar. Tidak terasa hampir 11 tahun mereka tinggal di kampung itu. Hannah dan Rose masih saja sombong dan menjaga jarak dengan lingkungan sekitarnya. Berbanding terbalik dengan Lily dan Corey yang sangat akrab dengan para tetangga.

Corey tumbuh menjadi remaja yang sedikit urakan dan berandalan. Berulang kali dia berulah seperti mencuri mangga, bernyanyi-nyanyi sampai malam atau menggoda anak gadis tetangga. Tapi orang-orang masih menganggapnya normal. Walau untuk Hannah dan Rose serta Lily itu sangat memalukan.

Hannah selalu saja memandang Corey sebagai pembawa sial sekalipun Corey adalah satu-satunya penerus laki-laki yang akan membawa nama keluarga Brown. Tetap saja Hannah tidak terlalu menyukai remaja itu.

Entah karena Corey merasa perlakuan yang berbeda dibanding kedua kakaknya terutama Rose, makanya Corey sangat sering melawan Hannah.

Seperti halnya sore itu. Corey kedapatan hendak mencuri cincin milik neneknya. Hannah yang memergoki apa yang dilakukan cucunya itu memukul Corey dengan sapu tanpa ampun. Dia terus-menerus mengomel dan mengatai Corey. Hannah tidak berhenti sekalipun Corey sudah minta ampun.

Akhirnya Corey kabur setelah sebelumnya mendorong sang nenek.

Saat itulah Rose pulang dan mendapati sang nenek tergeletak di lantai dengan napas terengah-engah seperti orang sekarat.

Karena takut terjadi apa-apa, Rose berteriak keras hingga orang-orang berlarian ke rumahnya. Mereka juga kaget mendapati Hannah tergeletak di lantai.

Akhirnya mereka membantu Rose mengangkat Hannah ke sofa dan meminta Rose segera memanggil dokter. Rose menolaknya, Alasannya dia tidak punya uang. Dia berusaha menelepon adiknya, Lily. Tapi tidak juga di angkat. Bahkan akhirnya nomer Lily tidak bisa dihubungi.

Hingga akhirnya Lily datang dan Rose merasa semua masalah telah terlewati.

Rose yang merasa lelah masuk ke kamar yang ditempatinya bersama sang adik, Lily. Dia tertidur tidak lama setelah itu.

Pintu depan diketuk seseorang.

"Pasti si Atin." ujar Hannah. Dia pura-pura memejamkan mata sambil menahan lapar. Tidak sabar rasanya memakan rendang dari Budhe Atin.

"Nenek kamu udah siuman, Ly?"

"Udah Budhe, Alhamdulilah."

"Dimana sekarang?"

"Istirahat di kamarnya. Kayaknya lagi tidur deh abis minum teh tadi?"

"Belum minum obat, kan?"

"Belum, Budhe. Tadi Lily mau beli makanan ke warteg begitu nenek siuman. Tapi nenek nggak mau ditinggal."

"Ya bener tuh nenek kamu. Kalau kamu tinggal ada apa-apa gimana. Ngandelin Ambar kan nggak mungkin. Dia mah maunya menang sendiri."

Lily hanya tersenyum mendengar penuturan ibunda dari Veda itu.

"Lagian kamu dah dibilang Budhe mau bagi rendang juga. Kok malah mau beli di warteg. Kamu nggak nganggep Budhe lagi ya?" Budhe Atin pura-pura merajuk.

Hannah yang mendengar itu dari kamar hampir muntah mendengar ucapan tetangganya yang di anggapnya berlebihan itu.

"Nggak lah, Budhe. Masa Lily nganggep Budhe orang lain. Budhe kan kesayangan Lily." kata Lily sambil memeluk Budhe Atin.

Hannah tidak tahan lagi. Dia memanggil Lily dengan suara yang dibuat selemah mungkin.

"Ly...Lily. Kamu dimana sayang?"

Budhe Atin segera melepas pelukan Lily.

"Tuh nenek kamu kayaknya dah bangun. Ambilin piring gih! Pakai piring aja biar buburnya cepet dingin. Budhe langsung pulang ya."

"Budhe nggak makan sekalian disini? Ini banyak banget loh." kata Lily yang merasa tidak enak hati.

 Budhe Atin benar-benar membawakan makanan yang sangat banyak untuk mereka berempat. Mungkin sampai besok malam, Lily tidak perlu khawatir tentang makanan lagi. Tidak perlu memasak ataupun beli. Saking banyaknya makanan yang dibawa Budhe Atin.

Hanya bubur yang dibawakan tidak begitu banyak oleh Budhe Atin.

"Budhe sengaja sedikit bikin buburnya. Kalau bubur kan kurang enak kalau diangetin. Terus kali aja Bu Hannah udah enakan dan maunya makan nasi, bukan bubur."

"Lily....." seru Hannah lagi.

"Udah sana samperin. Budhe pamit ya. Assalaamu'alaykum."

"Wa'alaykumussalaam. Makasih Budhe. Maaf jadi ngrepotin."

Budhe hanya tersenyum sambil mengedipkan matanya.

"Iya, Nek. Nenek laper kan? Makan bubur dulu ya?"

"Nggak mau. Nenek maunya makan nasi sama rendang. Terus pakai kuah gulai nangka sama sambel ijo yang banyak."

Lily heran mendengar permintaan sang nenek. Nafsu makan neneknya samasekali tidak terlihat seperti orang sakit. Lily merasa dokter Agus agak berlebihan tadi.

"Nenek kan lagi sakit. Makan bubur aja ya. Ntar kalau dah beneran sehat baru deh makan rendang sama gulai nangka." bujuk Lily yang masih sedikit khawatir melihat neneknya yang masih sedikit pucat. Dia tidak mau neneknya makan sembarangan.

"Kamu jangan berlebihan deh, Ly. Nenek tuh ngga kenapa-napa." tegas Hannah pada sang cucu.

Lily menghela napas. Neneknya masih saja bersikap keras. Tak pernah berubah walau waktu terus berlalu.

"Kenapa, Ly?"

"Kenapa apanya, Nek?"

"Kamu kesel ma Nenek?"

Lily mengernyitkan dahi.

"Kesel kenapa?"

"Ngaku aja, kamu kesel kan ma Nenek?"

"Nenek ngomong apa sih? Lily nggak ngerti deh."

"Itu tadi kamu ngedengus gitu. Buang napas gede. Kamu nahan emosi kan. Sebenarnya kamu tuh pengen marah ma Nenek."

Lily memutar bola matanya. Malas.

"Nenek nggak usah ngadi-ngadi deh. Lily tuh cuman capek. Bukan marah ma Nenek."

"Ohh, sekarang kamu nyalahin Nenek? Kamu capek ngurus Nenek? Yaudah, biar aja nenek mati. Nggak ada yang peduli." Hannah merajuk lagi untuk kesekian kali.

"Sabar Lily. Sabar." lirih Lily menguatkan dirinya.

Lily baru saja akan keluar kamar begitu neneknya lagi-lagi memanggil namanya.

"Kamu beneran nggak peduli lagi ma Nenek ya, Ly." Ucapan Hannah benar-benar seperti mencoba memprovokasi Lily.

"Lily mau ambilin nasi rendang buat Nenek. Nenek nggak mau?" satir Lily.

"Ohhh, ngomong dong. Mau dong, Ly. Yang banyak ya?!" perintah Hannah.

"Dikit dulu aja, Nek. Takutnya nggak abis."

"Pelit banget sih kamu ma Nenek. Orang itu sama si Atin dikasih ke Nenek juga. Jadi itu semua hak Nenek."

Lily nyaris kelepasan dengan menghela napas. Tapi ditahannya. Dia tidak mau neneknya membuat drama lagi.

"Iya, Nenek sayang. Lily ambilin yang banyak ya?" kata Lily sambil tersenyum sangat manis. Senyum palsu.

Lily kemudian mengambil sedikit nasi dan beberapa potong rendang. Dia sengaja meletakkan sayur di mangkok berpisah karena tidak berani mengambil resiko diomeli neneknya jika kuah gulai nangka itu disiramkan langsung di atas nasi. Hanya rebusan beberapa sayuran dan sambal yang diletakkan dalam piring yang sama dengan nasi dan rendang.

Lily masuk dan menyerahkan semua itu pada Hannah.

"Ya Ampun, banyak banget sih, Lily. Kamu pikir Nenek rakus?"

Lily tetap mencoba tersenyum. Neneknya benar-benar menguji kesabarannya hari ini.

"Nggak kok, Nek. Ini nggak banyak. Kalau Nenek nggak habis juga nggak apa-apa. Yang penting Nenek makan yang banyak biar cepet sehat." kata Lily tulus walau senyumnya dipaksakan.

"Makasih ya, Lily. Kamu emang paling sayang ma Nenek." kata Hannah sambil memegang lembut pipi Lily.

Lily mengangguk sambil tersenyum. Kali ini bukan senyum palsu ataupun terpaksa. Senyumnya tulus. Hatinya menghangat karena ucapan neneknya barusan.

Episodes
1 Lily of the Valley
2 Nenek
3 Amber Rose, bunga keluarga Brown.
4 Roda yang Berjalan Pasti Berputar.
5 .
6 Kemana Berandalan Itu?
7 Gossip
8 Sheila dan Mida
9 Dasar, Anak Nakal !
10 Corey Gray Brown
11 ..
12 Amélie Rose Numa
13 ...
14 .. .. ..
15 Jared Beraksi
16 Veda
17 Hancur
18 . . .
19 Siapa Dia?
20 Bertengkar karena Tawaran Kerja
21 Rendezvous
22 Perpisahan di Pantry
23 Pindah ke Apartment
24 Boss itu Ternyata....
25 Cemburu dan Curiga
26 Oedipus Complex
27 Patah Hati
28 Priceless Daughter
29 Playboy (belum mau) Taubat
30 Orang-orang Kampung Sawah
31 Makan Malam
32 Malam mencekam
33 From Zero to Hero
34 Delusi
35 Cinta Terlarang dan Memanfaatkan ?
36 I'm falling in Love with...
37 Keputusan Aneh Mida
38 Diam-diam Suka
39 Berpikir untuk Putus
40 No Way...
41 Broken the Promise
42 Kasih Ibu
43 Samar
44 .
45 Urip
46 Bahagiamu Lukaku
47 Perspective
48 Sumpah Hari Candani
49 Menunggu Waktu
50 Karma
51 Fitnah Seorang Sahabat
52 Bukan Karma tapi Kutukan yang Sebenarnya
53 Kebenaran yang (belum) Terungkap
54 The Sky is Falling
55 Complicated
56 Dul
57 Kosong
58 Rapuh
59 Jauh
60 Ayşe, Arda dan Hatice
61 Single
62 Tentang Dia
63 Halak Hita
64 Kehilanganmu Saat Menemukanmu
65 Sepiring Memori
66 Bingung
67 Jared Setengah Gila
68 Keluarga Brown Saat Ini
69 Fakta
70 I'm not unbroken
71 Setelah 7 Tahun Pernikahan
72 Cerita Donny dan Gina
73 Jared Oh Jared
Episodes

Updated 73 Episodes

1
Lily of the Valley
2
Nenek
3
Amber Rose, bunga keluarga Brown.
4
Roda yang Berjalan Pasti Berputar.
5
.
6
Kemana Berandalan Itu?
7
Gossip
8
Sheila dan Mida
9
Dasar, Anak Nakal !
10
Corey Gray Brown
11
..
12
Amélie Rose Numa
13
...
14
.. .. ..
15
Jared Beraksi
16
Veda
17
Hancur
18
. . .
19
Siapa Dia?
20
Bertengkar karena Tawaran Kerja
21
Rendezvous
22
Perpisahan di Pantry
23
Pindah ke Apartment
24
Boss itu Ternyata....
25
Cemburu dan Curiga
26
Oedipus Complex
27
Patah Hati
28
Priceless Daughter
29
Playboy (belum mau) Taubat
30
Orang-orang Kampung Sawah
31
Makan Malam
32
Malam mencekam
33
From Zero to Hero
34
Delusi
35
Cinta Terlarang dan Memanfaatkan ?
36
I'm falling in Love with...
37
Keputusan Aneh Mida
38
Diam-diam Suka
39
Berpikir untuk Putus
40
No Way...
41
Broken the Promise
42
Kasih Ibu
43
Samar
44
.
45
Urip
46
Bahagiamu Lukaku
47
Perspective
48
Sumpah Hari Candani
49
Menunggu Waktu
50
Karma
51
Fitnah Seorang Sahabat
52
Bukan Karma tapi Kutukan yang Sebenarnya
53
Kebenaran yang (belum) Terungkap
54
The Sky is Falling
55
Complicated
56
Dul
57
Kosong
58
Rapuh
59
Jauh
60
Ayşe, Arda dan Hatice
61
Single
62
Tentang Dia
63
Halak Hita
64
Kehilanganmu Saat Menemukanmu
65
Sepiring Memori
66
Bingung
67
Jared Setengah Gila
68
Keluarga Brown Saat Ini
69
Fakta
70
I'm not unbroken
71
Setelah 7 Tahun Pernikahan
72
Cerita Donny dan Gina
73
Jared Oh Jared

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!