Dosen baru

"Ok, Saya lanjutkan."

" Saya dapat amanah dari Pak Robi untuk pengumpulan sebuah tugas. Sebelum mengumpulkan tugas Kalian, Saya akan mengabsen. Bagi yang namanya disebut, tolong antarkan ke depan tugas kalian."

Tiara yang sudah tegang jadi tambah panik. Afifah dan Wina saling melirik, lalu memandang ke arah Tiara. Tiara memutar otak. Bagaimana kalau pura-pura sakit perut ke toilet lalu kabur? Pikir Gadis itu.

" Adi Munandar," panggilnya mulai mengabsen.

"Ariani Wijayanti." Riani maju.

Setiap dosen baru itu memanggil satu per satu nama mahasiswa. Setiap kali itu juga panik Tiara bertambah. Dia jadi gemetaran. Bagaimana caranya menghindari masalah ini. Jari Tiara mengetuk-ngetuk meja.

" Tian hasto Setiawan."

'Habis ini giliranku. Bagaimana ini?' batin Tiara. Dia tampak gelisah.

"Tiara Salsabila."

Tiara terdiam, mendadak buntu, panik dan gugup menjadi satu.

" Tiara Salsabila." Panggilan kedua membuat gadis itu tambah panik dan gugup.

" Tidak ada orangnya, tapi ada tanda tangannya?" Pertanyaan yang sangat memojokkan bagi Tiara. Pasti dosen baru tersebut berpikir negatif yaitu titip absen. Daripada sama-sama ada konsekuensinya. Tiara pun memberanikan bersuara.

" Maaf Pak."Ucap Tiara tidak perduli apapun konsekuensinya nanti.

Pandangan semua orang tertuju ke arah Tiara.

" Diam itu adalah emas. Tapi kalau diam disaat saya mengabsen. Saya jadi curiga."

Sekarang pandangan wajah Tiara tertuju pada dosen baru di depan.

'Habislah riwayatku.' Pikir Tiara.

Dosen baru tersebut terlihat terkejut melihat Tiara. Ekspresinya dimimik wajahnya terlihat jelas. Namun kemudian Dia kembali bersikap biasa saja.

" Silahkan kumpulkan tugas kamu ke depan," perintahnya.

Inilah yang Tiara takutkan.

" Maaf Pak, Tugas Saya ketinggalan dirumah."

" Ok. Tinggalkan kelas saya sekarang. Dan minta detensi pada Saya nanti Siang!"

Tiara menghembuskan nafas lesu. Sudah Tiara kira, Dosen tersebut sama kejamnya dengan Pak Robi. Tidak ada toleransi sama sekali.

" Semangat! " Bisik Afifah.

" Hwaiting!" Wina juga tidak bantu apa-apa.

Tiara hanya tersenyum kecil dan kemudian beranjak pergi keluar kelas. Dia berjalan menuju ke gedung perpustakaan di gedung B. Terlihat Sari dan teman-temannya didepan kelas. Sari langsung berlari kecil menuju ke arah Tiara.

" Sudah selesai? cepat amat."komentar Sari.

" Aku dikeluarkan dari kelas. Tugasku ketinggalan." Ucap Tiara terdengar kesal.

Sari langsung tertawa mendengarnya.

"Bisa-bisanya." Sari tampak tidak percaya.

" Pak likmu kalau tahu pasti bakalan seru. Ponakannya tidak niat kuliah." Goda Sari.

" Aisssh. Awas saja kalau Kamu ngadu ma kakakmu , sampai pak likku dan umi tahu. Ku adukan juga pacarmu banyak stoknya," Ancam Tiara niat bercanda saja.

" Jangan dunk! Oya Aku lagi g ada mata kuliah ini. Mau kutemenin kah? " Sari menawarkan diri.

" Tidak usah. Makasih." Tiara kembali melangkahkan kakinya menuju perpustakaan.

Sedang asyik baca buku, Tiara tidak sengaja melihat jam di tangannya. Sudah menunjukkan pukul Sepuluh kurang lima belas menit. Jelas kelas speaking sudah selesai. Tiara buru-buru mengembalikan buku dan menuju gedung fakultas ekonomi. Mencari ruang Pak Hasan. Namun katanya ruangan tersebut kosong.

" Apa keperluan saudari mencari beliau? Bimbingan ? Detensi?" Tanya salah satu dosen di fakultas ekonomi.

" Detensi."Jawab Tiara.

" Biasanya Pak Hasan kasih bimbingan, distensi di ruang perpustakaan. Jarang Beliau menggunakan ruangannya." Jelas dosen tersebut.

Tiarapun mengucapkan terima kasih atas informasi yang diberikan dan kembali menuju perpustakaan kampus. Dia menggerutu sendiri dijalan.

'Di fakultas pendidikan tidak ada dosen seperti dirinya, biasa keperluan ke ruangannya. Tahu gini, seharusnya Aku tadi di perpustakaan saja.'

Begitu sampai diperpustakaan, Hasan sudah duduk manis di salah satu kursi. Dia mengerutkan dahinya.

" Maaf Pak Saya terlambat."

"Hmmm."Sahut Hasan hanya deheman kecil. Tiara menarik salah satu kursi yang terletak diseberang Hasan. Hasan menyodorkan kertas tugas.

" Kerjakan dengan baik atau Kamu terus detensi sampai nilai Kamu baik." Ancamnya.

Tiara merasa lelah jadi tidak berkomentar apapun. Gadis itu mengeluarkan bolpoin dan mulai mengisi kertas, padahal ancaman Hasan terdengar cukup mengerikan. Namun nyatanya, itu tidak mempengaruhi Tiara. Bahkan kalaupun nilainya jelek semester satu ini, Tiara tidak peduli. Dia sendiri tidak ada niat kuliah dijurusan saat ini.

Hasan terlihat membaca buku. Namun tanpa Tiara ketahui. Hasan menebak, mahasiswi didepannya saat ini pasti sedang mengalami masalah rumit. Setelah tiga puluh menit. Detensi sudah diselesaikan oleh Tiara. Tiara menyerahkan kertas jawaban kepada Hasan.

" Ok. " Setelah mengambil kertas jawaban Tiara.

Hasan terlihat akan beranjak dari tempat duduknya.

" Tanda kecintaan Allah pada hamba-Nya adalah dengan mengujinya." Ucap Hasan tanpa tersenyum lalu beranjak dari tempat duduknya dan keluar dari perpustakaan kampus.

Tiara menopang dagu dan garuk-garuk kepalanya. Tanda kalau Dia bingung, kenapa Dosen baru yang killer itu tiba-tiba menjelma jadi ustadz di depannya.

Sedangkan disekitarnya lagi-lagi banyak bisik-bisik mahasiswi yang sangat mengagumi dosen tersebut. Tiara yang moodnya sedang berantakan langsung beranjak dari tempat duduknya dan keluar dari perpustakaan tersebut.

Dia pun membuka rangselnya berniat mengambil handphone untuk menghubungi kedua temannya. Tiara kembali panik, ketika Dia tidak menemukan handphonenya didalam tas. Tiara pun langsung tertunduk lesu.

Tiara kembali mengingat ulang hari ini. Tadi pagi jelas-jelas Dia masih teleponan dengan Wina saat sampai kampus. Dan Tiara baru mengingatnya, handphonenya terjatuh bersamaan dengan jatuhnya buku-buku Pak Hasan.

' Tapi kalau Pak Hasan tahu, Dia pasti langsung informasi tadi saat dikelas maupun saat ditensi.' Pikir Tiara.

Tiara kembali gelisah. Bagaimana kalau sampai perasaan-perasaannya diketahui orang lain. Dan siluet foto-foto Tian terlihat oleh orang yang menemukan tersebut.

" Kacau-kacau." Keluh Tiara.

Tiara pun langsung beranjak melangkahkan kakinya menuju tempat dimana insiden tadi pagi terjadi. Walaupun mustahil kalau masih ada. Tapi Tiara berharap ada seseorang yang menemukannya dan tidak mengotak-atik handphonenya. Tiara jadi ngedumel sendiri,Dia menyalahkan dosen dari fakultas ekonomi tersebut. Gara-gara kata-kata pedasnya buat Tiara lupa segalanya. Sampai ditempat tersebut, jelas handphonenya pun tidak ada.

Tiara tampak lesu, Dia pun kembali melangkahkan kakinya menuju gedung C. Dimana mata kuliah selanjutnya yaitu Aqidah. Tiara berharap tidak ada tugas kelompok di mata kuliah Aqidah kali ini. Karena Dia ingin sedikit demi sedikit melupakan Tian. Sosok yang sudah menjadi idaman hatinya.

Sampai di kelas, jelas Tian sudah duduk di deretan paling depan. Dia ingin bilang sesuatu. Tapi Tiara pura-pura tidak melihatnya dan melewatimya begitu saja.

" Ra! Sini!" Panggil Wina.

" Kemana saja Kamu Ra? Ku chat, kutelepon. Tidak direspon." Keluh Afifah.

Tiara langsung menghempaskan dirinya ke tempat duduk. Dia tampak lesu,

" Handphoneku hilang."

" Apa!!!" Lagi-lagi oktaf suara Afifah membuat heboh satu kelas.

To be continued

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!