CTHK 19 ~ Pandu dan Dara (1)

Berkali-kali CItra melihat jam di ponselnya dan sudah lebih dari lima belas menit dari pertemuan yang Harsa atur. Tempat serta waktu, pria itu yang menentukan. Bahkan pelayan sudah datang menanyakan pesanan dan Citra tidak mungkin memesan tanpa kejelasan Harsa akan datang atau tidak. Apalagi tempat pertemuannya adalah private room di salah satu restoran mewah, berapa rupiah yang harus dikeluarkan kalau Harsa malah tidak muncul.

“Lihat saja, kalau benar dia tidak muncul ….”

Gumaman Citra terhenti ketika pintu ruangan terbuka dan Harsa melangkah menuju kursi berhadapan dengannya.

“Aku pikir Mas Harsa ingkar, bahkan aku sudah mempersiapkan apa yang harus aku lakukan setelah ini kalau memang kamu tidak datang.”

“Aku sibuk, bekerja dan mencari uang. Meskipun Papa dan Opa ku punya segalanya bukan berarti aku hanya tenang-tenang saja, bahkan aku sedang berusaha untuk menggantikan posisi mereka.”

“Ck, terserah. Aku hanya minta tanggung jawab kamu.”

Harsa mendessah pelan, mengendurkan ikatan dasinya. Bukan sekali dua kali mulut CItra mengatakan hal yang sama, tanggung jawab. Obrolan mereka terhenti karena pelayan datang, Citra menyebutkan pesanannya, begitupun Harsa meski tanpa minat.

Baru saja Citra akan kembali bicara, ponsel Harsa berdering. Wanita itu mau tidak mau harus menunggu Harsa selesai dengan urusannya. Bahkan minuman dan makanan pembuka datang, pria itu masih bicara lewat telepon.

“Kamu sengaja ‘kan?”

“Aku sudah bilang kalau aku sibuk.”

“Waktu masih dengan Dara, kamu selalu ada waktu untuk kita bertemu,”  sindir Citra.

“Aku dan Dara LDR, bahkan saat aku datang ke Jakarta kami masih saja sulit bertemu dan itulah alasan aku tergoda oleh kamu.”

Saat makanan datang, Harsa tidak bersuara karena fokus dengan menu di hadapannya. Tidak ingin membuang waktu hanya dengan berbasa-basi dan kembali ke kantor dengan perut kosong. Apalagi sejak tadi pagi emosinya terus bermain ketika menyaksikan Pandu menghadiri rapat direksi karena keberadaan pria itu di perusahaan dan hal itu sangat mengganggunya.

Orang baru dan belum tentu tahu masalah bisnis sudah mendapatkan kepercayaan di perusahaan. Dalam benaknya, Jaya sangatlah b0doh kalau mempercayakan perusahaan pada orang semacam itu.

“Mas, kamu dengar aku ‘kan?”

Harsa menyeka mulutnya dengan serbet lalu menatap perempuan di hadapannya yang semakin terlihat sangat menyebalkan.

“Seharusnya kamu tunggu sampai aku selesai makan.”

“Kamu semakin menyebalkan,” sindir Citra.

“Jadi, apa yang harus kita bicarakan?”

Citra mendengus kesal, padahal bukan sekali dua kali dia mengatakan keinginannya pada Harsa dan sekarang pria itu masih bertanya mau bicara apa.

“Tanggung jawab, aku minta kamu tanggung jawab.”

“Tanggung jawab apa? Affair kita di belakang Dara hanya untuk senang-senang, dari awal aku tidak pernah janjikan kamu apapun. Kalaupun kita bercint4, itu atas dasar suka sama suka bukan karena aku mengobral cinta.”

“Kamu kelewatan, Mas. Waktu itu kamu bilang ….”

“Bilang apa? Hubungan kita memang terlalu jauh, padahal saat itu kita kenal belum lama,” tutur Harsa lalu mencondongkan tubuhnya. “Aku ingatkan khawatir kamu lupa. Saat itu, kamu sudah tidak … perawan.”

Kedua tangan CItra mengepal menahan geram. Sebenarnya Harsa bukan menghina, tapi memang itu kenyataannya.

“Aku hamil dan kamu harus tanggung jawab.”

Harsa tergelak seakan mengejek.

“Ayolah Citra, kalau mau menjerat aku seharusnya kamu cari cara yang lebih bijak dan masuk akal. Aku selalu menggunakan pengaman. Kalau memang kamu hamil, jelas itu bukan anakku.”

“Mas, aku akan katakan pada Opa kalau kamu ….”

“Katakan saja, tapi aku akan pastikan Papa akan mendepak Bunda kamu dari rumah termasuk kamu juga Dara. Berhenti bersandiwara.”

“Oke, kalau itu maumu. Kita berakhir dan jangan menyesal karena aku akan mendapatkan pria yang lebih baik.” Citra berkata dengan sikap pongah seolah memang sangat mudah mendapatkan pengganti Harsa dan sudah pasti lebih baik. 

“Tidak akan, aku tidak akan menyesal,” balas Harsa lalu terkekeh.

“Karena aku akan dekati Mas Pandu,” ujar Citra lalu tersenyum bangga.

Harsa terdiam, bukan karena cemburu atau menyesal. Dia menganggap hal itu menjadi peluang untuk menyingkirkan Pandu. Jaya tidak akan suka kalau Pandu berhubungan dengan wanita sembarangan seperti Citra.

“Lanjutkan. Dengan begitu aku bisa kembali pada Dara.”

***

“Lo masih betah kerja begini?” tanya Vio.

“Asyik aja, selama masih bercuan,” sahut Dara. Sudah hampir jam sebelas malam dan mereka berdua masih duduk di depan loker, sedangkan rekan satu shift baru saja bubar.

“Gue sih pengennya cepat nikah dengan pria kaya, nggak masalah duda juga. Capek kerja gini-gini mulu, gaji habis Cuma buat bayar kontrakan dan makan sehari-hari.” Dara hanya berdehem sambil menikmati coklat bar dan sebotol soda.

Brak.

Vio menatap pintu yang dibuka, ada Pandu berdiri di tengah pintu. Segera ia menyenggol Dara yang menunduk menekuni snacknya.

“Woy, itu lihat,” ujar Vio lirih.

“Apaan sih?”

“Itu.”

Dara menoleh ke depan dan terkejut melihat Pandu berdiri di sana. “Eh, ada Om Pandu.”

“Apa ponselmu rusak?” tanya Pandu dan Dara menggelengkan kepalanya. “Kenapa teleponku tidak dijawab?”

Merasa tidak seharusnya berada diantara percakapan Pandu dan Dara, Vio pun pamit undur diri dan menganggukan kepala saat Pandu bergeser agar ia bisa lewat.

“Jawab!”

“Ponselku di tas, mana tahu ada telpon. Aturannya memang tidak boleh gunakan ponsel saat bekerja. Makanya kembalikan jabatanku, Om,” rengek Dara.

“Kamu bukan bocah, kenapa makanan itu kamu … apa tidak ada makanan lain?”

Dari pada menjawab pertanyaan Pandu, Dara memilih beranjak dan berjalan keluar dari ruangan itu dan berdecak saat melewati Pandu.

“Please deh, Bunda aja nggak pernah peduli aku makan apa. Om kenapa peduli?” tanya Dara saat mereka berjalan bersisian menuju pintu keluar khusus pegawai.

“Karena aku tidak ingin pegawai di hotel ini terlihat gendut.” Dara menghentikan langkahnya lalu menoleh dengan tatapan sinis.

“Dilihat dari manapun, aku tidak … gendut.”

Pandu hanya mengedikkan bahu, lalu menunjuk mobilnya.

“Om Pandu, parkir di sini? Bukan di ….”

“Biar cepat kesana,” tunjuknya pada pintu keluar. “Masuk, ini sudah malam.”

“Tunggu, ini maksudnya aku pulang bareng Om Pandu?”

Pandu bergeming, tampak berpikir. Tidak mungkin dia mengatakan, tentu saja pulang denganku bahkan aku sudah menunggu sejak dua jam lalu.

“Sekalian saja, kebetulan aku ada urusan di sini. Jangan berpikir aku sengaja menjemput kamu,” jelas Pandu berkelit. “Bukankah kamu bilang kalau kita keluarga.”

“Ah betul itu. Kita keluarga, jadi hukumannya anggap selesai saja. Ya, om, ya. Please!”

Melihat wajah Dara merengek dengan bibir yang dikerucutkan terlihat menggemaskan dimata Pandu.

“Aish, cepat masuk atau aku berubah pikiran!”

Hah, Pandu Aji menyebalkan, batin Dara.

Apa dia sengaja menggodaku? batin Pandu.

 

Terpopuler

Comments

Cicih Sophiana

Cicih Sophiana

ihh om Pandu mah kegeeran siapa jg yg mau menggoda...

2024-05-17

0

Tatik R

Tatik R

ayo lah om please

2024-05-03

0

Defi

Defi

Bukan Om, tapi pikiran Om Pandu aja yang udah jauh mainnya

2024-05-02

0

lihat semua
Episodes
1 CTHK 1 ~ Kita ... Putus
2 CTHK 2~ Kenapa Harus Dia
3 CTHK 3 ~ Tinggal Bersama
4 CTHK 4 ~ Kamar 2807
5 CTHK 5 ~ Kepalamu
6 CTHK 6 ~ Mau Coba
7 CTHK 7 ~ Orang Yang Salah
8 CHTK 8 ~ Dunia Vs Daun Kelor
9 CTHK 9 ~ Kita Saudara
10 CTHK 10 ~ Tragis
11 CTHK 11 ~ Tukang Ngadu
12 CTHK 12 ~ Tukang Ngadu (2)
13 CTHK 13 ~ Balas Dendam
14 CTHK 14 ~ Rahasia
15 CTHK 15 ~ Di mana Kamu?
16 CTHK 16 ~ Ancaman Pandu
17 CTHK 17 ~ Ada Apa Denganku?
18 CTHK 18 ~ Dasar Tandu!
19 CTHK 19 ~ Pandu dan Dara (1)
20 CTHK 20 ~ Pandu - Dara (2) Apa Mungkin ....
21 CTHK 21 ~ KUA
22 CTHK 22 ~ Bidadari
23 CTHK 23 ~
24 CTHK 24 ~ Menggoda
25 CTHK 25 ~ Kecewa
26 CTHK 26 ~ Dasar Om-om
27 CTHK 27 ~ Waktunya Menikah
28 CTHK 28 ~ Gara~ gara Katro
29 CTHK 29 ~ Kamu Tidak Berhak
30 CTHK 30 ~ Menyelinap (Lagi)
31 CTHK 31 ~ Jodoh Pilihan Bunda (1)
32 CTHK 32 ~ Jodoh Pilihan Bunda (2)
33 CTHK 33 ~ Siapa Dia?
34 CTHK 34 ~ Panda Jatuh Cinta
35 CTHK 35 ~ Hanya Satu Macam
36 CTHK 36 ~ Rahasia (1)
37 CTHK 37 ~ Rahasia (2)
38 CTHK 38 ~ Miss You Panda
39 CTHK 39 ~ Nasihat Dara
40 CTHK 40 ~ Ijab Qabul, yuk!
41 CTHK 41 ~ Siap Lahir dan Batin
42 CTHK 42 ~ Orang Yang Salah
43 CTHK 43 ~ Sudah Gil4
44 CTHK 44 ~ Aku Dijebak
45 CTHK 45 ~ Aku Bersedia
46 CTHK 46 ~ Rencana Besok
47 CTHK 47 ~ Nanti Saja
48 CTHK 48 ~ Yang Terbaik
49 CTHK 49 ~ kenapa ?
50 CTHK 50 ~ Tempat Untuk Pulang
51 CTHK 51 ~ Sekarang
52 CTHK 52 ~ Diseruduk Panda
53 CTHK 53 ~ I'm Coming
54 CTHK 54 ~ I Love You, Panda
55 CTHK 55 ~ Bayi Panda
56 CTHK 56 ~ Usaha Membuat Bayi Panda
57 CTHK 57 ~ Lupa !!
58 CTHK 58 ~ Gagal
59 CTHK 59 ~ Resepsi (Masih)
60 CTHK 60 ~ Obrak Abrik Panda
61 CTHK 61 ~ Ada Apa Dengan Panda ? AADP
62 CTHK 62~ Bedrest (Bayi Panda)
63 CTHK 63 ~ Pacul
64 CTHK 64 ~ Serangan
65 CTHK 65 ~ Tunggu Aku
66 CTHK 66 ~ Temani Aku
67 CTHK 67 ~ Lembur
68 CTHK 68 ~ Serangan (2)
69 CTHK 69 ~ Aku Datang
70 CTHK 70 ~ Nostalgia
71 CTHK 71 ~ Ngidam
72 CTHK 72 ~ Rambut (Lagi)
73 CTHK 73 ~ Jenguk Bayi
74 CTHK 74 ~ Bayi Panda OTW
75 CTHK 75 ~ Baby Boy
76 CTHK 76 ~ Kapan Selesai?
77 CTHK 77 ~ Coba Lagi
78 CTHK 78 ~ Kejutan
79 CTHK 79 ~ Keinginan Pandu
80 CTHK 80 ~ Emosi
Episodes

Updated 80 Episodes

1
CTHK 1 ~ Kita ... Putus
2
CTHK 2~ Kenapa Harus Dia
3
CTHK 3 ~ Tinggal Bersama
4
CTHK 4 ~ Kamar 2807
5
CTHK 5 ~ Kepalamu
6
CTHK 6 ~ Mau Coba
7
CTHK 7 ~ Orang Yang Salah
8
CHTK 8 ~ Dunia Vs Daun Kelor
9
CTHK 9 ~ Kita Saudara
10
CTHK 10 ~ Tragis
11
CTHK 11 ~ Tukang Ngadu
12
CTHK 12 ~ Tukang Ngadu (2)
13
CTHK 13 ~ Balas Dendam
14
CTHK 14 ~ Rahasia
15
CTHK 15 ~ Di mana Kamu?
16
CTHK 16 ~ Ancaman Pandu
17
CTHK 17 ~ Ada Apa Denganku?
18
CTHK 18 ~ Dasar Tandu!
19
CTHK 19 ~ Pandu dan Dara (1)
20
CTHK 20 ~ Pandu - Dara (2) Apa Mungkin ....
21
CTHK 21 ~ KUA
22
CTHK 22 ~ Bidadari
23
CTHK 23 ~
24
CTHK 24 ~ Menggoda
25
CTHK 25 ~ Kecewa
26
CTHK 26 ~ Dasar Om-om
27
CTHK 27 ~ Waktunya Menikah
28
CTHK 28 ~ Gara~ gara Katro
29
CTHK 29 ~ Kamu Tidak Berhak
30
CTHK 30 ~ Menyelinap (Lagi)
31
CTHK 31 ~ Jodoh Pilihan Bunda (1)
32
CTHK 32 ~ Jodoh Pilihan Bunda (2)
33
CTHK 33 ~ Siapa Dia?
34
CTHK 34 ~ Panda Jatuh Cinta
35
CTHK 35 ~ Hanya Satu Macam
36
CTHK 36 ~ Rahasia (1)
37
CTHK 37 ~ Rahasia (2)
38
CTHK 38 ~ Miss You Panda
39
CTHK 39 ~ Nasihat Dara
40
CTHK 40 ~ Ijab Qabul, yuk!
41
CTHK 41 ~ Siap Lahir dan Batin
42
CTHK 42 ~ Orang Yang Salah
43
CTHK 43 ~ Sudah Gil4
44
CTHK 44 ~ Aku Dijebak
45
CTHK 45 ~ Aku Bersedia
46
CTHK 46 ~ Rencana Besok
47
CTHK 47 ~ Nanti Saja
48
CTHK 48 ~ Yang Terbaik
49
CTHK 49 ~ kenapa ?
50
CTHK 50 ~ Tempat Untuk Pulang
51
CTHK 51 ~ Sekarang
52
CTHK 52 ~ Diseruduk Panda
53
CTHK 53 ~ I'm Coming
54
CTHK 54 ~ I Love You, Panda
55
CTHK 55 ~ Bayi Panda
56
CTHK 56 ~ Usaha Membuat Bayi Panda
57
CTHK 57 ~ Lupa !!
58
CTHK 58 ~ Gagal
59
CTHK 59 ~ Resepsi (Masih)
60
CTHK 60 ~ Obrak Abrik Panda
61
CTHK 61 ~ Ada Apa Dengan Panda ? AADP
62
CTHK 62~ Bedrest (Bayi Panda)
63
CTHK 63 ~ Pacul
64
CTHK 64 ~ Serangan
65
CTHK 65 ~ Tunggu Aku
66
CTHK 66 ~ Temani Aku
67
CTHK 67 ~ Lembur
68
CTHK 68 ~ Serangan (2)
69
CTHK 69 ~ Aku Datang
70
CTHK 70 ~ Nostalgia
71
CTHK 71 ~ Ngidam
72
CTHK 72 ~ Rambut (Lagi)
73
CTHK 73 ~ Jenguk Bayi
74
CTHK 74 ~ Bayi Panda OTW
75
CTHK 75 ~ Baby Boy
76
CTHK 76 ~ Kapan Selesai?
77
CTHK 77 ~ Coba Lagi
78
CTHK 78 ~ Kejutan
79
CTHK 79 ~ Keinginan Pandu
80
CTHK 80 ~ Emosi

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!