TAMU TAK DI UNDANG

Pagi menjelang...

Hujan rintik-rintik dan awan gelap menyelimuti langit kota London. Suara syahdu terasa begitu menenangkan jiwa.

Aleena menyapukan hiasan tipis di wajahnya. Namun khusus hari ini Ale ingin memakai lipstik berwarna sedikit terang. Menutupi wajah pucat nya. Tak lupa memberikan concealer di bawah matanya yang bengkak karena semalaman menangis pilu meratapi nasibnya.

Ting

Tong

Aleena mengernyitkan keningnya. Ketika terdengar suara bel berbunyi.

"Siapa yang datang sepagi ini", ucapnya pelan. Karena jarang sekali ia menerima tamu. Paling sesekali tetangganya yang berkunjung memberi makanan untuknya karena tahu Aleena sibuk belajar dan bekerja. Kebaikan tetangga juga yang membuat Ale betah tinggal di apartemen mungil ini. Membuatnya nyaman.

Ting

Tong

Lagi-lagi terdengar bel berbunyi. Aleena berdiri dan langsung membuka pintu tanpa mengintip terlebih dahulu.

Aleena terkejut. Kedua matanya melotot. "K-kau...

"Sayang kenapa kaget begitu. Aku membawa sarapan untuk kita". Ucap laki-laki yang sangat Aleena hindari kini.

"Mike...

Aleena seperti melihat hantu. Dia terdiam tak bergeming dari tempatnya semula.

Tanpa menunggu jawaban Aleena, Mike melangkah masuk dan menaruh tote bag di atas meja sofa. Wajahnya tersenyum hangat melihat keterkejutan Aleena seperti itu.

"Sayang...kenapa kau seperti itu melihat ku? Apa kamu tidak senang tunangan mu berkunjung, hem?"

"Ayo kita makan. Aku sudah lapar", sambungnya lagi sambil mengeluarkan kotak makanan yang ia bawa.

Aleena terpaku. Beberapa saat baru tersadar. Ini bukan mimpi. Gadis itu menggelengkan kepalanya pelan. Dan melangkah masuk dengan mulut terkunci rapat.

Mike sudah duduk di sofa, menyiapkan makan untuk Aleena. Seperti biasa selalu perhatian.

"Aku membawakan breakfast kesukaan mu, Aley", ucap Mike dengan panggilan sayangnya untuk Aleena. "Maafkan aku baru sempat datang sekarang sejak kau memberi tahu ku sudah bekerja di perusahaan itu. Aku benar-benar sibuk dengan urusan ku".

"Uhuk.. uhukkk".

Mike berdiri mengambilkan air minum untuk Aleena. "Aley, apa kamu tidak enak badan?".

Mike meraba wajah Aleena.

Aleena menghindar. "Pergilah. Aku tidak membutuhkan apa-apa dari mu. Aku harus ke kantor sekarang", tegas Aleena tanpa menatap Mike.

Aleena melipat tangannya ke depan dada.

Mike yang berdiri didepannya mengernyit heran. "Ada apa Aley? Apa kau marah pada ku?", desaknya minta penjelasan.

Perlahan Aleena mengangkat wajahnya menatap tajam Mike dengan mata berkaca-kaca. Melepas cincin di jari manis nya.

"Aku kembalikan pada mu! Hubungan kita berakhir!", tegas Aleena berusaha tegar.

Mike sejenak membisu. "Aley..

"Jangan pernah memanggil ku seperti itu lagi. Aku tahu hubungan mu dengan Nicole. Aku melihat dengan mata dan kepala ku sendiri. Kalian berkhianat padaku", ucap Aleena dengan suara bergetar.

Seketika Mike memijat keningnya. "Aku tidak mencintai nya. Kau lah satu-satunya yang ku cinta, Aley.."

Aleena menutup telinga dengan kedua tangannya. "Cukup... cukup, aku tidak mau mendengar kebohongan mu lagi. Kau tahu apa yang paling aku benci dalam kehidupan ini. Kebohongan dan pengkhianatan! Dan kau melakukan keduanya. Kau yang membuat hubungan kita berakhir seperti ini. Sekarang pergilah aku harus bekerja memenuhi kebutuhan ku. Kau bebas berhubungan dengan sapa pun", ucap Aleena tegas sambil membuka pintu selebar-lebarnya agar Mike keluar dari tempatnya.

Mike menghela nafas panjang. Ia tahu Aleena jika sudah mengambil keputusan tidak akan merubahnya.

"Maafkan aku. Aku memang salah. Tapi satu yang harus kau tahu Aley. Aku benar-benar mencintaimu. Kamu tidak akan tergantikan sampai kapanpun".

Aleena membanting pintu. Dan air mata yang di tahannya agar tidak tumpah di hadapan Mike sejak tadi menganak di pelupuk mata langsung turun membasahi wajahnya. Gadis itu berlari ke kamar duduk di depan kaca hias di kamar. Cepat-cepat membersihkan air matanya. Linangan airmata merusak rias wajah yang terlihat sendu itu.