...***...
"Stop. Mundur kan sedikit", perintah Sean pada Evans. "Ya itu dia. Wanita itu.."
Sean mendekatkan wajahnya pada layar Macbook milik Evans yang tersambung langsung dengan CCTV tempat hiburan malam itu.
Tampak jelas wanita muda yang sedang merayu Sean di sana. Tak henti jemari gadis itu membelai rahang hingga tubuh maskulin Sean. Meskipun wajahnya tidak begitu jelas. Tapi rekaman CCTV jelas memperlihatkan adegan liar itu.
Ketiganya terdiam menyaksikan perlakuan Aleena yang terpampang nyata.
Evans memperbesar gambar dalam video dalam mode pause. Ketiga laki-laki itu mendekat kan wajah ke layar dan menatap pasat wajah wanita yang dikatakan Sean tidur dengan-nya.
Sean menyandarkan punggungnya ke sofa, menatap intens wajah itu sambil mengusap dagunya. Wajah itu nampak polos. Namun tampak jelas keputusasaan di sana.
Terdengar dehaman Justin yang juga menatap lekat wajah sempurna gadis itu.
"Wah, kau sangat beruntung teman gadis ini sangat cantik. Kenapa bukan aku yang ia rayu–"
Sean spontan menyodok kepala Evans, dengan tangannya. "Jaga bicaramu!", ketusnya.
"Rileks dude. Apa yang salah dengan ucapan ku. Dia benar-benar cantik kan. Kau merenggut kesuciannya. Kamu yang di untungkan dalam hal ini", ledek Evans terkekeh.
"Iya, Evans benar Sean. Kamu tenang saja. Jika gadis itu menuntut mu, solusi nya sangat mudah tinggal nikahi saja. Dia tidur dengan mu masih perawan di usianya yang bukan remaja lagi. Gadis ini sudah dewasa", tunjuk Justin dengan dagunya ke layar Macbook. "Artinya dia gadis baik-baik bukan?", ucap Justin dengan entengnya sambil mengangkat bahunya.
"Yap. Itu dia", balas Evans. Lalu ia dan Justin saling bersalaman tanda setuju dengan pendapat itu.
"Kalian berdua ini. Kalian membuat kepala ku semakin pusing saja", ketus Sean kesal. Laki-laki itu berdiri dan melangkah ke pintu hendak pergi.
Justin dan Evans terbahak-bahak melihat Sean emosi begitu.
"Heii... Sean kamu mau kemana?"
"Aku akan mencetak fotonya, Sean. Nanti aku kirimkan padamu. Dia benar-benar sempurna", teriak Evans sebelum Sean hilang dari hadapan ia dan Justin.
Tidak ada jawaban Sean, laki-laki itu benar-benar pergi.
Keduanya terbahak mentertawakan teman mereka.
"Tapi gadis ini benar-benar cantik. Wajar saja ia mempengaruhi pikiran teman kita, Evans".
"Iya. Aku rasa kejadian semalam membuat Sean tidak akan melupakannya. Syukurlah gadis ini mampu membuka hati teman kita yang sudah mengeras seperti batu. Tidak ingin menikah dan akan melajang selamanya seperti yang selalu ia katakan".
Justin menganggukkan kepalanya. "Bianca sudah lama pergi, tapi Sean masih terjebak dengan masa lalu. Aku kasihan padannya".
Tok
Tok
"Selamat malam tuan, anda memanggil saya?".
"Oh ya, Levine kemari!", ujar Evans pada asistennya yang sudah berdiri di depan pintu.
"Kau cetak wajah wanita ini dengan jelas ya. Lakukan sekarang juga", perintah Evans menunju layar Macbook milik nya.
Levine mengangguk. "Baik tuan", jawab Levine.
"Mau kau apakan foto gadis itu?", tanya Justin setelah hanya ia dan Evans di ruangan.
"Kau lihat saja nanti. Aku yakin Sean tidak akan bisa melupakan gadis itu, Justin".
*
Langit semakin gelap. Jam di dinding telah menunjukkan tengah malam.
Seorang laki-laki masih berkutat dengan pekerjaannya. Membaca satu persatu lembaran kertas yang berserakan di atas meja kerjanya.
Lagi-lagi ia meremas kertas itu. Dan di lempar kelantai. Entah sudah berapa banyak ia lakukan itu.
"Shitt. Aku benar-benar kacau. Aku selalu memikirkannya", ucap Sean memijat keningnya.
Laki-laki itu berdiri dari duduknya, melangkah ke arah pintu yang terhubung dengan balkon apartemen nya. Seketika angin sepoi-sepoi berhembus menerpa wajah tampannya. Sangat dingin. Namun terasa menyegarkan.
Sean berdiri di atas balkon di lantai tertinggi apartemen mewah itu. Apartemen itu miliknya.
Laki-laki itu lebih banyak menghabiskan waktunya di apartemen di banding menempati mansion mewah miliknya. Baginya mansion terlalu besar untuknya sendirian.
"Kejadian semalam benar-benar mempengaruhi ku".
Sekelebat bayangan dimana gadis itu merayunya. Menyentuh tubuhnya dengan seksi. Sean memejamkan matanya. Ia masih bisa merasakan bibirnya menyatu dengan bibir kenyal gadis itu. Bahkan ia ingat betul detail tubuh gadis itu. Dessahannya. Pekikan halus terus keluar dari bibir gadis itu memenuhi indera pendengaran Sean.
Sungguh mempengaruhi pikiran nya kini.
Jemari tangan Sean terkepal di atas pagar balkon. "Aku harus melupakan nya. Aku akan memberi nya uang yang banyak jika ia datang padaku suatu saat nanti".
Sean membuka kedua matanya, mendongakkan wajahnya menatap bintang-bintang di langit. "Aku tidak akan melupakan mu. Hanya ada satu nama hati ku untuk selamanya. Bianca Clarissa".
...***...
To be continue
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 131 Episodes
Download
Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Comments
Ratna Komala
baru hadir kak....waduh visual nya bikin meleleh hati ku kak 👍👍👍😍😍😍😍❤️❤️
2024-09-29
1
gia nasgia
Next
2024-08-06
0
C a l l i s t o ®
Pasti lajang.. ee salah, jal*ng maksud gue
2024-07-21
0