"mau mampir?" tanyaku
"gak, nanti aja, kamu istirahat aja, pasti capek kan"
" yaudah aku turun yah, kamu hati-hati"
"gak di cium dulu nih" tanyanya padaku sambil menyodorkan pipi
"aa ih apaan sih,udah ah aku turun, bye a"
aku pun turun dan menunggu mobil Vicky berlalu kemudian masuk
"dianter siapa Din" tanya ibuku
"temen Dinda bu"
"cowok?" tanyanya penasaran
"iya bu..."
ibuku tersenyum lebar "siapa namanya?"
"Vicky bu..temen sekolah dulu" jawabku malas
"masih bujangan?"
"apaan sih bu... udah ah Dinda mau istirahat dulu capek.." ucapku sambil meninggalkan ibuku
"ihh Dinda.. ibu belum selesai tanya" ibuku yang mengikuti ku ke kamar
"apa bu...?"
"kamu ke dieng bukannya sama Al juga? dia apa kabar?"
ibuku tau tentang hubunganku dan Al, karena memang Al selalu main kerumah dan sudah dekat dengan keluargaku, dan saat aku putus dengan Al ibuku sempat tidak terima dengan kenyataannya. sedangkan ibuku tidak tau tentang hubunganku dengan Vicky, sebab itu dia biasa saja saat aku menyebutkan nama Vicky.
"baik bu, dia duda sekarang istrinya meninggal" seruku
"hah.. inalillahi wainalillahirojiun, kenapa ninggal"
"gak tau, bilangnya sakit, tapi gak dijelasin sakit apa"
"kenapa jadi kebetulan gitu ya, apa takdir"
"maksudnya?" tanyaku
"iya..kamu janda, terus Al duda.. kali aja kalian jodoh" serunya sambil tersenyum
"hahaha ibu ada-ada aja, ya gak mungkin lah, udah temenan aja gak usah pacar-pacaran lagi males, gak kepikiran mau nikah lagi Dinda bu" jelas ku
"PD banget, siapa juga yang nyuruh nikah hahaha, dah lah sana mandi kamu bau" perintahnya padaku
"hmmm ibu..."
"eh tadi siapa yang nganter kamu, lupa"
"Vicky bu"
"ke dieng bareng kamu juga, perasaan bukan geng kalian, ibu baru tau namanya" tanyanya penasaran
"gak, dia jemput dinda tadi di tempat travel"
"jemput? cieeee...." godanya
"ibu apaan sih dari tadi ngeledek aja, Dinda mau mandi dulu" aku berlalu mengambil peralatan mandiku yang masih berada di tas
"jadi lebih milih bujang nih dari pada duda?" tanya ibuku penasaran, tapi aku hanya tersenyum saja tidak menjawabnya, kemudian berlalu meninggalkan ibuku untuk mandi, ibukupun meninggalkan kamarku
keesokan harinya
✓(Vicky)
yuuk makan siang, aku udah di depan kantor kamu
pesan Vicky membuatku bergegas untuk keluar kantor dan menemuinya
"beneran aja kamu dateng?" tanyaku sambil membuka mobil Vicky
"iya lah, masa aku bohong, mau makan apa?"
"apa aja terserah"
"padang aja ya?" tanyanya
"gak ah banyak lemaknya, ntar aku gendut"
"jadi mau makan apa?" tanyanya kembali
"apa aja terserah" jawabku
"ya tuhan... betina memang selalu aneh bilang terserah, tapi giliran diajak kemana gak mau.. hadeuhh" keluhnya sambil menepuk dahinya
aku tersenyum mendengarnya, "yaudah ayuk ke padang aja, nanti aku pilih yang lemaknya sedikit"
"nah...gitu dong, oke berangkat" serunya padaku
kamipun sampai di rumah makan padang, memesan makanan dan menghabiskannya,
✓(Syaif)
mah, aku lagi di RS, mau imunisasi dede sambil tes DNA, doain yang terbaik ya mah
pesan Syaif membuat ku menghembuskan nafas dengan kasar, dan menyenderkan badanku dan berganti ekspresi kesal.
"kenapa?" tanya Vicky penasaran dengan perubahan ekspresi wajahku
"ini" aku menyodorkan ponselku seraya menyuruhnya untuk membaca pesan Syaif
lama sekali dia membaca, mungkin dia membaca pesan dari atas sampai bawah, dan diapun sama halnya denganku, ekpresi wajahnya kini terlihat kesal
" jadi dia tuh maunya gimana sih, udah punya istri tapi masih hubungin kamu terus, baguslah kamu gak pernah balas, terus kalau DNAnya negatif dia mau apa, mau cerai terus balik lagi sama kamu gitu, enak banget" ketusnya padaku
"aku gak tau, aku gak ngerti" jawabku malas
"aku tanya serius sama kamu ya, kamu masih cinta gak sama dia?" tanyanya penasaran
"gak tau a, mungkin masih" jawabku lirih
"terus kamu ada gak harapan untuk balik lagi sama dia gitu?" tanyanya ketus
"gak, aku gak mau balik lagi sama dia.. gara-gara dia aku depresi, gara-gara dia aku harus minum obat biar bisa tidur, hidup aku gak normal semenjak dia jahat sama aku, aku emang masih cinta sama dia, tapi kalau untuk bersama lagi aku gak mau a, aku gak bisa, aku benci dia, aku pengen lupain dia, mangkanya aku selalu konsultasi sama dokter untuk penyembuhan depresiku, aku.. aku...hicckk hickk" tak terasa airmataku jatuh, aku menangis, mengingat kejadian-kejadian masa laluku yang menyakitkanku...
Vicky yang duduk di depanku kini beralih kesebelahku, menyeka air mataku yang jatuh
"yaudah yaudah, kamu yang tenang, aku ngerti sekarang, kamu yang sabar, ada aku sekarang" dia mengelus bahuku dan menyeka air mataku yang terus mengalir
"dah jangan nangis lagi, diliatin orang Dinda... nanti dikira aku yang bikin kamu nangis" ucapnya panik karena orang-orang disekitar memperhatikan kami
aku pun menyeka air mataku, berusaha menahannya agar dia jatuh
"ayuk kita pulang aja" ajak ku
"pulang atau ke kantor?" tanyanya padaku
"ke kantor lah, ini belum jam pulang"
kamipun meninggalkan tempat makan dan memasuki mobil
"pulangnya jam 2 kan, berarti 1 jam lagi dong, aku tunggu di depan aja ya biar bisa aku antar kamu pulang?" tanyaya padaku
"gak usah a, aa pulang aja, rumah aku sama kantor itu cuma 300 meter, deket, lagian aku bawa motor, nanti gimana" jelas ku
"eh iya, yaudah besok aja yah. tapi besok aku mau ajak kamu jalan-jalan ke kota pulang kantor mau yah,?" tanyanya penuh harap
"makan siangnya gak bareng berarti?"
Vicky tersenyum padaku "makan siangnya tetep kok aku jemput kamu" sambil mengacak-acak rambutku, "nanti kita ke kotanya sorean aja abis kamu istirahat di rumah, nanti aku jemput di rumah, gak apa-apa kan?" tanyanya padaku
"oh yaudah, gak apa-apa ke rumah aja" aku pun tersenyum, kemudian turun dari mobil Vicky
"hati-hati a, makasih ya" sapaku di luar jendela mobil
"iya sama-sama, see u tomorow" jawabnya padaku kemudian berlalu meninggalkanku
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 99 Episodes
Comments