Alri bersama Tinia berjalan di lorong sekolah.
"Hmmm, jadi sekarang kamu sudah tidak berhubungan lagi dengan Erick? Apa yang ia perbuat sampai kamu memutuskan untuk tidak berhubungan lagi dengan nya?" Tanya Alri.
Tinia merenung sejenak sebelum akhirnya menjawab pertanyaan Alri.
"Alasan aku memutuskan hubungan dengan dia karena dia sudah tidak peduli lagi denganku. Yang Erick pedulikan hanya sihir, sihir, sihir, dan sihir!" Ucapnya dengan kesal.
Alri tertawa mendengar penjelasan Tinia, melihat tawa Alri ia merasa seperti tidak dihargai.
"Apa maksudmu tertawa?!" Ucapnya.
"Maafkan aku, tapi kurasa Erick memiliki alasan yang jelas kenapa dia sekarang lebih fokus dengan sihir daripada hal lain." Ucap Alri.
Mereka menaiki tangga karena kelas mereka berada di lantai dua.
Alri kembali berkata
"Erick telah menemukan sesuatu yang dia kejar, dia telah memutuskan untuk menjadi lebih kuat lagi, lebih kuat dari dirinya yang sekarang." Tambahnya.
Ucapan Alri membuat Tinia sadar bahwa dirinya tidak boleh mencaci orang tanpa mengetahui penyebabnya terlebih dahulu.
"Kurasa kamu benar, tapi tetap saja....hatiku terluka" ucap Tinia.
"Ngomong-ngomong kamu masuk kelas mana?" Tanya Alri.
"Aku Masuk di kelas 10-3" jawab Tinia.
Alri terkejut karena dia satu kelas dengan Tinia
"Jarang jarang kita berada di kelas yang sama, dihitung dari SD-SMP, kita hanya satu kelas sebanyak 3 kali" ucap Alri.
Ternyata Alri dan Tinia adalah teman masa kecil, sama seperti Erick. Saat mereka memasuki kelas, tiba-tiba Tinia terkejut dengan apa yang dia lihat, tapi Alri tidak kaget.
Erick juga berada di kelas 10-3.
"Kenapa kamu ada disini?!" Ucap Tinia dengan nada yang cukup tinggi.
"Apa maksudmu? Tentu saja aku masuk disini juga? Harusnya aku sudah memberitahukan nya padamu saat malam kita bertengkar di sosial media" ucap Erick menjelaskan
Tiba-tiba Tinia menjadi gugup, menelan ludahnya, seakan mengetahui bahwa ini salahnya.
(Gawat, sepertinya saat itu aku langsung blokir dia disaat sedang mengetik pesan terakhir) Pikir Tinia dengan wajah gugup.
"Pasti kamu tidak membacanya kan?" Ucap Erick.
Pipi Tinia memerah karena malu
"Be-berisik!!" Teriaknya, menarik perhatian semua siswa yang ada di kelas tersebut.
Tinia berjalan ke bangku nya dan tidak menghiraukan Erick. Erick hanya bisa menghela nafas melihat tingkah dari Tinia. Ia berjalan mendekati Alri dan menepuk pundaknya.
"Kita sekelas lagi, kawan." Ucap Erick.
"Ya, kamu benar. Yang tidak disangka lagi adalah orang sepertiku bisa masuk ke akademi sihir, apalagi akademi sihir terbaik di dunia, Institut Sihir Bontang" ucap Alri dengan perasaan bersyukur.
Erick mendekatkan mulutnya ke telinga Alri dan berbisik
"Tapi, kamu harus bisa bertahan dari hinaan, itu bisa saja terjadi disini. Apalagi di sekolah ini lebih di dominasi oleh para bangsawan dari penjuru dunia" bisiknya.
Alri melihat sekeliling nya, dan benar saja seluruh mata siswa tertuju pada Alri yang tidak memiliki energi sihir
"Kudengar dia tidak menguasai satu elemen pun"
"Benar kah? Bagaimana caranya dia masuk ke akademi sihir terbaik ini?"
"Aneh banget, sekolah ini hanya khusus orang yang memiliki kekuatan sihir dan juga para bangsawan!"
Bisik mereka menjelekkan Alri. Akan tetapi Alri tampak tidak peduli dengan hinaan orang.
"Yah, mau mereka menghina ku seperti apapun, harusnya kamu sudah tau tujuan ku kan, Erick?" Ucap Alri.
Erick mengangguk, karena ia tau tujuan Alri dan tidak akan berubah sampai ia mencapai tujuannya.
"Mencari pembunuh ibumu kan?" Ucapnya.
Alri mengangguk, membenarkan ucapan Erick
"Beruntung, Minggu depan adik ku telah sembuh sepenuhnya dari penyakitnya. Bahkan dia sangat senang saat mengetahui dia menguasai 3 elemen sihir sekaligus." Ucap Alri
Tinia mendekati mereka berdua dan bergabung ke dalam percakapan
"Syukurlah, dik Arisu akhirnya sembuh total" ucapnya.
"Kejadian 3 tahun lalu benar-benar tidak dapat dilupakan, baik aku, maupun adikku." Ucap Alri.
Bel berbunyi
"Pengumuman, seluruh siswa kelas 10 dipersilahkan menuju ruangan Auditorium untuk melakukan sesi penyambutan murid baru, terimakasih!" Pengumuman berakhir.
"Ayo kita kesana" ucap Alri mengajak Erick dan Tinia.
Mereka bertiga pergi ke ruangan Auditorium, sesampainya disana mereka cukup terpanah dengan luas dari ruang auditorium tersebut. Bahkan terdapat hiasan ornamen dari 7 elemen sihir yang ada.
Mereka bertiga duduk di bangku yang masih kosong sembari menunggu sambutan dari ketua OSIS.
"Aku penasaran dengan ketua OSIS nya, kudengar dia berhasil menjuarai turnamen sihir 3 kali berturut-turut tingkat nasional loh!" Ucap Tinia dengan penuh semangat.
"Oh pria itu? Kalau tidak salah namanya Ryan Ferdinand, dia merupakan pemenang turnamen sihir tingkat nasional 3 kali berturut-turut bahkan pernah memenangkan tingkat nasional sekali" jelas Erick.
Mereka duduk di kursi yang masih kosong dan menunggu sebelum sambutan dari kepala sekolah dimulai.
Lampu mulai menyorot ke arah panggung, sang pembawa acara mulai membuka acara
"Selamat datang para murid kelas 10 yang baru, dalam 1 jam kedepan, kalian akan mendengarkan beberapa pidato dari kepala sekolah, ketua OSIS, serta beberapa sambutan meriah lainnya." Ucap pembawa acara.
Seluruh siswa-siswi kelas 10 menepuk tangan. Seseorang melangkah dari belakang panggung, hanya dengan satu langkah saja, terdengar ke seluruh auditorium. Hawa mencekam sangat pekat, energi yang sangat besar keluar seakan seperti sedang mengintimidasi seseorang.
"Ke-kekuatan ini.....energi ini sangat besar" ucap Alri.
Erick, Tinia dan siswa kelas 10 lainnya merasakan apa yang Alri rasakan, energi sihir dalam jumlah besar yang meledak, dan energi tersebut berasal dari atau orang, kepala sekolah.
"Salam sejahtera, murid baru. Jika kalian ada pingsan karena tidak kuat menahan energi sihir ku, maka kalian lebih rendah daripada orang yang memiliki energi sihir yang sangat rendah" ucap wanita yang merupakan kepala sekolah Institut Sihir Bontang.
"Nama ku, Luminus Eriana. Kalian boleh memanggilku dengan sebutan Professor Eriana"
"Akademi Sihir ini telah dibangun sejak awal perang dunia pertama, dimana pada masa itu sihir masih sangat tidak stabil. Hingga lahirnya seorang pria bernama Ryo Walbert, dengan kemampuan sihir nya yang mahir, Ryo berhasil menghentikan perang dunia pertama dan ia memutuskan untuk membangun akademi sihir di Kalimantan Timur, Indonesia dengan nama Institut Sihir Bontang " jelas Luminus Eriana.
Saat penyampaian pidato dari kepala sekolah, Alri sempat tidur untuk beberapa menit karena merasa tidak terlalu menarik. Sesaat setelah pidato berakhir, mata Eriana tertuju kepada Alri gang tertuju, dengan senyum kecil di wajahnya ia melancarkan sihir angin untuk membangunkan Alri.
Alri terkejut karena ada air yang tumpah pada dirinya, seluruh siswa menertawakannya.
"Berikutnya merupakan sambutan hangat dari ketua OSIS Institut Sihir Bontang, Ryan Ferdinand, dipersilahkan." Ucap sang pembawa acara.
Langkah kaki menaiki panggung auditorium, seluruh siswa tepuk tangan menyambut kedatangan dari ketua OSIS, Ryan Ferdinand.
"Salam sejahtera seluruh murid kelas 10, dan selamat datang di akademi sihir terbaik di dunia, Institut Sihir Bontang." Sambutan dari ketua OSIS
"Di sekolah ini kalian akan mempelajari banyak hal tentang sihir, mulai dari dasar ilmu sihir, teknik-teknik yang terkandung dalamnya, bahkan sejarah sihir itu sendiri. Kalian semua akan mempelajari hal tersebut, di sekolah ini juga kalian akan saling bersaing satu sama lain, tidak peduli teman atau lawan" ucap ketua OSIS
"Dalam sekolah ini, sihir adalah segalanya, dan bagi kalian yang tidak memiliki keahlian, pesimis, dan mudah menyerah.....lebih baik kalian keluar dari sekolah ini" ucapnya dengan nada mengintimidasi dan mencekam.
Mendengar pidato dari ketua OSIS membuat Alri panas karena merasa seperti direndahkan, tapi dengan cepat Erick meredakan amarah Alri.
"Santai, kita masih awal sekolah, jangan langsung membuat kesan buruk di sekolah" ucap Erick.
Tinia mengangguk setuju
"Itu benar, kita tidak tau apa yang akan kita hadapi kedepannya jika kita mendapatkan kesan buruk di sekolah ini. Ditambah, sekolah ini didominasi oleh bangsawan, lebih baik kita main aman" jelas Tinia.
*Di kelas*
Wali kelas 10-3 akhirnya masuk ke kelas dan memulai kelasnya.
"Selamat pagi semuanya. Izinkan saya memperkenalkan diri, nama saya Fitz Weyne. Sedikit pengingat saja, walaupun penampilan ku seperti pria tapi aku ini wanita" ucap Fitz, wali kelas 10-3 atau kelas Alri.
"Sekarang...aku ingin kalian semua berdiri satu persatu untuk memperkenalkan diri kalian masing-masing, ummmm mungkin dari ujung kiri belakang" ucap Fitz sambil menunjuk ke arah Erick yang duduk di ujung kiri belakang.
*Ruang kepala sekolah*
Saat kepala sekolah Eriana sedang membaca beberapa dokumen tentang murid kelas 10, tiba-tiba seseorang mengetuk pintu ruangannya.
"Masuk" ucap Eriana
Pintu ruangan terbuka dan terlihat ketua OSIS Ryan Ferdinand bersama sang wakil bernama Deona.
"Permisi, kepala sekolah Eriana. Maaf karena telah mengganggu waktu anda" ucap Ferdinand.
"Ketua dan wakil menemui ku, apa ada sesuatu hal yang penting untuk dibahas?" Ucap Eriana menebak tujuan Ferdinand dan Deona.
Deona maju selangkah dan berbicara kepada Eriana dengan penuh kehormatan
"Kami menemukan satu siswa yang tidak terdaftar dalam siswa yang berhasil memasuki akademi sihir, bahkan setelah di cari tau, siswa tersebut tidak menguasai 1 elemen sihir pun" ucap Deona.
Eriana mengangguk, mendengarkan ucapan Deona
"Lalu? Kalau hanya itu saja kurasa tidak perlu di bahas lebih lanjut kan?" Ucap Eriana sambil tersenyum seakan tidak berbuat apa-apa.
Ferdinand menghela nafas, dengan penuh keyakinan ia berkata
"Anda mengundang seseorang kan, Nona Eriana?" Ucap Ferdinand.
BERSAMBUNG~
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments