Mobil meluncur meninggalkan area sebuah campus terfavorit dikalangan anak remaja menengah ke atas, beruntung bagi seorang Vivian bisa kuliah ditempat tersebut. yah..., semua berkat David yang memiliki uang dan kekuasaan.
"Nona anda terlihat sangat senang hari ini, ada apa gerangan?" goda Grace begitu melihat Vivi senyum-senyum sendiri.
"Aku bahagia sekali Grace, selain sudah mulai kuliah, beberapa hari ini aku juga bisa tinggal bareng mama dan adikku lagi, kira-kira kapan ya tuan super mesum itu kembali?" ucap Vivi menerawang terbesit rasa rindu diantara kebebasan yang dimilikinya.
"Mungkin lusa nona, setelah urusan bisnisnya selesai."
"Berarti aku masih punya waktu untuk tinggal bareng keluargaku, terutama menghadiri pesta akhir tahun yang diadakan teman-teman sekolahku dulu."
"Tidak bisa nona, tuan David barusan menghubungiku. Meminta nona untuk langsung pulang ke apartemen sampai dia kembali."
"Kenapa bisa begitu, bukankah sebelumnya dia sudah memberikanku izin. tapi kenapa sekarang dia tiba-tiba membatalkannya tanpa alasan yang jelas." protes Vivian meskipun dia berani mengutarakan pada Grace saja.
"Tuan David khawatir terjadi sesuatu, jika nona terlalu sering berada di luaran, tanpa pengawasan khusus darinya."
"Jadi aku harus bagaimana?"
"Pesan tuan David, tetaplah di apartemen saja. karena itu tempat yang paling aman untuk nona, selama dia pergi."
"Baiklah."
Vivian akhirnya pasrah, protes pun percuma karena hidupnya sudah berada dalam kendali seorang David.
Suasana apartemen terasa sunyi, meskipun sudah terbiasa dengan hal ini. Namun kali ini Vivi merasa ada yang berbeda, terutama rasa gelisah dan takut yang tiba-tiba melandanya, seakan terjadi sesuatu yang buruk menimpa dirinya ataupun orang-orang terdekatnya.
"Aaahhh... mungkin ini cuma perasaanku saja." berusaha menenangkan hatinya yang terus gelisah tak menentu.
***
Ditempat lain, sang ibu tiri kembali bertengkar dengan suaminya yang tak lain adalah ayahnya Vivian.
"Mas, sejujurnya aku sangat senang begitu mengetahui jika kamu masih keturunan darah biru, tapi satu hal yang tidak bisa aku terima. Kenapa mendiang kedua orang tuamu mewariskan harta kekayaan mereka pada Vivi dan adiknya." protes Sandra.
"Karena hanya Vivi dan Anabela yang lebih berhak mendapatkan semuanya, selama ini mereka sudah cukup menderita. Aku rasa sudah waktunya anak-anakku mengetahui tentang surat wasiat ini." jawab Bram.
"Lalu bagaimana dengan anak kita, Prayoga. Bukankah dia darah dagingmu juga." teriak Sandra merasa tidak adil.
"Dulu sewaktu kedua orang tuaku membuat surat wasiat, bukankah kita belum menikah. Jadi wajar jika Prayoga tidak dapat bagian."
"Pokoknya aku tidak terima mas...hick...hick...ini tidak adil, sebaiknya kamu tetap merahasiakan hal ini dari mereka, mas."
"Sandra, bukankah kamu juga kaya dan punya segalanya, sedangkan Vivi dan adiknya tidak punya apa-apa?" jawab Bram.
"Kaya apanya mas, perusahaanku sekarang lagi diambang kebangkrutan, aku mohon sebaiknya untuk sementara waktu kamu tetap rahasiakan tentang warisan ini dari mereka. sampai kita menemukan cara agar nama anak kita Prayoga juga tertera di sana." ucap Sandra licik.
"Beri aku waktu memikirkan ini semua." Bram berlalu pergi meninggalkan Sandra.
Sebenarnya ayah Vivian merupakan orang kaya raya, namun karena dia lebih memilih menikah dengan Arini, ibunya Vivian, yang merupakan yatim piatu. mau tidak mau Bram diusir dari rumah, setelah sekian tahun ke-dua orang tuanya mencari keberadaan anak cucu mereka, yang sempat berpindah-pindah. Hingga takdir berkata lain, namun sebelum meninggal kedua orang tua Bram masih sempat mewariskan harta kekayaan mereka atas mama kedua cucunya.
Kesetiaan Bram diuji, setelah Arini sering sakit-sakitan. dia mulai jatuh cinta pada Sandra mantan majikannya. Hingga akhirnya mereka menikah.
Pagi ini, setelah Bram berangkat ke kekantor, Sandra yang sengaja dirumah kedatangan tamu perempuan cantik, yang merupakan adik perempuan kesayanganya Marina.
Marina yang hancur dan jatuh bangkrut setelah dicerai David, menjadi frustasi. apalagi setelah tahu jika ada wanita lain yang sudah menggantikan posisinya. hari ini dia ingin menumpahkan segala kesedihannya dengan mengadu pada sang kakak.
"Sial!! aku ngak nyangka aja jika David sudah punya wanita simpanan, bahkan jauh sebelum dia menceraikan aku, kak." adu Marina pada kakak perempuannya.
"Kakak penasaran secantik apa perempuan itu, hingga berhasil menggaet David. karena setahuku David tipe pria yang tidak mudah untuk jatuh cinta pada perempuan sembarangan." ucap sang kakak penasaran.
"Ini aku ada fotonya, yang berhasil didapatkan Jack sewaktu mereka makan malam di restoran yang dulu sering aku kunjungi bersama David." Marina membuka layar ponselnya, memperlihatkan sebuah foto wanita cantik yang mengenakan gaun mewah.
"Vivian?"
Mata Sandra terbelalak kaget, seakan tidak percaya dengan penglihatannya.
"Sepertinya Dewi Fortuna tengah berpihak pada gadis sialan ini, sehingga keberuntungan seakan datang secara beruntun menghampirinya." ucap Sandra kembali dengan wajah memerah saking emosinya.
"Apa kakak mengenal perempuan yang ada difoto ini? Lalu keberuntungan apa yang kakak maksud?" tanya Marina penasaran.
"Ya, perempuan ini adalah anak mas Bram. Anak tiriku sendiri, dia merupakan pewaris tunggal warisan peninggalan kedua orang tua mas Bram." balas Sandra.
"Apa? Jadi mas Bram juga orang kaya?"
"Ya, dia diusir dan jatuh miskin karena memilih menikahi wanita berpenyakitan itu."
"Terus, anakmu Prayoga dapat apa kak?"
"Tidak dapat apa-apa, makanya aku ingin berjuang untuk hak anakku. Kamu tahu sendiri jika perusahaan kakak sekarang jatuh bangkrut."
"Ini kesempatan kita kak, berhubung David sedang berada diluar kota, aku tahu jika selama ini kakak tidak pernah menyukai mantan istri dan anak-anaknya mas Bram. Bagaimana kalau kita menghancurkan mereka semua, sehingga seluruh harta mereka bulat menjadi milik kakak dan Prayoga." ucap Marina.
"Ide yang sangat bagus, tapi kita harus bermain cantik. Agar tidak ada yang curiga."
"Oke, tapi aku juga ingin dapat bagian nantinya."
"Beres."
"Bagaimana caranya?"
"Aku ada ide." Marlina membisikkan sesuatu ke telinga sang kakak, setelah itu mereka tertawa lepas.
Malamnya, saat suaminya sedang berbaring istirahat di kamar. Sandra mengeluarkan bujuk rayunya.
"Mas, maaf jika permintaanku ini terkesan egois. tapi semua ini aku lakukan demi keluarga kita dan masa depan Prayoga." bujuk Sandra.
"Maksudmu?"
Bram merubah posisi tidurnya, hingga saling berhadapan dengan Sandra.
"Aku punya ide, bagaimana jika kita undang Vivi untuk datang kerumah ini. Lalu minta dia untuk menandatangani surat pernyataan jika dia memberikan seperempat harta warisan itu atas nama Prayoga, anak kita." ucap Sandra mengemukakan idenya.
"Apa Vivi akan setuju dengan hal ini? Bukankah hubungan kalian selama ini memburuk?" tanya Bram tidak yakin jika Vivian akan setuju.
"Justru itu aku butuh bantuan darimu, mas."
"Bantuanku, untuk apa?"
"Mas cukup berpura-pura sakit keras, minta Vivi untuk menandatangani sebuah kertas sebagai surat pernyataan penyerahan sebagian harta atas nama Prayoga."
"Tidak! Aku tidak mau. Itu sama saja aku memperalat anakku sendiri, apa tidak ada cara lain!"
"Please mas, apa kamu mau kita semua menjadi gembel di jajanan karena rumah ini akan disita bank.
"Baiklah." jawab Bram pasrah meskipun bertentangan dengan keinginan hatinya.
***
"Pesan dari siapa kak?" tanya Anabel begitu melihat perubahan wajah sang kakak setelah membaca pesan singkat tersebut.
"Mama Sandra!"
"Tumben dia meminta kakak ketemuan dirumahnya, bukankah sebelum ini dia pernah mengusir kakak dan menolak untuk membantu kita."
"Katanya papa sedang sakit, dia ingin meminta persetujuan dan tanda tangan dari kakak."
"Aneh, kok minta tanda tangan segala?" tanya Anabel semakin penasaran dan bingung.
"Persetujuan dari anaknya, berupa surat pernyataan jika kita tidak akan menuntut apabila terjadi sesuatu yang buruk setelah papa dioperasi, berbahaya dibagian otaknya." jawab Vivi.
"Astaga separah itukah penyakit papa, padahal sebelumnya dia terlihat baik-baik saja." tanya Anabel merasa sedih.
"Entahlah, kakak kurang tau juga. Tapi kita tidak boleh berprasangka buruk, apalagi ini menyangkut kesehatan papa. Semoga dengan kejadian ini awal baik dari hubungan keluarga kita kedepannya. sapa tahu mama Sandra sudah benar-benar berubah."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments
gerakan tambahan🤸🍋🌶️🥒🥕
hanya wanita bodoh yg mau balik lagi dengan pria seperti ini..q harap Arini tdk menerimanya kembali suatu saat .
2024-06-29
0
gerakan tambahan🤸🍋🌶️🥒🥕
Thor sebaiknya hapus saja bab kemarin gw lupa dibab mana intinya dibab sebelumnya papanya vivian disitu seperti takut dengan istri mudanya bahkan takut jatuh miskin tapi disini dia malah memegang suatu wasiat untuk anaknya...logikanya ya, dia bisa mengambil hati anaknya dan meninggalkan istri mudanya..artinya dia bisa kembali kaya melalui anaknya jika mmng dia peduli anaknya seperti dia lakukan dengan sembunyi" memberikan uang untuk anaknya.
DIBAB selanjutnya Lo buat seolah papanya vivian takut pd istrinya karena takut jatuh miskin, sedangkan disini ternyata diaemgang surat wasiat jadi gk nyambung gitu kalau diabtakit istrinya sedangkan dia bisa kembali kaya.
mikir dong!😪
2024-06-29
3
Fifid Dwi Ariyani
trussehat
2024-05-15
3