"Morning, baby."
"Morning, Ayah." balas Rara sembari duduk di sebelah kanan Ayahnya.
"Enggak nyapa Bunda kamu, Ra?" tanya Bunda Citra saat Rara mau menyuap roti ke dalam mulutnya.
Rara menampilkan senyuman kecil yang dipaksakannya, "morning, Bunda."
"Morning sayang.. Kamu kenapa? Kok kayak enggak semangat gitu?"
"Semangat kok! Rara semangat, Bunda. Bunda enggak usah ngaco deh." jawab Rara yang malah membuat Ayah Burhan menaikkan alisnya. "Semangatnya kok kayak kepaksa gitu, baby?" tanyanya.
"Jadi ngenalin pacar kamu kan pagi ini, Sayang?" tanyanya lagi yang dijawab anggukan pelan oleh Rara.
**
"Bunda enggak ikut?" tanya Rara menatap sang Ayah saat Bunda Citra masih memakai piyamanya sedangkan mereka berdua sudah siap dengan pakaian olahraganya.
"Enggak." Bunda Citra berdiri lalu memanggil maid untuk membersihkan sisa sarapan mereka. "Bunda mau di rumah aja, Ra. Mau masakin calon mantu." sambungnya yang membuat Rara mengerutkan dahinya.
"Siapa Bunda? Calon mantu Bunda?" Rara menoleh pada Ayahnya. "Siapa Yah? Ayah bohong sama Rara?" tuduhnya.
"Buat apa Ayah bohong baby." Ayah Burhan mencubit hidung mancung Rara.
"Lalu?" Rara bertanya kembali pada Bundanya. "Yang dimaksud Bunda sama calon mantu itu siapa Yah? Rara marah ya sama Ayah kalau Ayah bohong sama Rara."
"Loh! Kok pakai ngancam segala. Kapan Ayah bohong sama kamu sayang?" Ayah Burhan tidak terima dituduh anaknya.
"Rara.. Anak cantiknya Bunda kenapa jadi suka marah-marah kayak gitu. Enggak baik loh, Nak." Bunda Citra mengusap kepala Rara dengan sayang. "Yang dimaksud Bunda calon mantu ya laki-laki yang mau kamu kenalin ke Ayah, Ra. Bukan pilihannya, Ayah. Paham Sayang?"
Mendengar penjelasan Bunda Citra, Rara pun menunduk sembari menggigit bibirnya, yang membuat Ayah Burhan ingin sekali memeluknya namun diurungkan agar anak gadisnya itu sedikit takut padanya.
"Ma--maafin Rara ya Ayah." ujarnya kemudian saat keduanya sudah meninggalkan halaman rumah.
"Iya, Baby."
Mereka berdua hanya berjalan kaki sampai di taman terdekat rumahnya walaupun memakai pakaian olahraga karena baru selesai sarapan.
****
Ayah Burhan menaikkan sebelah alisnya saat menatap laki-laki di depannya yang katanya merupakan pacar anak perempuan satu-satunya.
Rara pun sama, wanita cantik berpipi chubby itu mendelik kaget saat melihat laki-laki yang disuruh Lisna menemuinya dan Ayahnya jalan pagi di taman, dan mengaku sebagai pacarnya.
'Kenapa Lisna enggak bilang kalau abangnya itu Riko? Huft! Mau taruh dimana ini muka depan Ayah!' gerutu Rara sembari mengembang kempiskan hidung mancungnya.
"Pagi, Pak!" sapa Riko sembari menampilkan deretan giginya.
Ya, laki-laki tampan berambut kribo yang kemarin pagi ke rumah Rara adalah abangnya Lisna.
"Hem.. Pagi!" balas Ayah Burhan sembari menatap Rara seakan bertanya, ini dia pacarmu? Lelaki yang masuk ujian finalnya Ayah? Sok-sokan nolak, lah malah? Ckckckckck.
"Kamu--" Ayah Burhan menoleh ke Rara, "Jadi, Kalian--" tanyanya sembari menunjuk keduanya.
"Iya, Pak. Kita pacaran!" Riko menyahut duluan yang membuat Rara seketika membuang pandangan.
"Hem! Kapan? Kenapa kemarin enggak bilang?" Ayah Burhan berlagak bodoh, karena melihat reaksi putrinya, sepertinya ada hal yang tidak benar disini.
"Kemarin sebenarnya mau bilang, Pak.. Cuman Bapak udah keburu manggil kemarin." balas Riko sembari menatap Rara yang terus membuang pandangan darinya sedari tadi.
Dalam hati tentu Riko bertanya, kenapa Rara tidak mau menjawab pertanyaan Ayahnya, padahal dia sudah diberi tahu oleh Lisna adiknya jika ada sesi tanya jawab dengan Ayah Rara, Riko lah yang harus menjawabnya.
"Benar begitu ya, Baby?" Ayah Burhan pun bertanya sembari mengusap lengan Rara dengan sayang.
Rara hanya mengangguk sekenanya tanpa menoleh pada dua laki-laki yang kini sedang menatapnya.
"Lihat apa sih, baby? Kenapa Ayahnya dicuekin?" Ayah Burhan menatap kemana arah tatap Rara, "disini juga ada PACAR kamu loh, enggak dikenalin sama Ayah?" tanyanya lagi sembari menekankan kata pacar pada Rara.
"Ayah kan udah kenal sama dia, Yah." Rara menjawab tanpa menoleh.
"Gitu? Cuman karena Ayah udah kenal terus jadi kamu malu-malu gini dari tadi enggak mau lihat ke Ayah sama Pacar kamu!" ledek Ayah Burhan yang kali ini berhasil membuat Rara menoleh padanya.
"Rara malu, Yah." ujarnya sembari menunduk.
"Malu sama--" Ayah Burhan menunjuk dirinya dan Riko bergantian.
"Tahu ah! Rara bete!" kekeh Rara sembari menghentakkan kakinya lalu berlari pergi begitu saja.
"Loh!" Ayah Burhan melongo melihat reaksi Rara yang malah pergi.
"Kamu enggak ngejar pacar kamu, Riko?" sindir Ayah Burhan saat beberapa detik Rara pergi tapi Riko tetap berdiri di depannya.
"Saya bingung, Pak." Riko menggaruk tengkuknya yang tiba-tiba terasa gatal.
Ayah Burhan hanya menaikkan alisnya mendengar jawaban Riko, lalu pergi menyusul Rara yang sudah duluan jalan ke rumah.
**
Bur~~
"Lisna!" teriak Leon sembari mengusap wajahnya yang terkena semburan jus alpukat. "Apa-apaan sih lo! Gue baru datang malah lo sembur kayak gini! Kotor kan baju gue!" Desisnya sembari menunjuk kaos T-shirtnya yang berwarna putih berubah agak hijau.
"Huh! Sorry! sorry Yon, gue enggak sengaja." Lisna menyengir sembari mengusap baju Leon.
"Enggak sengaja apanya? Ini banyak banget tau!" omel Leon gak habis-habis.
"Lo tau enggak kalau kaos gue ini baru banget gue beli? Dan lo tau enggak harganya? Mahal tahu Lis!"
"Gue kan udah minta maaf Yon."
"Emang gampang banget ya kalau bilang maaf, gue juga bisa."
"Terus gue harus gimana? Gue itu lagi shock Yon. Nih baca nih."
Lisna yang terus diomeli Leon pun akhirnya memberitahu pesan dari Rara yang membuatnya shock hingga tidak sengaja menyemburkan jus yang hendak diminumnya ke wajah dan kaos depan Leon.
'Lis! Perjanjian kita batal. IPhone keluaran terbaru buat lo gagal gue beliin.'
"Apa ini? Ada perjanjian apa antara lo sama Rara?" Leon pun bertanya sembari menaikkan sebelah alisnya.
"Huh! Enggak usah naikin alis lo kayak gitu juga kali, Yon! Enggak cocok banget lo kayak gitu." kilah Lisna sembari meminta kembali handphonenya dari tangan Leon.
"Kebiasaan ya Lis! Gue tanya apa, lo bukannya jawab malah komentari gue!"
"Ya emangnya gue harus jawab apa, Yon! Itu 'kan rahasia ciwi-ciwi!"
"Gue sahabat kalian! Lo ingat kan, Lis?"
Lisna sontak menganggukkan kepalanya, "Dah ah! Gue bales chat Rara dulu."
"Terus Lo anggap gue apa? Lo ngajak ketemuan buat apa? Buat lihatin Lo pijitin hape!" Leon langsung berdiri dari tempatnya, "kalian gak anggap gue sahabat kalian lagi. Sahabat macam apa main rahasiaan. Gue marah, Lis!"
"Gue enggak bisa cerita, soalnya lo juga rahasiakan sesuatu dari gue! Rara udah cerita kalau lo ada rasa sama dia, Yon!" ucap Lisna yang seketika menghentikan langkah Leon yang baru saja 3 langkah dari kursi yang didudukinya.
"Dan Lo juga ikut ujian Ayahnya Rara kan? Dan lo enggak cerita sama gue kan?" tembak Lisna lagi yang membuat Leon berbalik badan dan kembali duduk di tempatnya.
"Memang apa hubungannya dengan itu semua, Lis?" Leon pun dengan cepat bertanya.
"Rahasia. Lo tau arti kata itu kan, Yon?"
"Kalau rahasia ngapain Lo nyuruh gue baca itu chat dari Rara bego!"
"Nah ini nih! Sikap lo yang gampang banget ngatain orang yang buat Rara enggak bakal mau nerima lo!"
"Oh ya? Sok teu benget sih Lo, Lis! Rara enggak nolak gue ya, gue aja yang enggak lolos ujian dari bokapnya!"
"Tapi Rara bilang dia juga nolak lo, Yon!"
"Enggak ya!"
"Iya!"
"Enggak!"
"Iya Yon! Lo enggak usah kebanyakan ngeles deh. Kalau Rara enggak nolak Lo, ngapain coba dia susah-susah mau ngasih gue Iphone baru buat nyariin laki-laki yang mau pura-pura jadi pacarnya di depan bokapnya asal enggak Lo!" setelah kalimat itu meluncur manis dari bibirnya, Lisna yang sadar kalau sudah membocorkan rahasianya dengan Rara langsung menutup mulutnya dengan telapak tangan.
"Eh! Enggak-enggak, enggak gitu ceritanya!" Lisna langsung membantah yang enggak mungkin dipercaya oleh Leon.
"Terus siapa yang Lo rekomendasiin ke Rara buat jadi pacar pura-puranya?" Leon sangat penasaran.
"Enggak ada!"
"Dah lah! Lo udah cerita dan Lo masih mau menyangkal, Lis!"
"Udah gue bilang, enggak kayak gitu ceritanya, Yon!" Lisna memegangi pelipisnya yang tiba-tiba terasa pusing.
"Kalau Lo ngaku, gue bakal beliin lo iPhone terbaru!" Leon mengajukan imbalan yang sama dengan Rara.
"Tapi kalau Lo enggak ngaku, gue bakal cerita ke Rara kalau Lo udah bocorin rahasianya ke gue!" ancam Leon yang membuat Lisna mendongak sembari membuka mulutnya.
Bersambung..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments