Bab 15

Lucia bergerutu kesal, ia tak tau jika dirinya akan di panggil atasannya dan ia di tugaskan untuk membersihkan kamar 2501. Di mana kamar itu sudah menjadi saksi bagaimana panasnya percintaannya tadi malam.

Kini Lucia sadar jika bukan hanya tugas biasa yang di berikan atasnnya, melainkan alasan Grey untuk menemuinya.

Paula menatap datar pria yang sedang menopang dagunya sambil duduk santai menatap ke arahnya.

“Kalau kamarnya sudah rapih, lebih baik saya undur diri tuan.” Ucap Lucia lalu membungkukan tubuhnya memberi hormat, ia hendak mundur. Namun Grey segera merubah posisi duduknya.

“Jadi bagaimana? Apa yang akan kita lakukan kedepannya setelah kejadian semalam?” Tanya Grey dengan santainya.

Lucia mengangkat wajahnya untuk menatap mata pria itu. “Semalam? Memangnya apa yang terjadi? Jika anda terus berbicara tidak jelas seperti ini lebih baik saya undur diri dan kembali bekerja.” Ucap Lucia tak ingin lebih lanjut mempermasalahkan masalah semalam.

Kening Grey mengernyit, ia sedikit terluka dengan sikap Lucia yang pura-pura tidak ingat.

“Apa kamu tidak akan bertanggung jawab padaku? Itu adalah pengalaman pertamaku!” Ucap Grey dengan sedikit nada tinggi karena Lucia kembali membuatnya frustasi.

“Anda kira aku tidak? Itu juga pengalaman pertamaku!” Lucia balik membalas, ia tak terima saat melihat Grey yang seolah terlihat seperti korban.

Grey pun menyunggingkan sebelah bibirnya. “Baiklah karena itu pengalaman pertamamu, aku akan bertanggung jawab untuk menikahimu. Kamu boleh tentukan tanggal pernikahan kita, lebih cepat lebih baik.” Ucap Grey dengan santainya, ia berdiri dan berjalan mengambil ponselnya yang ada di atas meja makan.

Sementara Lucia tertegun dengan kalimat terakhir pria itu, bagaimana bisa pria di depanya itu bicara tentang pernikahan dengan mudahnya. Apalagi mereka baru kenal beberapa hari ini, Paula langsung menggelengkan kepalanya agar otaknya sadar dengan kenyataan.

“Anda melantur, Tuan. Saya tidak akan menikah dengan anda, jadi anggap kejadian itu tidak pernah terjadi. Dan tolong jangan menemui saya lagi. Terimakasih.” Ucapnya menunduk dan segera pergi meninggalkan pria gila itu.

“Hei! Kau gak bisa menolakku—“

“Tuan, ada yang lebih penting. Lebih baik anda segera menemui nona Valen.” Cegah Adnan dengan buru-buru agar Grey tidak mengejar wanita itu.

Grey menepis tangan Andnan dengan sorot mata kesal, rahangnya bahkan sampai mengeras. “Sial!” Pekiknya.

Ia pun berjalan keluar berniat menemui kakaknya dalam keadaan dongkol, ia tau jika Adnan bilang penting itu artinya benar-benar penting. Karena itulah dia lebih memilih bertemu dengan kakaknya lebih dulu.

Plak!!!

Baru masuk ke dalam ruang kerja Valen, pria itu langsung mendapat tamparan keras sampai meninggalkan bekas merah di pipinya.

“Berani-beraninya kamu melanggar janji padaku!” Sentak Valen dengan sorot mata penuh amarah.

Mungkin di umur Grey yang sudah dewasa ini sebagian orang di luar sana berpikir jika tidur dengan wanita yang bukan istrinya itu sudah bukan hal yang baru.

Tapi tidak untuk Valen, dia mau kalau adiknya benar-benar menikahi wanita yang di cintainya, dia tak mau jika adiknya menjadi pria brengsek.

Selama ini Valen tak pernah semarah ini, karena biasanya Grey hanya membiarkan orang-orang berpesta di kamarnya dengan catatan tak boleh ada yang membangunkanya ataupun tak boleh ada yang berani merangkak naik ke atas ranjangnya.