Chap 3. Seorang Arkael ditolak

Divi tetap harus menjalani harinya, dia tetap harus bekerja meski pikirannya sedang carut marut, setidaknya dia punya pekerjaan yang dapat memberikannya pemasukan, meski gaji yang diterimanya tidak bisa dipakai untuk biaya operasinya ibunya, bahkan untuk bayar DP saja pun tidak bisa.

Dia membuang napasnya kasar, entah sudah seribu sekian kalinya, tanganya menopang kepanya sambil menjambak bagian kanan dan kiri rambutnya. Dadanya sesak, tapi untuk menangis pun rasanya sulit, air mata tidak bisa dipakai untuk membiayai pengobatan ibunya, kan?

“Uang…uang…uang…” Mulutnya terus mengucapkan satu kata itu berulang-ulang, seperti orang yang sedang merapalkan mantera.

“Divi!” Seli datang sambil menepuk bahu Divi, membuat Divi terkejut setengah mati, beruntung dia tidak punya riwayat penyakit jantung. “Lo dipanggil Pak Bimo!”

“Hah?” Dia butuh beberapa detik untuk mencerna ucapan Seli. “Gue?”

“Iya! Lo punya salah apa sampe dipanggil Pak Bimo

gitu? Aduh gawat ini!” kata Seli, malah dia yang panik.

“Gue perasaan nggak-”

“Udah deh sana cepet ke Pak Bimo, jangan sampe dia

nunggui lo kelamaan.” Seli menarik Divi untuk berdiri dan merapihkan rambut Divi sebelum mendorong rekannya itu untuk berjalan meninggalkan kubikelnya.

Jantung Divi berdebar gugup sekaligus takut, otaknya

terus berputar mencoba mengingat kesalahan apa yang sudah dia perbuat sampai-sampai asisten CEO itu memanggilnya. Tapi biasanya, jika pun seorang

staf melakukan kesalahan, yang dipanggil adalah ketua divisinya. Lalu ini apa?

Telapak tangan Divi mulai dingin, dia meremas-remas tanganya, mencoba menciptakan kehangatan pada telapak tangannya. Tapi, semakin terlihat jelas

Bimo berdiri beberapa meter di depannya, usahanya untuk membuat telapak tangannya hangat gagal total.

Masalah apa lagi sekarang? Batin Divi.

Oke, tenang Divi. Batinnya berusaha untuk meyakinkan dirinya untuk tenang.

“Bapak panggil saya?” tanya Divi dengan sopan setelah membungkukkan badan di depan Bimo.

“Ya, Pak Kael menunggu kamu di dalam.” Jawab Bimo

dengan tenang.

Glek!

Keringat dingin semakin mengalir deras pada punggungnya. Dipanggil Bimo saja sudah membuat kedua telapak tangannya hampir membeku.

“Ayo masuk, jangan membuat Pak Kael menunggu lebih lama.”

Divi menarik napas panjang dan menghembuskannya. Bimo menahan senyumnya melihat bagaimana Divi ketakutan. Ya, siapa yang tidak takut ketika dipanggil oleh Arkael langsung. Apa lagi posisi Divi yang seharusnya tidak perlu ada interaksi langsung dengan CEO itu.

Divi melangkah ragu-ragu di belakang Bimo, tangannya saling meremas ketika atmosfer dingin dan berat seolah ingin menenggelamkannya. Tatapan tajam dan dingin dari Arkael yang duduk di balik meja besarnya membuat nyali Divi menciut.

Divi membungkukkan tubuhnya sebentar sebelum kembali meluruskan punggungnya, namun kepalanya tetap menunduk, seakan tatapan mata Arkael dapat membuatnya hidungnya mimisan.

“Apa kamu tau kenapa kamu saya panggil?” Pertanyaan Arkael terdengar.

“Tidak Pak.” Jawab Divi dengan hati-hati.

“Bagus.”

Divi mengernyitkan dahi tidak mengerti.

Apanya yang bagus?

“Tidak melihat lawan bicaramu saat bicara adalah tidak sopan. Dan saya tidak menyukai ketidaksopanan.” kata-kata Arkael seperti cambuk

yang membuat kepala Divi seketika terhentak tegak.

“Duduk!” Titahnya.

“Eh?”

“Satu lagi, saya paling tidak suka mengulangi kata-kata dan perintah.” Ucap Arkael diiringi tatapan tajam.

Bimo menggerakkan tangannya agar Divi tidak sungkan untuk duduk di atas sofa yang ada di dalam ruangan beraura mematikan itu.

Arkael berdiri dari tempatnya, gerakannya lambat

seperti seekor singa yang sedang mengendap-endap untuk menyergap mangsanya. Sebelah tangannya membawa sebuah map berwarna hitam. Dia terus mendekat dimana Divi duduk, kemudian duduk tepat diseberang Divi, dia meletakkan map hitam itu

di atas meja yang berdiri diantara mereka.

“Baca!”

Divi melirik Bimo, dan Bimo mengangguk agar Divi

segera membacanya. Gerakan bola mata Divi yang bergerak kea rah Bimo tak luput dari perhatian Arkael.

“Cih, untuk apa kamu minta persetujuan Bimo? Saya yang memberikan perintah, bukan Bimo!”

“M-maaf, Pak.” kata Divi, kemudian langsung menyambar map hitam itu lalu membacanya. Perlahan setiap kalimat yang dibacanya membuat kening Divi berkerut, dan semakin banyak kalimat yang dibacanya, kerutan pada dahinya semakin dalam.

Divi mengangkat wajahnya, dari ekspresinya, Arkael dan Bimo tahu perempuan itu kebingungan.

“Kamu tahu apa itu?” tanya Kael dengan nada suaranya yang mengintimidasi.

Divi menggeleng.

“Apa kamu tidak bisa membaca judul dari dokumen yang kamu baca itu?”

“M-maaf Pak, saya tau ini kontrak pernikahan, tapi

saya tidak mengerti kenapa saya harus membaca ini.”

“Karena pihak kedua yang ada di dalam kontrak itu

adalah kamu.”

“Hah?”

Bimo menghela napas, dia sudah tahu Arkael pasti akan melakukannya dengan cara paling payah. Bagaimana orang bisa bertahan dengannya kalau dia selalu sekaku itu. Paling tidak seharusnya Arkael melakukan trik Tarik ulur sehingga orang akan mempertimbangkan tawarannya.

“Kamu akan menikah dengan saya.”

“Hah?!” Kali ini kedua mata Divi melebar, mulutnya

terbuka tapi otaknya tidak bisa menyusun kosakata apa pun untuk diucapkan dengan bibirnya.

“S-saya nikah s-sama B-bapak?”

“Ya.”

“T-tapi…”

“Jangan geer dulu. Kamu bukan tipe saya, jadi jangan

kamu pikir saat ini saya sedang melamarmu.” kata Arkael dengan nada tidak suka.

“Lalu ini maksudnya apa, Pak?” tanya Divi, dia masih

berada didunia antah berantah, tidak memiliki petunjuk apa pun atas apa yang barusan saja terjadi.

“Seperti apa yang kamu pegang ditanganmu, pernikahan ini hanya pernikahan kontrak.” Bimo mengambil alih jawaban, ketika kepala Arkael mengangguk padanya. “Jadi ini bukan pernikahan sungguhan. Kamu dan Pak Kael hanya perlu melakukan sandiwara seperti yang sudah tertulis di kontrak pernikahan itu.”

Divi mengatur napasnya sejenak. Dia merasakan

kelegaan, karena rupanya kedatangannya ke ruangan ini bukan karena Divi telah melakukan kesalahan dan hidupnya diujung tanduk, tapi karena dokumen konyol di tangannya itu.

“Jadi, maksudnya saya dipanggil kesini, adalah untuk

ini?” Divi mengangkat map hitam itu.

“Ya. Kamu dan Pak Kael akan menikah sampai batas waktu yang Pak Kael tentukan. Dan selama pernikahan itu, kamu tidak lagi bisa bekerja disini, sebagai gantinya, kamu akan mendapatkan bulanan layaknya gaji dari Pak Kael.”

“Maaf, Pak, dengan tidak mengurangi rasa hormat saya ke Bapak, tapi apa yang membuat Bapak pikir saya mau menikah dengan Bapak walaupun hanya sandiwara?” tanya Divi pada Arkael.

Pertanyaan yang membuat sudut-sudut bibir Bimo

bergerak ke atas. Wah, ini menarik! Pikirnya.

“Maksud kamu, kamu menolak saya?” Sebelah alis mata Arkael naik. Ia tidak percaya, gadis di depannya itu menolaknya!

“Iya. Saya menolak Bapak yang mengajukan kontrak

pernikahan ini. Maafkan saya kalau saya lancang, Pak. Tapi bagi saya pernikahan itu bukan ikatan untuk dipermainkan.” jawab Divi dengan lebih tenang setelah

kedua telapak tangannya tidak lagi terasa dingin.

“Saya tau kamu sedang kesulitan mencari dana untuk

biaya operasi ibumu, kan? Kamu bahkan mencoba untuk mengajukan pinjaman kemarin.”

“B-bagaimana Bapak bisa tau Ibu saya harus operasi?”

tanya Divi bingung. Bukan karena Arkael tahu Divi mengajukan pinjaman, tapi karena situasi Ibunya yang harus segera dioperasi. Bagaimana Arkael bisa tahu?

Arkael tersenyum tipis. “Saya bisa tahu apa pun yang

ingin saya ketahui.” kata Arkael dengan nada rendah yang mengintimidasi.

Entah kenapa Divi merinding mendengarnya.

Arkael memajukan tubuhnya sedikit, sehingga Divi bisa melihat dengan jelas sorot mata yang tajam itu.

“Saya akan menanggung semua biaya operasi dan

pengobatan ibu kamu sampai sembuh, kalau kamu menerima kontrak ini, bagaimana?”

Divi tentu saja tergoda, sudah berhari-hari ini

kepalanya nyaris pecah memikirkan dari mana dia bisa mendapatkan biaya untuk ibunya. Tapi, ketika jawaban atas segala kemumetan kepalanya ada di depan mana,

kepalanya itu justru mengkhianatinya, dia menggeleng, sebagai penolakan atas tawaran kontrak pernikahan yang diberikan oleh Arkael.

“Bagi saya, pernikahan adalah ikatan suci. Kalau Bapak hanya ingin bermain-main dengan ikatan paling sakral itu, silahkan cari perempuan lain. Saya memang butuh uang, tapi bukan berarti saya mau mempermaikan pernikahan.”

Nah, kemana perginya Divi yang bahkan ingin menjadi

wanita malam untuk mendapatkan biaya?

.

.

.

Bersambung

Episodes
1 Secarik Dari Hidup Alula Divi
2 Chap 2. Rencana Arkael
3 Chap 3. Seorang Arkael ditolak
4 Chap 4. Sudah Jatuh, tertimpa tangga, ketiban durian pula!
5 Chap 5. Rolling and Action!
6 Chap 6. Restu Ibu
7 Chap 7. Divi VS Ibu Mertua
8 Chap 8. Istriku
9 Chap 9. Suara Di Dalam Hati
10 Chap 10. Cuma Akting
11 Chap 11. Poin Tambahan
12 Chap 12. Pagi-pagi Ajak Gelud!
13 Chap 13. Beban Perasaan
14 Chap 14. Tangis Dalam Pelukan
15 Chap 15. Genggaman Yang Hangat dan Nyaman
16 Chap 16. Perhatian Semu
17 Chap 17. Penasaran dan Logika
18 Chap 18. Sudah Berdamai?
19 Chap 19. Pelukan Yang Mengobati Luka
20 Chap 20. Astaga! Ini Bahaya!
21 Chap 21. Pelakor Tidak Ada Dalam Agenda Kesepakatan
22 Chap 22. Serba Salah
23 Chap 23. Gara-Gara Sambal Geprek dan Hukuman Tak Terduga!
24 Chap 24. Terbawa Suasana
25 Chap 25. Terpesona
26 Chap 26. Drama Nyonya Paulina
27 Chap 27. Mulai Menyadari Rasa Yang Hadir
28 Chap 28. Ketakutan Divi Yang Tiba-tiba
29 Chap 29. Kejujuran Arkael
30 Chap 30. Pertemuan Rahasia Dengan Tuan Argam
31 Chap 31. Meyakinkan Kakek
32 Chap 32. "Aku Suamimu."
33 Chap 33. "I'll lost without those beautiful eyes."
34 Chap 34. Masa Lalu Divi Yang Kelam
35 Chap 35. "Jangan Tinggalkan Aku."
36 Chap 36. Berita Kecelakaan
37 Chap 37. Pengakuan Hati Divi
38 Chap 38. Tidur Paling Berkualitas
39 Chap 39. Hancur Dalam Empat Detik
40 Chap 40. Terapi Ala Arkael
41 Chap 41. Melanjutkan Terapi (Buat Pasangan Yang Halal Saja Ya! 21+++)
42 Chap 42. Terapi Tingkat Ehem! (Untuk pasangan yang SAH dan HALAL gaes 21+++)
43 Chap 43. Tamu Yang Tak Diharapkan
44 Chap 44. Bersandarlah Padaku.
45 Chap 45. Kedatangan Yang Mengejutkan
46 Chap 46. Sesuatu Yang Disembunyikan
47 Chap 47. Rahasia Yang Terbongkar
48 Chap 48. Penyesalan Yang Tulus
49 Chap 49.
50 Chap 50. Menyerah?
51 Chap 51. Akar Yang Terpendam.
52 Chap 52. Sudah Rindu
53 Chap 53. Dua Butir Debu
54 Chap 54. Tidak Sesuai Harapan
55 Chap. 55 Kali Terakhir
56 Chap 56. "Apakah Aku Bahagia?"
57 Chap 57. Pagi Yang Hangat
58 Chap 58. Apakah Ini Awal Kebahagiaan?
59 Chap 59. Insiden
60 Chap 60. Rencana Rahasia
61 Chap 61. Menyusun Rencana dan Sepenggal Kisah Bimo
62 Chap 62. Kecemasan Seli
63 Chap 63. Gerak Cepat
64 Chap 64. Pembalasan Yang Setimpal
65 Chap 65. Awal Yang Baru Untuk Selamanya
66 Ucapan Terima Kasih Penulis.
Episodes

Updated 66 Episodes

1
Secarik Dari Hidup Alula Divi
2
Chap 2. Rencana Arkael
3
Chap 3. Seorang Arkael ditolak
4
Chap 4. Sudah Jatuh, tertimpa tangga, ketiban durian pula!
5
Chap 5. Rolling and Action!
6
Chap 6. Restu Ibu
7
Chap 7. Divi VS Ibu Mertua
8
Chap 8. Istriku
9
Chap 9. Suara Di Dalam Hati
10
Chap 10. Cuma Akting
11
Chap 11. Poin Tambahan
12
Chap 12. Pagi-pagi Ajak Gelud!
13
Chap 13. Beban Perasaan
14
Chap 14. Tangis Dalam Pelukan
15
Chap 15. Genggaman Yang Hangat dan Nyaman
16
Chap 16. Perhatian Semu
17
Chap 17. Penasaran dan Logika
18
Chap 18. Sudah Berdamai?
19
Chap 19. Pelukan Yang Mengobati Luka
20
Chap 20. Astaga! Ini Bahaya!
21
Chap 21. Pelakor Tidak Ada Dalam Agenda Kesepakatan
22
Chap 22. Serba Salah
23
Chap 23. Gara-Gara Sambal Geprek dan Hukuman Tak Terduga!
24
Chap 24. Terbawa Suasana
25
Chap 25. Terpesona
26
Chap 26. Drama Nyonya Paulina
27
Chap 27. Mulai Menyadari Rasa Yang Hadir
28
Chap 28. Ketakutan Divi Yang Tiba-tiba
29
Chap 29. Kejujuran Arkael
30
Chap 30. Pertemuan Rahasia Dengan Tuan Argam
31
Chap 31. Meyakinkan Kakek
32
Chap 32. "Aku Suamimu."
33
Chap 33. "I'll lost without those beautiful eyes."
34
Chap 34. Masa Lalu Divi Yang Kelam
35
Chap 35. "Jangan Tinggalkan Aku."
36
Chap 36. Berita Kecelakaan
37
Chap 37. Pengakuan Hati Divi
38
Chap 38. Tidur Paling Berkualitas
39
Chap 39. Hancur Dalam Empat Detik
40
Chap 40. Terapi Ala Arkael
41
Chap 41. Melanjutkan Terapi (Buat Pasangan Yang Halal Saja Ya! 21+++)
42
Chap 42. Terapi Tingkat Ehem! (Untuk pasangan yang SAH dan HALAL gaes 21+++)
43
Chap 43. Tamu Yang Tak Diharapkan
44
Chap 44. Bersandarlah Padaku.
45
Chap 45. Kedatangan Yang Mengejutkan
46
Chap 46. Sesuatu Yang Disembunyikan
47
Chap 47. Rahasia Yang Terbongkar
48
Chap 48. Penyesalan Yang Tulus
49
Chap 49.
50
Chap 50. Menyerah?
51
Chap 51. Akar Yang Terpendam.
52
Chap 52. Sudah Rindu
53
Chap 53. Dua Butir Debu
54
Chap 54. Tidak Sesuai Harapan
55
Chap. 55 Kali Terakhir
56
Chap 56. "Apakah Aku Bahagia?"
57
Chap 57. Pagi Yang Hangat
58
Chap 58. Apakah Ini Awal Kebahagiaan?
59
Chap 59. Insiden
60
Chap 60. Rencana Rahasia
61
Chap 61. Menyusun Rencana dan Sepenggal Kisah Bimo
62
Chap 62. Kecemasan Seli
63
Chap 63. Gerak Cepat
64
Chap 64. Pembalasan Yang Setimpal
65
Chap 65. Awal Yang Baru Untuk Selamanya
66
Ucapan Terima Kasih Penulis.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!