Tak terasa sudah 2 minggu Giani menjalani pernikahannya bersama Jeronimo. Ia sudah terbiasa menyiapkan semua keperluan Jero sebelum ke kantor, menyiapkan makanan kesukaan Jero seperti yang sudah diberitahukan mama Sinta. Dan sudah sering membuat Jero pusing karena tak pernah sekalipun ia lolos untuk ketemu Finly secara diam-diam disaat tengah malam. Kamar Giani selalu tertutup rapat dengan kode pintu yang selalu berubah setiap harinya.
"Gue pusing. Setiap hari Giani seperti tahu gerak gerik gue. Dia bagaikan hantu yang selalu muncul dan membuat gue hampir mati muda karena jantungan." Kata Jero pada Frangky.
"Dia memang penuh misteri. Tak bisa ditebak."Kata Frangky sambil mematikan rokok ditangannya.
"Rasanya gue nggak sanggup hidup 1 tahun bersamanya. Ingin menyerah saja. Apalagi gue hampir setiap hari harus berurusan dengan sabun di kamar mandi."
Frangky tertawa mendengar pengakuan Jero. "Jadi loe beneran nggak tidur lagi bareng Finly?"
"Ya. Gue sudah buat perjanjian dengan Giani. Gue nggak bisa mengingkarinya. Yang bikin gue stres, Giani tiap malam memakai gaun tidur yang seksi. Dia bahkan tanpa perasaan sering menyentuh junior gue tanpa sengaja."
Tawa Frangky semakin dalam. "Dan loe biarin aja dia melecehkan loe kayak gitu? Membuat loe tersiksa? Kalau gue langsung nyosor aja, Mo. Kan dia istri loe. Nggak masalah untuk menyentuhnya."
"Dia bukan tipe gue."
"Bukan tipe loe tapi buat loe tersiksa."
"Maklum aja. Gue sudah hampir sebulan tak menyentuh wanita. Mungkin besok malam gue mau cari wanita malam aja. Giani kan mengijinkan gue untuk tidur dengan siapa saja kecuali dengan Finly."
Frangky hanya mengangkat bahunya. "Itu terserah loe. Hanya saran gue, dari pada loe dengan sembarangan wanita, kenapa tak bersama istri loe sendiri yang jelas-jelas masih perawan itu?"
Jeronimo menyandarkan kepalanya disandaran kursi. Pintu ruangannya diketuk. Lalu terbuka dari luar. Nampak Selly sekretarisnya masuk.
"Pak, dokumen kerja sama dengan perusahaan dari Singapura sudah selesai saya kirim. Jadi, bolehkah hari ini saya pulang agak cepat karena anak saya sedang sakit?" Tanya Selly sambil sesekali menengok ke arah Frangky.
"Boleh. Kau pulanglah. Jika besok anakmu masih sakit juga, kau boleh ijin. Nanti minta Riri untuk menggantikan tugasmu." Kata Jero dengan lembut. Selly adalah sekretaris yang handal. Jadi Jero tak ragu untuk memberikan dia ijin.
"Terima kasih, pak. Saya permisi dulu!" Pamit Selly. Ia melangkah dengan gaya yang sedikit menggoda saat melewati Frangky.
"Sepertinya dia masih menyukai loe"
Frangky tersenyum. "Kami hampir saja bercinta saat ke Batam sebelum pernikahanmu."
"Apa?"
"Tapi aku cepat sadar. Aku tak mau menghianati istriku."
Pintu ruangan Jero kembali terbuka. Kali ini Finly yang masuk. Jero sedikit terkejut melihat kehadiran Finly. Memang tadi pagi Finly sudah mengirim pesan padanya untuk datang. Tapi Jero tak menyangka akan secepat ini.
"Aku ke kantor sebelah, ya?" Pamit Frangky saat melihat kehadiran Finly.
"Jero, aku kangen...!" Finly langsung mendekati Jero saat Frangky sudah pergi. Ia duduk dipangkuan Jero dan langsung melingkarkan tangannya di leher Jero.
"Aku juga kangen, sayang. Tapi harus bagaimana lagi?" Jero membelai wajah Finly. Mata keduanya saling bertemu. Dan secara spontan keduanya langsung berciuman dengan penuh gairah. Jero sungguh terbuai. Tangannya bahkan secara cepat langsung masuk diantara sela-sela kemeja Finly.
Ponsel Jero tiba-tiba berbunyi. Itu adalah nada khusus yang disetelnya untuk panggilan dari Giani.
"Aku harus mengangkatnya." Kata Jero.
"Abaikan saja." Finly sudah turun dari pangkuan Jero. Ia bahkan sudah berlutut didepan kaki cowok itu. Tangannya sudah mulai menarik ikat pinggang Jero dan membukanya.
"Sayang, apa yang kamu lakukan?" Tanya Jero. Dia ingin menahan tangan Finly namun hasratnya juga sudah hampir tak terbendung lagi.
Pintu ruangannya langsung terbuka. Jero menoleh dengan kaget karena tak mendengar ada orang yang mengetuknya.
"Giani?" pekiknya setengah berteriak. Tangan Finly yang hampir membuka resleting celananya terhenti. Giani memang tak bisa melihat Finly karena terhalang meja kerja Jeronimo yang besar. Jero bahkan menarik sedikit kursi yang didudukinya agar mendekat ke meja.
"Kenapa kaget, kak?" Tanya Giani lalu duduk di depan meja kerja Jero.
"Kamu kan tak biasanya datang ke sini." Jero berusaha menahan dirinya karena tangan Finly dibawah sana tak tinggal diam. Ia menyentuh bagian sensitif Jero dan mengusapnya secara perlahan.
"Aku mau mengajak kakak membeli hadiah untuk ulang tahun mama Sinta. Besok mama kan ulang tahun."
"Aku tak bisa soalnya masih ada agenda rapat."
"Oh ya? Tadi aku menelepon Selly katanya hari ini kakak bebas nggak ada pekerjaan. Ayolah..!"
Mengapa Selly tak mengatakannya padaku tadi? Oh, aku harus bagaimana ini?
"Kakak sakit ya? Kok wajahnya tegang gitu?" Giani berdiri dan hendak melangkah memutari meja agar bisa mendekati Jero. Membuat Jero tiba-tiba panik dan spontan berdiri. Ia melangkah keluar dari meja dan langsung mendekati Giani sambil berusaha tersenyum.
Giani mendekat dan langsung menutup reslating celana Jero, dan mengacingkan kembali ikat pinggang Jero.
"Kenapa bisa terbuka kak?"
Wajah Jero menjadi merah. Antara rasa malu dan kaget, ia memegang tangan Giani yang masih ada diikat pinggangnya.
"Eh anu, tadi aku sakit perut dan...." Jero menjadi kalang kabut. Rasa gugup langsung menyerangnya.
Giani tersenyum. "Ah, aku tahu. Kakak mau ngocok sendiri ya? Mau aku bantu?" Giani kembali membuka ikat pinggang Jero.
"Eh...kamu mau apa?" Jero langsung mundur beberapa langkah.
"Nanti kepalanya sakit, kak. Aku bantu saja?"
"Ayo kita pergi cari hadiah untuk mama." Jero langsung meraih kunci mobil dan handphonenya dari atas meja. Ia menarik tangan Giani agar segera meninggalkan ruangannya. Giani hanya tersenyum manis. Ia berhasil mengalahkan Finly hari ini.
Tanpa Jero dan Giani tahu, Giani sudah memasang mata-mata di kantor ini. Sekretaris pengganti Sellly yaitu Riri adalah mata-mata Giani. Finly pun tak tahu kalau semua yang ada di ponselnya sudah Giani bajak. Sehingga semua isi pesan Finly, bahkan pada siapa saja ia menelepon, Giani akan tahu semuanya. Semua ini karena kepintaran Joana.
***********
Hari ini mama Sinta berulang tahun. Semua anak-anaknya berkumpul di rumahnya. Dion, anak tertua datang bersama dengan istrinya yang berprofesi sebagai dokter kandungan. Namanya Clara. Dion sudah memiliki 2 orang anak yang berjenis kelamin laki-laki.
Finly pun hadir bersama Geraldo dan Alexa. Ada juga kakak beradik dari mama Sinta dan kakak beradik dari papa Denny yang hadir. Perayaan ulang tahun dari mama Sinta dilaksanakan di halaman belakang dengan model pesta taman.
Giani sendiri hadir dengan gaun yang terlihat sangat manis membungkus tubuh sintalnya. Jero sendiri sedikit terkejut melihat penampilan Giani yang semakin cantik dan modis.
"Makanan ini sangat enak, Sinta. Apakah kau memasaknya sendiri atau kau memesannya di restoran mewah?" Tanya Lusy, dia adalah kakak tertua Sinta yang memiliki bisnis restoran.
Sinta tersenyum. "Hari ini aku sama sekali tak masuk dapur. Semua makanan dan kue yang kalian nikmati ini adalah buatan menantu cantikku, Giani." Sinta memegang tangan Giani yang memang duduk disampingnya.
Mereka menatap Giani dengan sangat kagum. "Kau sungguh hebat, nak. Aku pikir makanan ini hasil tangan koki terkenal." puji Lusy membuat Giani sedikit tersipu.
"Jero, kau punya sosok istri yang sempurna. Kamu tahu kan kata orang cinta itu kadang tak datang lewat mata melainkan lewat lidah. Dari rasa turun ke perut dan naik ke hati." Ujar Budi, adik bungsu Denny.
Semua tertawa dan terus memuji Giani. Finly sungguh kesal dibuatnya.
"Nak, kau lihatkan? Semua keluarga kita menyukai Giani. Jadi mama harap kau jangan menyia-nyiakan dia. Dia sosok istri yang bisa berbaur dengan siapa saja." Kata Sinta saat para tamu sudah pulang dan keduanya sedang duduk di ruang tamu sambil menikmati kopi buatan Giani.
Jero hanya diam mendengar perkataan mamanya. Selama ini, ia merasa bahwa Giani akan membuatnya malu karena gadis itu jarang sekali keluar rumah. Giani bahkan terlihat kuno dengan penampilan polosnya. Namun baru 2 minggu menikah, Jero merasa bahwa Giani tak sepolos yang dia duga. Gadis itu juga sangat pintar membawa diri sehingga walaupun orang baru mengenalnya namun langsung menyukainya. Namun Jero mencintai Finly. Ia tak mungkin bisa mencintai Giani yang dianggapnya sebagai gadis rumahan.
Sementara di dapur, Giani sedang membersihkan mulut Alexa yang belepotan karena kue coklat yang dimakannya.
"Bibi, apa benal kalau paman Jelo akan memisahkan bibi dengan eca?"
Giani menatap Alexa kaget. "Kata siapa, sayang?"
"Kata mama Finly. Mama bilang, kalau bibi mau tinggal di lumahnya paman Jelo, Eca halus menangis kalna paman Jelo nggak akan pelna mengijinkan bibi datang lagi ke lumah kita."
Giani menahan rasa geram. Ia membelai wajah Finly dengan lembut. "Itu nggak benar sayang. Paman Jero tak akan bisa memisahkan Eca dari bibi. Paman Jero kan orangnya baik. Paman Jero juga sayang pada Eca. Kalaupun suatu hari nanti bibi akan pergi dari rumah, bibi pasti akan datang lagi untuk menjenguk Eca. Atau sesekali Eca boleh menginap di rumahnya bibi dan paman Jero."
"Sungguh?"
"Iya sayang. Bibi kan tak pernah bohong sama Eca."
Alexa memeluk Giani dengan wajah yang gembira. Giani sungguh tak menyangka kalau Finly akan menanamkan ajaran buruk pada Alexa. Untunglah Alexa anak yang selalu terbuka pada Giani.
***********
Seminggu sudah acara ulang tahun mama Sinta berakhir. Sabtu ini, mama Sinta kembali mengundang anak-anaknya untuk makan siang bersama. Dion tak bisa datang bersama istrinya karena ada acara di keluarganya Clara.
"Pa, ma, besok aku dan kak Jero akan tinggal di rumah yang dibelikan oleh papa dan mama." Kata Giani. Jero terkejut. Giani tak membicarakan ini dengannya saat mereka semalam berbincang.
"Baguslah. Mama senang." Kata Sinta dengan wajah berbinar.
"Tapi Alexa?" Finly nampak tak setuju.
"Alexa sudah menginjinkan aku pergi dari rumah, kok. Ya kan sayang?" Giani menatap Alexa membuat gadis kecil itu mengangguk.
Finly meremas sendok yang ada ditangannya dengan kesal. Ia tak mau kalau Giani sampai tinggal bersudua saja dengan Jero. Finly akan merebut Jero kembali agar mau tidur dengannya.
Bagaimana kisah Giani dan Jero saat sudah tinggal berdua di rumah mereka? Apa saja kejadian-kejadian lucu yang akan membuat Jero semakin kesal sekaligus suka pada Giani?
Dukung aku terus ya guys...
jangan lupa like, komen, vote
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 149 Episodes
Comments
Ayuna Kamelia
sumpah yg paling ogeb tu si geraldo
udah tau istrinya suka maen belakang ko ya keukeuh gamau cerai
laki² gaada harga dirinya
ampek adeknya mempertaruhkan hidupnya
2024-03-08
1
Dahlia Anwar
finliy itu jalang ko bapak ibu nya diam saja
2024-02-08
1
Erlinda
luar biasa binal dan jalang nya si finly .melebihi pelacur
2023-09-07
0