Sumpah setia sebagai pasangan pengantin baru sukses mereka lewati. Cincin pernikahan dengan batu berlian yabg menghiasinya telah tersematkan di jari manis mereka. Kemeriahan resepsi pernikahan dengan tema white gold pun sudah terlaksana dengan baik. Semua tamu memuji indahnya pelaminan, ruangan pesta yang tertatah indah sehingga para undangan merasa ada di atas taman yang terketak di langit. Semua menyukai makanan yang tersaji.
Para undangan yang sebagian besar adalah pengusaha, artis dan kaum bangsawan di negara ini pun memuji Giani.
"Dia sangat cantik. Cocok dengan wajah bule Jeronimo."
"Gadis yang luar biasa mempesona. Mereka terlihat sangat serasi."
"Beruntungnya Jero mendapatkan gadis cantik yang masih sangat muda itu."
Puji demi pujian yang dilontarkan para undangan membuat Giani tersenyum penuh kemenangan. Semtara Jero tak pernah menduga kalau Giani akan menjadi ratu di pesta ini. Karena Finly biasanya yang akan menjadi perhatian. Dandanan Finly yang heboh dengan gaun yang berharga ratusan juta rupiah tak mampu mengalihkan pandangan para undangan dari sang pengantin wanita.
Sementara Denny dan Sinta merasa senang karena acara pernikahan ini boleh berjalan dengan baik dan meriah.
Sahabatku, aku telah menuntaskan janjiku padamu untuk menjaga Jeronimo sampai di hari ini. Aku hanya memohon agar kau juga mendoakan dia dari sana supaya ia menjadi suami yang bertanggungjawab. Batin Denny tanpa bisa menahan air matanya.
Dan Finly? Perempuan itu menahan sejuta rasa marah, kesal, cemburu sepanjang acara pernikahan ini. Hal yang paling membuatnya gila adalah saat Jero membuka cadar penutup wajah Giani dan mencium gadis itu di bibirnya. Finly tahu kalau itu adalah ciuman pertama Giani. Dan gadis itu terlihat begitu menikmatinya sehingga semua yang hadir di acara pemberkatan nikahnya menjadi iri melihat ciuman pertama yang sangat romantis itu.
Setelah semuanya selesai, pasangan pengantin itu sebenarnya akan tidur di hotel, namun wajah sedih Alexa membuat Giani memutuskan untuk pulang ke rumah.
***********
Saat Jeronimo masuk ke dalam kamar Giani, ia menemukan suasana kamar yang teduh dan damai. Nuansa hijau putih mendominasi isi kamar ini dengan tatanan ruang yang sangat menarik. Isi kamar ini menunjukan bahwa sang pemiliknya adalah orang yang sangat rapih dan bersih. Yang jero suka adalah rak buku yang ada di sudut kamar dengan sebuah kursi baca dan meja bulat yang ada di dekatnya. Tak jauh dari situ ada komputer.
"Tuan, ini kopernya." kata Pak Leo membuyarkan kekaguman Jero atas interior kamar Giani.
Jero yang masih berdiri di depan pintu, melangkah lebih masuk ke dalam kamar sehingga pak Leo dapat membawa kopernya.
"Terima kasih, pak."
"Sama-sama, tuan. Permisi!" Pak Leo pamit, menutup pintu kamar dan kembali meninggalakan Jero. Cowok itu duduk di atas sofa. Ia membuka jas nya, membuka dasi dan membuka kancing kemeja putihnya. Ia juga membuka sepatu dan kaos kakinya.
Jero ingin mandi untuk menyegarkan tubuhnya yang terasa penat karena harus berdiri sangat lama menerima ucapan selamat berbahagia dari ribuan tamu yang hadir. Giani sendiri sedang membawa Alexa ke kamarnya karena gadis itu tertidur dalam perjalanan pulang dari hotel ke rumah.
Pintu kamar terbuka. Giani masuk masih memakai gaun pengantinnya yang terlihat sangat cantik membungkus tubuh indahnya. Gadis itu duduk di depan meja riasnya dan membuka mahkota serta berbagai hiasan yang ada di kepalanya.
Jero pura-pura sibuk dengan ponselnya karena ia malas untuk berbasa-basi dengan Giani.
"Kak, boleh aku minta tolong?" Tanya Giani.
"Ada apa?" Jero balik bertanya tanpa mengalihkan pandangannya dari layar hp nya. Ia dan Finly sebenarnya sementara saling chat.
"Tolong buka resleting gaunku ini? Aku tak bisa membukanya."
Jero menoleh ke arah Giani. "Panggil saja bibi Lumi atau pelayan lainnya." katanya dengan nada menolak yang sengaja diberikan.
"Kak, mana mungkin aku memanggil mereka sementara ada kamu di kamar ini. Buka gaun ini apa susahnya, sih? Takut ya tertarik sama aku saat melihat tubuhku?"
What? Tertarik pada tubuh si upik abu?
Jero meletakan ponselnya di atas meja lalu berdiri dan mendekati Giani yang sedang duduk.
"Berdiri!" kata Jero saat sudah berada di dekat Giani.
Giani pun berdiri sambil memungungi Jeronimo. Tangan cowok itu langsung terulur menurunkan reslating gaun pengantin Giani.
Jeronimo awalnya merasa biasa. Namun saat matanya memandang punggung mulus Giani, saat tangannya tak sengaja menyentuh kulit halus itu, ia merasakan tangannya gemetar. Semakin Jero menurunkan gaun pengantin itu, tubuh belakang Giani semakin terekspos.
"Sudah selesai." Jero langsung berbalik dan melangkah kembali ke arah sofa yang didudukinya tadi.
"Kak tolong buka kalungnya sekalian." Kata Giani membuat langkah Jero terhenti. Ia berbalik lagi hampir berteriak kaget karena gaun pengantin itu sudah jatuh ke lantai, membuat Giani kini hanya mengenakan baju dalamnya yang menutup dua aset pribadinya. Sementara bagian tubuhnya yang lain terlihat jelas. Jero dapat melihat bentuk tubuh Giani yang ramping dan padat berisi di beberapa bagian. Apalagi bokong dan gunung kembarnya.
Sial! Apakah gadis ini berusaha menggodaku?
Jero berusaha bersikap cuek. Ia membuka kalung Giani. Harum tubuh gadis itu sesungguh membuat bulu kuduk Jero berdiri.
"Ini kalungnya."
Giani berbalik dan menerima kalung itu. Jero semakin terkesiap melihat dada Giani. Tanpa ia sadari kalau sesuatu yang ada dibalik celananya mulai bereaksi melihat pemandangan indah di depannya.
"Terima kasih, kak." Giani mengambil kalung itu, lalu mengambil handuk yang sudah disiapkan sebelumnya lalu membungkus tubuhnya.
"Aku mandi dulu, kak." Kata Giani lalu melangkah ke kamar mandi.
Jeronimo memukul kepalanya sendiri. Berusaha membuang pikiran gila yang muncul di kepalanya yaitu ingin menyentuh tubuh Giani. Ia memutuskan untuk berdiri di balkon. Di saat seperti ini, Jero biasanya membutuhkan rokoknya. Namun benda itu untuk sementara tak ada kantong celananya. Jero semakin kesal saja.
Di dalam mandi, Giani memejamkan matanya. Ia sangat takut dan gugup. Membuka bajunya dihadapan laki-laki bukanlah pilihan hidup Giani. Namun ia melakukan semua ini demi kakaknya. Tadi pagi, ia mendengar Finly yang menelepon Jero, meminta pria itu untuk ketemu dengannya disaat semua penghuni rumah sudah tidur. Sepertinya Finly tak mau kalau Jero menyentuh Giani. Dan Joana memberikannya kekuatan untuk menggoda Jero sehingga cowok itu tak jadi keluar kamar.
******
Finly meninggalkan Geraldo yang sudah tertidur nyenyak. Itu karena ia memasukan obat tidur didalam teh yang diminum Geraldo. Ia juga sudah memberikan obat itu pada Jero sehingga ia yakin kalau Giani sekarang sudah tertidur. Finly pun melangkah menuju ke depan kamar Giani.
Langkah Finly terhenti saat mendengar suara-suara yang membuat dadanya seperti dipukul oleh benda yang sangat besar.
Kamar Finly memang tak kedap suara seperti kamarnya dan Geraldo.
"Ah...pelan-pelan kak, ini sakit." terdengar rintihan tertahan dari Giani.
"Apakah aku menusuknya terlalu dalam?" tanya Jeronimo terdengar khawatir.
"Nggak juga. Rasanya sakit tapi juga enak."
"Kalau begini?"
"Ya begitu kak. Aku suka posisinya kayak gini, ...agak pelan, jangan terlalu cepat."
Mata Finly terbelalak. Ia langsung berlari kembali ke kamarnya sambil menangis. Rasa cemburu memenuhi hatinya. Membayangkan Jero kini sedang menyatu dengan Giani. Tentu saja Giani akan merasa sakit karena ini pengalaman pertamanya. Namun dengan pengalaman dan keahlihan Jero di atas ranjang, Giani pasti akan merasakan kenikmatan yang luar biasa. Finly memukul bantalnya dengan kesal. Ia kesal melihat Geraldo yang sudah tertidur nyenyak. Andai saja ia tak mencampurkan obat tidur di teh milik Geraldo, Finly ingin bercinta dengan suaminya saat ini untuk menghilangkan rasa kesalnya saat tahu kalau Giani dan Jero justru sedang menikmati malam pengantin mereka.
*********
30 menit sebelum Finly keluar dari kamarnya....
Giani tahu kalau Finly pasti akan datang ke kamarnya. Ia sudah bekerja sama dengan bi Lumi untuk memberikan tanda jika Finly keluar dari kamarnya. Bi Lumi akan menghubungi ponsel Giani dengan nada dering yang sudah diatur sehingga jika bi Lumi menghubunginya, tanpa melihatpun Giani akan tahu kalau itu adalah bi Lumi.
Giani sudah selesai mandi. Ia telah mengenakan gaun tidur yang disiapkan Joana padanya. Gaun tidur dengan kain tipis sehingga baju dalam Giani akan terlihat dengan jelas. Gaun itu pun panjangnya hanya di atas lutut, dengan belahan dada yang rendah, membuat bagian dadanya yang menonjol sedikit terlihat.
Sebelum keluar dari kamar mandi, Giani menarik napas panjang, berusaha bersikap tenang lalu ia keluar dari sana.
Jeronimo baru saja masuk dari balkon. Cowok itu langsung menelan salivanya saat melihat gaun tidur yang dipakai oleh Giani sungguh menggoda imannya.
Pintu kamar diketuk.
"kak, tolong dibuka ya?" Ujar Giani yang sedang mengoles handbody di kakinya.
Jeronimo membukanya. Ternyata bi Lumi yang membawakan teh.
"Ini teh hijau tuan, nona. Bagus untuk menyegarkan tubuh." Kata bi Lumi lalu meletakan nampan itu di atas nakas.
"Makasi, bi." Kata Jero sopan. Bi Lumi hanya mengangguk dan segera keluar dari kamar.
"Kak, minum teh nya. Kita kan capek seharian. Supaya saat tidur, peredaran darahnya jadi lancar."
Jero malas berdebat dengan Giani. Ia pun mengambil gelas itu. Saat menyesapnya, ia menatap Giani yang sedang duduk sambil memijat kakinya. Posisi gadis itu yang sedikit menunduk justru membuat belahan dadanya semakin terlihat.
"Kenapa?" Jero akhirnya bertanya.
"Kakiku sakit. Soalnya aku tak terbiasa menggunakan sepatu hak tinggi sampai 12 cm. Ah...rasanya nyeri." Giani menggosok kakinya dengan gerakan lembut namun membuat Jero semakin gila rasanya. Gerakan tangan Giani yang menggosok kakinya mengingatkan Jero pada gerakan penari striptis di club malam saat ia berada di sidney. Tanpa sadar Jero langsung meminum teh yang panas itu sekaligus membuat lidahnya terbakar karena teh yang masih panas.
"Aow...!" rintih Jero sambil memegang mulutnya.
"Kenapa kak?" Tanya Giani
"Tidak."
Ponsel Giani berbunyi. Ia tersenyum saat mendengar bunyi nada deringnya.
"Kak Jero, bisa tolong aku? Ini ada kayu yang biasa dipakai untuk pijat refleks. Bisa tidak menusuknya ditelapak kakiku. Kakiku rasanya sakit." Mohon Giani sedikit memelas membuat Jero tak bisa menolaknya. Cowok itu melangkah mendekati Giani. Ia berjongkok di depan Giani lalu mengambil kayu yang kedua ujungnya bulat, lalu kembali meletakan kaki Giani di pahanya dan mulai menusuk telapak kaki gadis itu. Posisi seperti ini membuat gaun Giani sedikit tersingkap dan menunjukan paha mulusnya.
"Seperti ini?" Tanya Jero berusaha tenang walaupun sebenarnya ia sudah panas dingin melihat tubuh Giani.
"Iya, kak. Lebih kuat lagi.." Pinta Giani
Jero semakin dalam menusuk kaki Giani.
" Ah...pelan-pelan kak, ini sakit." Giani merintih karena ia memang merasa sakit.
"Apakah aku menusuknya terlalu dalam?" tanya Jeronimo sambil mendongak dan sialnya, ia justru melihat satu tali gaun tidur Giani sudah jatuh dan semakin memperlihatkan dada mulusnya.
"Nggak juga. Rasanya sakit tapi juga enak." Giani mulai memejamkan matanya.
"Kalau begini?" Jero mengubah posisi kaki Giani, kalau tadi ada di pahanya, kini ia menaikan sedikit, menggantung di udara sambil dipegang oleh salah satu tangannya.
"Ya begitu kak. Aku suka posisinya kayak gini, ...agak pelan, jangan terlalu cepat." Ujar Giani saat dirasakan kalau Jero kembali menusuk kakinya dengan kayu.
Posisi seperti ini sebenarnya kurang nyaman karena kini Jero bisa melihat dalaman Giani yang berwarna hitam.
Jero merasakan matanya menjadi berat. Apakah dia kelelahan disaat tubuhnya justru merasa bergairah karena melihat Giani?
Ponsel Giani kembali berbunyi. Gadis itu tahu kalau Finly sudah tak ada.
"Sebentar kak, aku angkat ponselku dulu." Giani langsung berdiri dan meraih ponselnya. Ia pura -pura mengangkatnya. Pada hal itu dari bi Lumi.
"Hallo, Joana..how are you?"
"Nona Finly sudah kembali ke kamarnya, non."
"Thanks, Joana. I'm going to sleep now."
Giani meletakan ponselnya. Ia tersenyum melihat Jero yang sudah tertidur di atas sofa. Jero tak tahu kalau teh yang tadi dibawa bi Lumi justru sudah dimasukan obat tidur. Gadis itu tersenyum. Ia mengirim pesan pada Joana sambil mengirim foto Jero yang tertidur.
Sukses, dia tertidur sangat nyenyak.
Bagaimana selanjutnya?
JANGAN LUPA LIKE, KOMEN, DAN VOTE YA?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 149 Episodes
Comments
Amik Sriindrawati
pintar kmu giani
2023-06-09
0
SUGA 💙💚💛💜💝💘
keren
2023-05-21
0
Erlinda
😀😀😀😀😀😀😀
2023-05-17
0