"Jero, ayo bangun!"
Tepukan lembut di pipinya membuat Jero membuka matanya. Seraut wajah cantik yang menatapnya penuh kasih membuat perasaan hati menjadi bahagia.
"Ma..."
"Biasanya kamu bangun pagi untuk olahraga. Sekarang sudah jam 7."
Jeronimo bangun sambil menggerakan badannya. "Sudah lama tak tidur di kamar ini. Rasanya sangat nyaman. Makanya lupa bangun."
"Benar kata Giani. Kamu harus tinggal di sini sebelum pernikahanmu."
Mendengar nama Giani, suasana hati Jero yang tadinya senang langsung menjadi bad mood. Namun ia memaksakan sebuah senyum.
"Mandilah. Setelah itu turun untuk sarapan. Papa sudah menunggumu di bawa."
"Baik, ma." Jero segera ke kamar mandi setelah terlebih dulu menerima handuk dari tangan mamanya.
Selesai mandi, ia langsung tersenyum melihat semuanya sudah tersedia di atas tempat tidur
Baju, dasi, bahkan pakaian dalamnya disiapkan oleh mamanya.
Hati Jero jadi tersentuh. Mama Sinta sangat menyayanginya. Hanya karena ia ingin bebas dengan Finly, ia jarang pulang ke rumah ini. Rumah yang sebenarnya memberikan cinta yang Jero butuhkan.
Selesai ganti pakaian, Jeronimo langsung turun ke bawah. Di meja makan sudah ada Papa Denny dan mama Sinta.
"Ayo makan, sayang."
Ketiganya sarapan layaknya keluarga bahagia. Setelah itu Jero berangkat ke kantor dengan mobilnya sementara Papa Denny diantar sopir dengan mobilnya.
Jeronimo pagi ini menuju ke hotel dulu. Dia akan melaksanakan pemeriksaan secara mendadak. Hotelnya ini sedang banyak tamu. Makanya Jero ingin melihat kinerja para pekerja.
Saat Jeronimo masuk, semua kariawan hotel langsung bekerja dan berhenti ngerumpi. Jero memang tak seperti Frangky. Kalau Frangky selalu tersenyum dan ramah pada semua pekerja. Sedangkan Jero lebih banyak diam namun ketus jika sudah bicara.
Ponsel Jeronimo berbunyi. Ia tersenyum melihat panggilan itu dari Finly. Selama 1 jam lebih ia melakukan kunjungan dadakan di hotel ini, dan rasa lelahnya langsung hilang saat menerima telepon dari Finly. Itu tandanya perempuan itu tak marah lagi padanya.
"Hallo baby."
"Kamu di mana?" terdengar suara Finly sedikit merajuk.
"Aku ada di hotel. Sedang memeriksa. Ada apa, sayang?" Tanya Jeronimo.
"Kangen. Aku ke sana sekarang, ya?"
"Mau aku pesankan kamar?" tanya Jeronimo menggoda. Jujur ia rindu dengan Finly dan hendak menebus kesalahannya kemarin.
"Boleh."
"Baiklah. Aku tunggu ya..."
Jeronimo langsung meminta pelayan menyiapkan special room yang letaknya ada di lantai paling atas. Kamar ini hanya digunakan oleh dirinya atau Frangki. Lift yang akan digunakan pun khusus dari dalam ruangan kantor mereka. Lift itu akan terbuka di dalam kamar itu. Penghuninya bisa langsung masuk tanpa melalui pintu kamar.
Jeronimo menunggu Finly di ruangannya. Sambil menunggu Finly datang, Jero membaca beberapa file.
Tak lama kemudian, Finly datang dengan baju seksinya.
"Sayang...!" Finly langsung memeluk Jero dengan luapan kegembiraan. Tanpa menunggu lama, keduanya sudah larut dalam ciuman panas yang penuh gairah.
"Kamarnya sudah siap, sayang." bisik Jero sambil memejamkan matanya saat Finly sudah duduk di atasnya sambil mulai mencium leher Jero dan membuka kancing kemejanya satu persatu.
"Satu ronde di sini dan 3 ronde di kamar."
"Nggak boleh tiga sayang, aku ada rapat sebelum makan siang."
"I dont care." kata Finly lalu membuka kemejanya sendiri. Mata Jero langsung berbinar melihat 2 gundukan yang besar dan menjadi faforitnya.
Ruang kerja Jero menjadi panas karena pergumulan dua orang yang sama-sama sudah dikuasai gairah.
"Jero....!"
Jero yang sudah siap menyatukan dirinya dengan Finly terkejut mendengar ketukan di pintu.
"Mama Sinta." Jero buru-buru bangun dan mengenakan pakaiannya kembali.
"Jeronimo..!"
"Kamu tunggu aku di kamar ya, sayang.." Kata Jero berbisik sambil membantu Finly mengambil pakaiannya. Finly masuk ke dalam lift dengan tubuhnya yang hampir polos. Perempuan itu terus mengumpat karena gangguan yang datang disaat yang tidak tepat. Jeronimo merapihkan rambutnya lalu membuka pintu.
"Mama? Giani?" Jeronimo berusaha menahan napasnya agar terlihat tenang. Bagaimana bisa mama Sinta dan Giani datang ke sini disaat yang tidak tepat?
"Kejutan...!" Kata mama Sinta sambil melangkah masuk.
"Kok mama nggak bilang sih mau ke sini?" Tanya Jeronimo sambil menatap Giani yang juga sedang menatapnya dengan tatapan mata menyelidik.
"Giani yang punya ide pagi ini." Kata Sinta lalu duduk di atas sofa.
"Mau buat kejutan aja. Siapa tahu kita menemukan kak jero dengan wanita lain di ruangan ini." Kata Giani membuat jantung Jero hampir terlepas dari tempatnya.
"Mama yakin kalau Jero bukan pria seperti itu. Eh, sepatu siapa ini?" Tanya Sinta sambil menatap sepasang sepatu hak tinggi berwarna coklat.
****** gue! Kenapa Finly melupakan sepatunya?
"Mungkin milik istri Frangky, ma. Ruangan ini kan adalah kantor aku dan Frangky. Aku juga tadi nggak melihat kalau sepatu itu ada di sana." Jero benar-benar menjadi gugup apalagi Giani menatapnya dengan tatapan mencibir.
"Mama dan Giani mau melihat ruangan yang akan dipakai untuk pestanya nanti. Kebetulan managernya bilang kalau kamu ada di sini. Mama, ke toilet dulu ya." Sinta langsung menuju ke toilet yang ada di sudut ruangan.
Giani mendekati Jeronimo yang masih berdiri sambil menatap pintu toilet yang tertutup.
"Lain kali, jangan lupa tutup resletingnya, kak." Tanpa diduga, tangan Giani terulur dan menarik resleting celana Jero yang lupa dikuncinya tadi.
Jeronimo hampir pingsan dibuatnya. Bukan karena ketahuan resletingnya tidak dikunci tetapi juga tangan gadis itu yang entah disengaja atau tidak menyentuh juniornya. Darah Jero seperti mendidih. Cowok itu menelan salivanya. Sial, masakan hanya tersentu gitu aja dan gue gemetaran kayak gini.
"Sepatunya mirip sepatu kak Finly yang dikenakan tadi saat ia meninggalkan rumah."
Jero menjadi tegang. Lidahnya menjadi keluh.
"Ngumpet di mana kak Finly nya?" Tanya Giani semakin membuat Jero mati langkah.
"Sembarangan menuduh kamu!" Jero akhirnya berani bicara. Walaupun ia tak berani menatap mata gadis di depannya.
Mama Sinta selesai dengan aktifitasnya di toilet.
"Kak, lift ini menuju kemana?" tanya Giani membuat wajah Jero sedikit pucat.
"Ke kamar khusus kayaknya. Iyakan Jer?" Sinta menatap Jero. Ia ingat saat hotel ini dibuka 4 tahub yang lalu.
"Iya, ma." Jawab Jero dengan jantung yang semakin berdetak.
"Boleh lihat nggak kamarnya?" Kata Giani.
"Tentu saja bolehlah. Sekalian mama mau melihatnya siapa tahu bisa didesain untuk kamar pengantin kalian." Kata Sinta membuat Giani tersipu dan Jero langsung batuk mendadak.
"Ayo kita ke atas, Jer." Kata Sinta membuat Jero semakin panas dingin dibuatnya.
"Eh, aku ke toilet dulu, ma." Kata Giani dan segera menuju ke toilet.
Waktumu 5 menit untuk mengusir Finly dari sana
Jero terkejut membaca pesan Giani buatnya. Ia pun segera mengirim pesan pada Finly.
Baby, mama dan Giani akan ke kamar atas.
Kamu keluar lewat lift umum ya...
Balasan Giani
Aku nggak mau, aku sangat ingin kita
making love. Cari kamar lain saja.
Balasan Jero :
Baby, please deh...
jangan tambah aku lebih pusing.
kamu tahu sendiri aku juga sangat
menginginkanmu. Tapi harus gimana lagi
Aku nggak mau mama kecewa
Balasan Finly :
Nyebelin....
"Pesan dari siapa, Jer? Kok serius amat?" Tanya Mama Sinta.
"Dari Frangky, ma."
Giani keluar dari toilet.
"Ayo, kak antar aku dan mama ke atas."
Jero menekan tombol lift. Mempersilahkan mama Sinta dan Giani masuk.
Sampai di lantai 12, pintu lift terbuka. Sebuah kamar super mewah dengan interior yang modern menghiasi kamar itu.
"Ada kolam renangnya, Jer?" Tanya Mama sambil menggeser pintu kaca.
"Iya, ma. Ini memang didesin khusus hanya untuk aku dan Frangky."
"Kakak nggak pernah bawa perempuan lain di sini kan?" Tanya Giani membuat Jero semakin kesal dengan gadis itu.
"Nggak. Kamar ini kebanyakan digunakan oleh Frangky dan keluarganya." Jero akhirnya berbohong lagi. Kamar ini lebih banyak digunakan oleh dirinya dan Finly.
"Mama percaya kalau kamu anak baik, Jer." Kata mama Sinta membuat hati Jero menjadi sakit. Mama Sinta begitu percaya padanya sementara dia dengan tidak tahu malunya menggoda dan tak mau melepaskan Finly.
"Ma, kayaknya aku nggak mau malam pengantinnya di sini. Aku inginnya di tempat yang lebih sederhana dan sejuk alami." Kata Giani membuat Sinta tersenyum.
"Biar kalian saja yang putuskan."
Sementara Jeronimo, terus mengumpat dalam hati karena permintaan Giani yang selalu mendapat persetujuan dari mamanya.
Selesai melihat kamar, mereka pun menuju ke lantai dua tempat ballroom yang akan digunakan sebagai tempat acara resepsi pernikahan nanti.
Setelah mama menjelaskan segala.sesuatu yang harua pihak hotel siapkan, Jeronimo harus meninggalkan mereka semua karena panggilan rapat sudah menunggunya. Jero akan rapat dengan pihak perusahaan Dawson Company. Sepupunya yang dari London sudah datang dan menginap di hotel ini. Ruang rapatnya sudah disiapkan Jero di lantai satu hotel ini.
Di lobby. Mereka berpapasan dengan para peserta rapat. Salah satunya adalah Beryl Dawson. Sepupu Jero yang berusia 27 tahun.
"Hi mrs. Palrayunata." Beryl dengan manisnya memeluk Sinta.
Pandangannya beralih ke arah Giani. Menatap gadis itu dengan seksama. Mengulurkan tangannya dan saat Giani membalas uluran tangannya, ia pun berucap," Who is this beautiful girl?"
Jero menahan tawa. Ia yakin Giani tak mengerti dengan apa yang dikatakan oleh sepupunya itu mengingat latar belakang pendidikan Giani yang hanya lulus SMA homescholing.
"My name is Giani. I am Jeronino's fiancé." Kata Giani membuat Jero dan mama Sinta terkejut. Tak menyangka kalau Giani bisa bahasa Inggris.
"Oh fortunately my cousin has you." Beryl nampak kecewa. Sungguh ia tak menyangka kalau Jero sudah bertunangan.
Giani hanya tersenyum. "Nice to see you mr...."
"Beryl Dawson." Beryl mencium punggung tangan Giani yang masih dipegangnya.
"Giani, mama, aku ke ruang rapat dulu ya?" Pamit Jeronimo sambil menarik tangan Beryl untuk menjauh. Dia tahu sepupunya itu sangat jago merayu perempuan.
"Beneran dia tunanganmu?" Tanya Beryl penasaran.
"Iya." Jawab Jero malas.
"Waw, kamu beruntung banget. Gadis itu terlihat masih polos dan aku suka tatapan matanya itu."
"Dia tak sehebat yang kau lihat. Karena dia cewek yang paling membuatku kesal. Aku menerima perjodohan ini karena mama Sinta.
"Jadi, aku boleh mengejarnya kan?"
"Ambil aja. Aku nggak minat." Jawab Jero cuek membuat Beryl senang tiada taranya.
SO, GIMANA KISAH INI BERLANJUT??
JANGAN LUPA LIKE, KOMEN DAN VOTE YA
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 149 Episodes
Comments
Kimberli Zhefaya kheziani
persaingan dimulai semoga seru
2023-06-27
1
Amik Sriindrawati
tunggu sj kmu jero prmainan giani dan kmu akan bertekuk lutut
2023-06-09
0
Rina Yulianti
aku suka dengan karya mu thor lanjut ...semoga ada pembalasannya untuk si jero
2023-06-09
0