Di ruangan kerjanya, Jeronimo sedikit pusing karena banyaknya pekerjaan yang menumpuk. Ia memang memiliki 2 perusahaan. Yang pertama adalah perusahaan yang dibangun bersama dengan Frangki temannya, yang kedua adalah anak perusahaan dari keluarga besar Dawson. Semenjak usia Jeronimo mencapai angka 23 tahun, ia sudah dipercayakan untuk menjadi pimpinan cabang The Dawson Company di 3 negara sekaligus. Indonesia, Malasya dan Singapura. Perusahaan yang ditangani oleh Jeronimo bergerak di bidang elektronik dengan merk yang sudah mendunia.
Sedangkan usaha yang dibangun oleh Jeronimo dan Frangki adalah perhotelan dan apartemen.
"Tuan, rapat di perusahaan tuan Denny ditunda pelaksanaannya sampai jam 5 sore." Kata Selly, sekretaris pribadinya yang sangat lihai dalam mengurus semua keperluannya. Selly adalah ibu tunggal yang berusia 30 tahun. Suaminya meninggal 2 tahun yang lalu.
"Jam 5 sore?" Jero jadi agak kesal. Bukankah ia sudah janjian dengan Finly untuk bertemu jam 6 sore? Ia sudah tak sabar untuk menghabiskan waktu berdua dengan kekasihnya itu.
"Iya tuan. Jadwal yang sebenarnya adalah jam 1 siang namun tuan Denny hendak mengantar nyonya Sinta ke dokter jam 2 siang. Makanya ia tunda rapatnya jam 5 supaya tidak terganggu. Takutnya rapat berjalan agak lama."
Sinta memang rutin memeriksakan diri ke dokter karena setahun yang lalu ia pernah kena stroke. Jero tahu, sesibuk apapun papa Denny, ia akan menyediakan waktu untuk menemani mama Sinta. Kedua orang tua angkatnya itu selalu saling mencintai dan sangat mesra meski usia mereka tak muda lagi.
"Baiklah. Tolong telepon tuan Frangki dan minta dia untuk datang ke ruanganku segera."
Perusahaan milik Jero dan Frangki letaknya tak jauh dari perusahaan Dawson Company. Hanya berseberangan gedung saja. Bahkan ada jembatan penghubung antara dua perusahaan itu yang memudahkan Jero dan Frangki bertemu. Kantor itu dibangun tepat di samping hotel mereka.
Tak sampai 15 menit, Frangki sudah berada di ruangan Jeronimo.
"Ada apa?" Tanya Frangky lalu duduk di depan Jero.
"Sepertinya gue nggak bisa menghadiri penawaran proyek untuk pembangunan hotel di Batam. Loe boleh menggantikan gue nggak? Karena jadwal rapat di kantor papa Denny ditunda, maka semua pekerjaan gue juga ikut tertunda."
"Penawarannya besok ya? Gue harus pergi dengan Sellykah?" Frangky terlihat agak khawatir. Bagaimana pun ia dan Selly dulu pernah punya kisah rahasia. Saat Selly masih punya suami dan Frangky menggodanya. Keduanya berselingkuh. Selly memang sangat manis, tubuhnya juga sintal. Ia selalu memakai pakaian yang agak ketat yang membuat lekuk tubuhnya menonjol di beberapa tempat. Perselingkuhan mereka berakhir setelah Frangky pacaran dengan istrinya. Rina memang membawa perubahan besar hidup Frangky.
"Tentu saja. Dia yang tahu semua tentang tawaran proyek itu. Tapi pak Alan dari devisi perencanaan juga akan ikut. Kenapa, loe takut ya berdekatan lagi dengan Selly?"
"Bukannya takut. Gue nggak akan selingkuh lagi dengannya. Gue hanya takut jika Rina tahu. Gue sudah jujur padanya mengenai masa lalu gue dengan Selly."
Jero tertawa. "Dasar loe itu sudah bucin sama Rina. Jangan dikasih tahulah. Perginya juga cuma sehari, kok."
Frangky tersenyum. "Loe sih belum mengenal apa itu cinta sejati."
"Gue cinta sama Finly."
"Loe bukan cinta tapi nafsu. Gue sumpahin loe bakalan bucin sama ade iparnya Finly."
Jero tertawa."Bucin sama gadis rumahan itu? Nggak bakalan. Membawa dia ke acara kantor saja gue jadi malu. Dia kan hanya lulusan SMA. Home scholing lagi. sangat beda dengan Finy yang pintar, pandai bergaul dan juga cantik."
"Giani cantik, kok. Dia seperti batu yang kelihatan biasa namun setelah dipoles akan nampak kilauan permatanya."
"Emangnya loe pernah lihat Giani?"
"Gue kan pernah pergi ke rumah Geraldo saat Alexa ulang tahun. Loe kayak nggak tahu aja kalau istri gue kerjanya di bank milik keluarga Purwanto."
Jero menggelengkan kepalanya. "Pusing gue ngomongin Giani."
"Satu bulan itu hanya sekejab saja. Tanpa loe sadari loe segera akan berganti status menjadi suami."
Sekali lagi Jeronimo menggelengkan kepalanya. "Ini benar-benar gila!"
*******
Giani tersenyum melihat Finly yang sudah rapih, wangi dan tentu saja dengan gaunnya yang sangat seksi.
"Mau kemana, kak?" Tanya Giani sambil melirik jam dinding yang sudah menunjukan pukul 4 sore.
"Arisan. Kalau Mas Aldo pulang bilang ke dia kalau aku pulangnya nanti jam 10 malam." Kata Finly dan langsung pergi dengan mobilnya. Finly memang sengaja pergi lebih cepat dari jam yang sudah disepakatinya dengan Jero karena Finly akan mampir dulu di restoran langganan mereka untuk membeli makan malam bagi dirinya dan Jeronimo.
Giani senang jika Finly pergi lebih cepat. Berarti ia akan punya waktu untuk membantu mama Sinta memasak. Setelah mobil Finly terdengar menjauh, Giani langsung mandi dan memakai gaun berwarna pink. Semua gaun baru yang dipakainya ini merupakan kiriman Joana.
Giani menggulung rambutnya ke atas. Beberapa hari ini ia menonton cara menata rambut di internet dan ternyata sangat mudah untuk dipraktekan. Bi Lumi pun membantu memoleskan bedak dan sedikit make up natural di wajah Giani.
"Nona cantik. Seperti almarhuma mamanya."
"Makasi, bi. Tolong bilang ke kak Aldo kalau aku di rumah paman Denny ya?"
"Semoga sukses, non. Bibi doakan yang terbaik. Satu permintaan bibi, jangan terpesona dengan tuan Jero ya? Bule itu memang terlihat tampan namun dia jahat."
Giani mengangguk. Bi Lumi adalah orang yang tahu rencananya ini. "Tenang saja, bi. Nggak mungkinlah aku akan suka dengan pria mesum itu."
Giani mengambil tasnya. "Jaga Alexa, bi."
"Pasti, non"
Giani pergi diantarkan oleh pak Leo. Dia adalah suami bi Lumi. Pak Leo adalah sopir keluarga Giani semenjak kedua orangtuannya masih hidup. Bi Lumi dan pak Leo tidak memiliki anak sehingga mereka sangat menyayangi Aldo dan Giani.
*********
Jam 7. 30 malam rapat akhirnya selesai.
"Jero, kita makan malam di rumah ya? Mama kangen denganmu. Ia sudah memasak makanan kesukaanmu. Papa harap kau tidak akan mengecewakannya." Kata Denny.
"Tentu, pa." Jero tak bisa menolak. Mama Sinta adalah segalanya bagi Jero. Ia sudah bisa membayangkan betapa kecewanya wajah mama Sinta jika Jero tak datang.
Baby, maafkan aku. Papa mengajakku untuk
makan malam bersama di rumah. Aku tak
bisa menolaknya. Please, jangan marah ya?
Jeronimo mengirim pesan pada Finly. Ia takut menelepon. Tak berani mendengarkan suara Finly yang pasti akan berteriak histeris sambil menangis.
Saat mereka sudah tiba di rumah, senyum manis mama Sinta sedikit mengobati kegalauan Jero. Ia memeluk wanita yang berusia 54 tahun itu yang tetap terlihat cantik. Wanita yang sudah memberikannya kasih sayang dan perhatian yang tulus.
"Mama senang kau datang. Sudah lama kau tidak datang ke sini. Pada hal kamarmu selalu mama bersihkan."
Jero mencium wajah mama Sinta.
"Ayo langsung ke meja makan. Mama yakin kalau kamu dan papa sudah lapar." Ajak Sinta.
Jero rindu masakan mama Sinta. Ia melangkah sambil menggandeng tangan Sinta ke meja makan.
"Selamat malam!" Sapa Giani.
Oh My God, kenapa dia ada di sini? Tapi penampilannya cantik juga malam ini.
"Hallo, sayang...!" Sapa Giani sambil mendekat dan langsung bergelut manja di lengan Jeronimo. "Kamu pasti capek kan?"
Cup !
Mata Jeronimo membulat. Giani mengecup pipinya. Papa Denny dan mama Sinta tersenyum senang.
Gila ! Dia berani banget mencium pipi gue. Awas loe ya, bocil! Umpat Jeronimo dalam hati.
"Duduklah. Mama Sinta sudah menyiapkan ini semua." Giani dan Jeronimo duduk bersebelahan.
"Bagaimana makanannya, Jer? Enak?" Tanya Sinta.
"Masakan mama memang paling top. Suka. Ikan ini rasanya lebih gurih dari biasanya." Kata Jeronimo sambil menguyah makanannya.
"Tentulah. Mama hanya memberikan resepnya namun Giani yang mengolahnya. Dia sama sekali tak mengijinkan mama masuk dapur."
Jeronimo langsung terbatuk-batuk mendengar masakan ini buatan Giani. Pasti gadis itu akan besar kepala karena Jero memujinya.
"Kau memang calon istri yang tepat bagi Jero. Dia ini suka makan makanan yang enak. Nggak mau kalau asal saja dimasak." Kata Sinta.
Selesai makan, Denny dan Sinta membiarkan Jero dan Giani ada di teras belakang. Giani membuatkan kopi bagi Jeronimo.
"Kenapa wajah kakak kayak nggak enak dilihat? Kesal ya makan malam di sini?" Tanya Giani saat dilihatnya Jeronimo duduk sambil memainkan hp nya.
"Kalau sudah tahu nggak usah nanya. Buat tambah kesal aja." Ketus Jero sambil terus memainkan hp nya.
"Kalau kesal sama aku aja. Jangan sama Papa dan mama."
"Memang aku kesalnya sama kamu aja."
"Hati-hati lho, kak. Terlalu kesal dan benci pada seseorang bisa berakibat terbalik."
"Terbalik apa maksudmu?" Jero mengalihkan pandangannya menatap Giani.
"Jadi bucin."
"Cih! Enak saja bucin." Jeronimo tertawa mengejek. "Aku kan sudah bilang kalau kamu bukan seleraku. Mana mungkin jadi bucin padamu."
"Kakak juga bukan selera aku. Aku nggak suka cowok bule, berambut pirang dan bermata biru. Kesannya playboy dan lebay."
"Baguslah kalau memang begitu. Supaya hubungan kita selama 1 tahun ini nggak akan pakai hati."
Giani akan bicara lagi namun Sinta sudah datang menemui mereka.
"Jero, ini sudah hampir jam 10. Antarkan Giani pulang ya?":
"Nggak usah, ma. Giani sudah minta sopir untuk menjemput. Mungkin sebentar lagi akan sampai. Lebih baik kak Jero istirahat saja di sini."
"Aku mau pulang ke apartemenku saja."
"Jangan, kak. Kamu kan tadi mengeluh banyak pekerjaan menjelang pernikahan kita. Lebih baik kakak di sini saja. Supaya ada yang ngurusin. Kalau kakak sakit menjelang pernikahan kita kan nggak seru. Nyetirnya pake sopir aja." Kata Giani.
"Ya. Papa setuju." Kata Denny yang sejak tadi berdiri dibelakang istrinya. "Kamu tinggal di sini aja dulu sampai hari pernikahanmu."
"Iya, nak. Mama kangen kamu ada di sini. Mama akan mengurusmu dengan baik sampai hari pernikahanmu nanti. Kamu mau kan?" Tanya Sinta sambil memegang tangan Jero.
"Iya, ma. Apa sih yang nggak bisa Jero lakukan untuk menyenangkan mama." Kata Jero menahan dongkol di hatinya saat melihat senyum kemenangan diwajah Giani.
Tak lama kemudian Pak Leo datang menjemput Giani.
"Jero, ayo mandi dan tidur. Kamu kelihatan sangat lelah." Kata Sinta setelah mobil yang menjemput Giani menghilang dibalik pagar.
Jero mengangguk. Ia memang sangat lelah dan mengantuk. Ia sebenarnya merindukan Finly namun apa daya ia harus di sini bersama Papa dan mamanya.
************
Saat Giani tiba di rumah, Finly sedang minum alkohol di dapur. Wajah perempuan itu sudah agak merah.
"Hai, kak." Sapa Giani dengan wajah polosnya.
Finly menatap dandanan Giani. Dasar perempuan penggoda!
"Jangan banyak-banyak minumnya. Nggak baik untuk kesehatan. Selamat malam, kak."
Finly menatap kepergian Giani dengan rasa marah yang besar. Ia membanting gelas yang ada di tangannya.
"Tunggu saja, Giani. Aku akan membuat hidupmu sengsara bersama Jero."
Apakah Giani berhasil menjauhkan Jero dari Finly?
Dukung aku terus ya guys....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 149 Episodes
Comments
Retno Irawan
licik mmg hrs dilawan dg kecerdasan.......good job Giani👍👍
2023-08-15
1
Indah Rahayu
mbok ya sadar diri to mb
2023-06-01
1
Ida Saptini
𝘨𝘢𝘴𝘬𝘦𝘶𝘯 𝘨𝘪𝘢𝘯𝘪 😁🤭
2023-05-10
0