Bau harum makanan langsung tercium oleh Jeronimo saat cowok itu menuruni tangga. Ia baru saja selesai mandi. Tadi sebelum ke apartemennya, Giani minta mampir di sebuah supermarket dan membeli bahan untuk makan malam. Jeronimo setuju saja karena ia kesal sebab Finly tak membalas pesannya bahkan tak mau mengangkat panggilan darinya.
Saat ia tiba di dapur, Giani sudah mengatur makan malam di atas meja makan. Gadis itu membuat makan malamnya sangat cepat karena aktifitas mandi Jeronimo dan kegiatannya untuk bermain sebentar dengan ponselnya memakan waktu hampir satu jam.
"Sudah selesai?" Tanya Jeronimo basa-basi. Ia memang sudah lapar karena tadi belum sempat makan siang dan harus menjemput Giani untuk ke butik nyonya Pegi.
"Sudah. Duduklah. Aku tahu kalau kak Jero pasti sudah lapar."
Jeronimo duduk dan segera disuguhkan dengan makan malam sederhana namun sangat enak dilidahnya. Ia harus mengakui, Giani pintar masak.
"Jadi, kamu mau bicara apa?" Tanya Jeronimo. Ia berharap bisa menyingkirkan Giani secepat mungkin dari apartemennya agar Finly tak semakin marah padanya.
"Habiskan makanannya dulu, kak. Kalau perut kenyang lebih enak ngomongnya."
Jero hanya bisa tersenyum. Gadis rumahan di depannya ini memang tak bisa diremehkan.
Selesai makan malam, Giani segera mencuci semua peralatan makan yang kotor, ia mengeringkan tangannya dan segera duduk di depan Jeronimo yang masih terus mengirimi Finly dengan pesan-pesan yang membujuk perempuan itu untuk tak marah padanya.
"Mari kita bicara, kak. Tanpa handphone mu itu."
Jeronimo meletakan hp nya di atas meja makan lalu menatap Giani. "Bicaralah!"
"Aku tahu kalau kakak tak menyukaiku." Kata Giani membuat Jero terkekeh. Gadis di depannya ini sungguh tak terduga.
"Baguslah kalau kamu tahu."
"Aku juga tak menyukaimu, kak."
"Lalu mengapa kau menerima perjodohan konyol ini? Batalkan saja."
"Uangmu sudah banyak terkuras untuk memesan baju pengantin dan cincin pernikahan."
"Aku nggak peduli. Itu bahkan tak membuat tabunganku menjadi miring. Asalkan aku tak jadi menikah denganmu itu, uang itu tak akan ada artinya."
Giani tertawa. "Dasar sombong!"
"Bukan sombong. Tapi itulah kenyataannya."
Gadis itu bersedekap. Lalu menatap Jero dengan mata polosnya yang terlihat berani.
"Pernikahan ini akan tetap terjadi, kak. Aku akan membuatmu meninggalkan kak Finly."
Jero menatap Giani tak percaya. "Kau sudah tahu kalau Finly menjalin hubungan denganku dan kau masih mau menikah denganku?"
"Seperti yang kukatakan kalau aku akan membuat kak Jero melupakan kak Finly. Aku tak mau kakakku menderita karena perselingkuhan kalian."
"Aku mencintai Finly." Kata Jeronimo dengan tegas.
"Cinta kalian salah."
"Aku dan Finly sudah jadian sebelum Geraldo dan Finly menikah."
"Dan kakakku dan kak Finly sudah dijodohkan saat mereka masih berusia 5 tahun. Kakakku sangat mencintai kak Finly. Mereka bahkan sudah punya anak."
Jero tersenyum sinis. "Cinta adalah cinta. Aku tak bisa membunuh rasa cintaku pada Finly."
"Itu karena kak Jero tak pernah mencobanya."
"Aku sudah mencobanya saat aku tinggal di Sidney. Namun setiap kali aku tidur dengan gadis-gadis itu, aku selalu membayangkan tubuh Finly."
"Karena itu mari kita coba dengan cara yang benar."
"Cara yang benar?" Jero jadi penasaran dengan gadis yang ada di depannya ini.
"Melalui pernikahan kita."
"Maksudnya?"
"Kita menikah selama setahun, kak. Selama setahun itu, kakak tak boleh tidur dengan kak Finly. Aku bebaskan kakak mau menyentuh perempuan manapun tapi bukan kak Finly."
"Bagaimana kalau aku tak mau?"
"Maka selamanya kakak akan terikat pernikahan denganku. Aku tak akan pernah bercerai dengan kakak. Aku yakin Paman Denny dan bibi Sinta akan menghalangi kakak jika berusaha menceraikan aku."
Jeronimo memandang gadis di depannya yang dengan berani menatap langsung manik matanya. Ia tak pernah bertemu dengan gadis yang berani menatapnya seperti itu. Bahkan Finly selalu tak bisa menahan tatapan mata Jero yang katanya sangat memabukan itu.
"Jadi, kalau selama setahun aku tak menyentuh Finly, maka kau mau bercerai denganku?"
"Ya."
"Baik. Tapi, bagaimana dengan kebutuhan biologisku?"
"Bukankah sudah ku katakan kalau aku mengijinkan kakak untuk tidur dengan perempuan siapa saja kecuali kak Finly?"
"Aku tak mau sembarangan bermain dengan perempuan. Jadi bagaimana aku bisa mendapatkan kebutuhan biologisku?" Tanya Jero sambil menatap Giani sangat erat.
"Aku siap menjadi wanita pengganti kak Finly."
Jeronimo tertawa sangat keras. "Kau bukan gadis yang bisa membangkitkan hasratku untuk menyentuh wanita. Aku mau gadis yang tubuhnya sempurna seperti Finly."
Jero berharap kalau Giani akan tersinggung dengan penghinaannya. Namun gadis itu justru tersenyum.
"Kakak belum mencobanya. Bagaimana mungkin kakak langsung mengatakan kalau aku tak bisa membangkitkan hasrat kakak untuk bercinta?"
What???
Inikah gadis rumahan yang tak pernah mengenal dunia luar? Inikah gadis pemalu yang tak pernah mengenal lelaki lain dalam hidupnya selain papa dan kakaknya?
Giani menahan senyumnya. "Kenapa, kak? Ada yang salah dengan kata-kataku? Bukankah melihat saja tidak cukup? Seperti makanan, kakak nggak akan tahu rasanya jika tidak mencicipinya."
Jeronimo semakin dibuat terkejut dengan kata-kata Giani. Ia bahkan kehabisan kata untuk membalas perkataan gadis itu. Tapi Jero tak mau menunjukan kelemahannya. Giani adalah gadis belia yang baru genap berusia 20 tahun sementara dirinya adalah pria berpengalaman yang sudah berusia 28 tahun.
"Kau benar. Lebih baik merasakan dari pada hanya dilihat saja.Bagaimana kalau aku ingin mencobanya sekarang?"
"Boleh."
Jero hampir saja melompat dari tempat duduknya. Ia tak menyangka kalau Giani akan menyetujuinya.
"Tapi jika kakak ingin mencoba tubuhku sekarang, aku bisa pastikan kalau kakak tak akan pernah melepaskan aku."
"Percaya diri sekali kamu!"
"Aku tak mungkin berani mengatakan ini padamu kalau aku tak yakin dengan diriku."
What the hell???
Jeronimo sungguh merasa tertantang dengan Giani. Haruskah dia mencobanya? Bagaimana kalau yang Giani katakan benar? Bagaimana kalau Jero memang terpesona dengan permainan ranjang Giani?
"Bagaimana, kak?"
"Kita belum resmi. Aku takut nanti Geraldo marah jika aku melecehkan adiknya."
"Kalau tidur dengan istrinya kak Aldo nggak takut?"
Dem! Ingin rasanya Jeronimo menutup mulut gadis di depannya dengan bibirnya.
"Baiklah. Aku setuju dengan usulanmu."
"Usul yang mana, kak? Pernikahan berjalan selama setahun atau mau merasakan tubuhku sekarang?"
Sumpah demi apapun, Jero ingin rasanya menenggelamkan kepala Giani ke bak mandi agar ia berhenti memojokan dirinya.
"Menikah setahun tanpa menyentuh Finly." Jawab Jero dengan wajah yang tak rela. Bagaimana bisa ia tak menyentuh Finly yang salalu menggodanya?
"Baiklah. Jika sekali saja kakak mengingkari perjanjian kita, maka aku akan menambah 1 tahun lagi waktu pernikahan kita."
"Apa?"
"Harus gitu, kak. Supaya kakak tak akan pernah ingkar janji. Bagaimana? Deal?"
"Deal!"
"Jangan bohong, kak. Dan perjanjian ini hanya antara aku dan kakak. Kak Aldo maupun kak Finly tak akan tahu. Setuju?"
"Setuju!"
"Semua percakapan kita sudah saya rekam, kak." Kata Giani meletakan handphonenya yang sejak tadi diletakannya di atas pahanya.
Jeronimo terkejut. "Bukankah tadi kamu mengatakan kalau hpmu ketinggalan sehingga kamu memakai hp nya Finly?"
"Aku hanya tak mau mati konyol, kak."
"Maksudmu?"
"Menerima isi pesan mesum dari selingkuhan akan membuat konsentrasi menyetirmu terganggu dan berakibat kita bisa kecelakaan."
Jeronimo mengangguk. Dalam hati ia berucap,"Kau bukan hanya gadis pintar tapi juga licik."
Giani tersenyum. " Jangan anggap aku licik, kak. Aku lakukan ini demi menyelamatkan pernikahan kakakku."
Jeronimo mengacak rambutnya asal. Baru sehari ia bersama Giani, namun ia sudah dibuat pusing dengan sifat gadis ini. Bagaimana kalau setahun?
"Ayo kuantar kamu pulang."
Giani tersenyum. "Tunggu sedikit lagi, kak. Jam 10 baru kita pulang. Supaya kak Finly tak akan datang ke apartemenmu ini."
"Terserah. Bangunkan aku kalau kau sudah mau pulang! Aku ngantuk!" Jero langsung menuju ke lantai 2. Kepalanya benar-benar pusing.
"Kak...!"
Langkah Jeronimo terhenti.
"Ada apa?"
"Jika kak Aldo atau kak Finly tahu perjanjian kita, aku minta ganti rugi 2 miliar."
"5 Miliar pun akan kuberikan." Jawab Jero dengan sikap masa bodoh. Ia segera meneruskan langkahnya ke kamarnya. Ia benar-benar ingin tidur.
Giani tiba-tiba berlari ke kamar mandi. Ia sejak tadi merasa mual dengan semua percakapan yang terjadi diantara dirinya dan Jeronimo. Giani memuntahkan semua makanan yang baru saja dimakannya.
Ya Tuhan, aku harus menahan semua ini demi suksesnya rencanaku. Semoga kak jero tak kepikiran untuk menyentuhku.
Saat Giani kembali ke ruang makan, handphone Jeronimo yang diletakan di atas meja makan berbunyi.
Giani tersenyum melihat nama yang tertulis di layar hp. MY HONEY. Giani yakin kalau ini adalah Finly.
"Hallo kak Finly!" Giani langsung menjawab dengan menyebutkan nama Finly.
"Eh...Giani..." Terdengar suara Finly sedikit gugup.
"Aku belum bisa pulang sekarang. Kak Jero nya masih tidur. Kasihan dia kelelahan."
"Oh..., begitu ya. Jangan terlalu larut ya. Tahu kan kakakmu."
"Nggak apa-apa, kak. Kan aku bersama calon suamiku. Tolong temani Alexa tidur ya. Bye..." Giani langsung memutuskan sambungan telepon. Ia mencoba membuka ponsel Jero. Rupanya memakai sandi. Giani mencoba membukanya dengan memasukan tanggal ulang tahun Finly. Benar saja. Ponsel itu langsung terbuka. Giani langsung mengganti nama 'my honey' menjadi 'kak Finly'.
Dia kakakmu, Jero. Bukan kekasihmu!
Giani lalu memasukan menuliskan nomor hp nya diponsel Jero dengan nama "My Love"
Setelah itu ia mengirim pesan pada Joana :
SUKSES...PERJANJIANNYA DI SETUJUI
Gimana perjuangan Giani untuk menolong kakaknya??
LIKE, KOMEN DAN VOTE YA
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 149 Episodes
Comments
Serli Ati
keren yg Gianni semoga berhasil
2023-08-03
1
Appleeza
wow.. cerita ni semakin menarik... semangat menulis ya dik
2023-08-03
1
nila dewi
wow...kereeennnnnn 👍👍🥰
2023-06-30
1