Semua yang duduk di ruang tamu itu terkejut melihat penampilan Giani. Jeronimo bahkan mengerutkan dahinya. Kesan si buruk rupa yang dikatakan Finly seperti tak ada dalam diri Giani. Gadis itu terlihat manis dengan tatapan mata polosnya.
"Giani? Siapa yang telah merubahmu seperti ini?" Tanya Finly. "Kau terlihat seperti ondel-ondel."
"Siapa bilang? Mama suka dengan penampilannya. Sangat cocok dengan usianya. Kau cantik, nak." Puji Sinta sambil mengangkat jempolnya.
"Terima kasih, bibi." Kata Giani sedikit tersipu. Ia lalu membantu salah satu pelayan menyajikan minuman dan kue hangat.
"Wah, kopinya harum. Siapa yang meraciknya?" Tanya Denny saat mencium bau kopi sebelum disesapnya.
"Aku membuat kopi Macchiato dengan sedikit foam. Mungkin paman tidak suka kopi yang agak pahit." Kata Giani sedikit malu-malu menjelaskan.
"Siapa bilang? Aku dan Jeronimo paling suka minum kopi esspreso yang pahit. Jero, kau cobalah." Kata Denny sambil menatap Jero. Cowok bule itu meraih cangkirnya dan menyesap kopi itu perlahan. Matanya langsung membulat. Sebagai penggemar kopi, ia harus mengakui kalau kopi buatan Giani sangat enak.
"Enak...!" Pujian itu keluar dari mulut Jero membuat Finly kesal.
"Adikku memang sangat pintar menyajikan berbagai macam kopi." Puji Geraldo dengan wajah senang.
Sinta dan Denny saling berpandangan.
"Geraldo, papa dan mama ke sini ingin melamar Giani." Kata Denny.
"Melamar Giani?" Geraldo terkejut.
"Ya. Papa dan mama ingin meminang Giani untuk Jeronimo."
"Apa? Tidak, pa. Adikku masih kecil. Lagi pula dia dan Jero tidak saling mengenal." Geraldo menggelengkan kepalanya. Ia tak akan mau menjodohkan adiknya dengan lelaki seperti Jero yang jelas-jelas sudah berselingkuh dengan istrinya.
Sementara Jeronimo berteriak dalam hati. Yes! Semoga Geraldo membatalkan lamaran ini.
"Aku mau, kak. Usiaku sudah 20 tahun. Sudah saatnya aku untuk menikah." Kata Giani dengan wajah penuh permohonan pada kakaknya.
"Tapi..."
"Aldo, mungkin Jero di matamu bukanlah lelaki yang baik. Namun papa yakin kalau dia akan menjadi suami yang baik untuk Giani. Papa juga ingin dia mendapatkan istri yang baik. Dan papa rasa kalau perempuan yang tepat baginya adalah Giani. Dengan pernikahan ini maka hubungan keluarga kita akan menjadi semakin dekat." Kata Denny berusaha meyakinkan Geraldo.
"Iya, nak. Mama juga menginginkan Giani menjadi menantu mama." Kata Sinta sambil memegang tangan Giani yang memang duduk di sampingnya.
"Pa, ma, bolehkah aku bicara berdua dengan adikku?" Tanya Geraldo. Ia segera berdiri dan menarik tangan Giani ke dapur.
"Giani, apa kamu sadar siapa lelaki itu? Dia adalah selingkuhan Finly. Aku tak ingin kamu kecewa. Cukup aku saja yang menderita karena pernikahan ku yang kacau. Aku takut Jero akan menyakitimu."
Giani tersenyum. "Tenanglah, kak. Aku tak akan menderita menikah dengan kak Jero. Justru itu akan membuat hubungan kakak dan kak Finly menjadi lebih baik. Jero tak mungkin akan menganggu pernikahan kalian lagi."
"Giani, jangan melakukan tindakan bodoh hanya karena ingin menolong pernikahanku."
"Kak, percayalah. Aku akan baik-baik saja." Giani memegang tangan kakaknya. "Terimalah lamaran Kak Jero. Biarkan kami menikah."
"Tapi..."
"Please, kak. Aku janji tak akan membiarkan diriku terluka."
Geraldo sebenarnya belum bisa menerimanya. Namun ia juga tak mau membuat adiknya sedih.
Ia pun akhirnya mengangguk.
Mereka kembali ke ruang tamu.
"Jadi, bagaimana?" Tanya Sinta tak sabar.
Agak berat kepala Geraldo mengangguk. "Baiklah, pa. Dan aku mohon padamu Jero, jangan sakiti adikku ini. Karena aku tak akan pernah membiarkan siapapun menyakitinya." Kata Geraldo dengan penuh penekanan.
Jero hanya mengangguk sambil tersenyum.
"Baiklah. Jika kalian sudah setuju maka kita akan tentukan saja tanggal pernikahannya." Kata Denny dengan senyum bahagianya.
"Bagaimana kalau satu bulan dari sekarang?" Tanya Sinta.
"Apa?" Finly terkejut. Ia tak mau kalau Jero buru-buru menikah.
"Kenapa, Fin?" Tanya Sinta heran.
"Maksudku, apakah tidak terlalu cepat? Mengurus pernikahan bukan hanya butuh waktu satu atau dua hari saja kan?" Finly mencari alasan karena ia dapat melihat kalau papanya menatap dia dengan tatapan tidak suka.
"Kalau uang yang berbicara maka semuanya akan lancar. Bagaimana menurutmu, Jero?" Denny menatap Jeronimo.
"Terserah papa saja. Jero yakin kalau papa dan mama yang mengaturnya maka semuanya akan berjalan dengan lancar." Kata Jeronimo sambil melirik ke arah Finly. Ia tahu kalau Finly pasti akan marah.
"Kalau begitu, besok kau siapkan waktu untuk pergi dengan Giani. Kalian harus menemui teman mama yang adalah seorang desainer baju pengantin dan ke toko perhiasan untuk memesan cincin pernikahannya." Kata Sinta dengan sangat antusias. Suaminya sudah mengatakan rencana Giani untuk menolong pernikahan kakaknya. Awalnya Sinta kurang setuju namun Denny meyakinkannya kalau ini semua demi kebaikan Finly dan juga Jeronimo.
Selesai dengan rencana pernikahan, mereka pun makan malam bersama. Semua memuji masakan Giani. Hanya Finly saja yang sedikit menahan dongkol karena Jeronimo juga ikut memuji masakan Giani.
"Kau akan bahagia menikah dengan Giani karena setiap hari pasti akan dibuatkan masakan yang enak dan bergizi." Ujar Denny pada Jero membuat Finly semakin dongkol.
Selesai makan, Denny dan Sinta bermain sebentar dengan Alexa, setelah itu mereka pamit pulang.
Finly segera mengirim pesan pada Jero :
Aku akan ke apartemenmu, sekarang.
Ia segera mengganti gaunnya dengan celana jeans dan kemeja santai.
"Mau kemana kamu?" Tanya Geraldo saat dilihatnya Finly sudah berganti pakaian.
"Aku mau ke club.Teman-temanku menelepon kalau malam ini ada acara karena Clara ulang tahun."
"Ini sudah hampir jam 11 malam. Apakah pantas seorang wanita yang sudah menikah keluyuran di jam seperti ini?"
"Sudahlah, mas. Jangan ceramahi aku. Aku akan pergi sekarang!" Finly segera meninggalkan kamar tidurnya. Ia tak perduli walaupun Geraldo meneriakan namanya.
Giani yang mengintip dari pintu kamarnya, menekan perasaannya. Ia yakin kalau Finly akan menemui Jeronimo. Tenanglah, kak. Tak lama lagi semuanya akan kembali seperti semula. Kak Finly akan berhenti menemui lelaki bule itu.
*********
Saat pintu apartemennya dibuka dari luar, Jero langsung terkejut karena Finly langsung memukulnya dengan kedua tangannya.
"Brengsek kamu Jero!"
Jero berusaha menahan semua serangan Finly. "Ada apa? Mengapa aku diserang seperti ini?"
"Kamu sengaja kan ikut memuji kopi dan makanan buatan Giani untuk meledek aku yang tidak tahu memasak?"
"Baby, jangan seperti itu. Masakan Giani memang enak. Kalau aku bilang tidak enak, maka papa dan mama justru akan curiga." Jeronimo menahan tangan Finly. "Baby, look at me. Aku tak peduli kamu itu bisa masak atau tidak. Yang pasti aku mencintaimu. Sangat mencintaimu. Kau melebihi segalanya dibandingkan dengan Giani."
"Benarkah?" Tanya Finly sambil melingkarkan tangannya dileher Jero dengan mesra.
"Iya sayang. Apakah kau tidak dapat merasakannya?" Tanya Jero sambil mencium leher Finly.
"Jero, berjanjilah padaku kalau kau tidak akan pernah tidur dengan Giani jika kalian sudah menikah nanti."
"Baby, melihatnya saja aku tidak bergairah. Bagaimana mungkin bisa tidur dengannya?" Tangan Jero mulai membuka kancing kemeja Finly.
"Jero, tadi sore kan kita baru saja melakukannya."
Jero tersenyum menggoda. "Aku tidak akan pernah puas denganmu. Karena kau sangat menggoda." bisik Jero lalu langsung mengangkat tubuh Finly dan masuk ke kamarnya.
**********
Di kamarnya, Giani sedang melakukan panggilan videocall dengan Joana.
"Apakah kau sudah menonton video yang kukirimkan padamu?" Tanya Joana.
"Ya. Dan aku hampir muntah melihatnya. Apakah memang harus seperti itu?"
Joana tertawa melihat wajah Giani. " Itulah yang harus kau lakukan saat menikah dengan Jero. Kau harus belajar bagaimana memuaskan Jero sehingga dia akan melupakan Finly. Harus ditonton berulang-ulang ya?"
"Aku sudah menghapus videonya. Aku takut nanti ada yang tahu kalau aku menonton film begituan."
"Giani, itu hal yang wajar. Nggak masalah.Kau kan tidak pernah mengenal lelaki lain. Kau sama sekali belum pernah punya pengalaman.Bagaimana kau akan tahu merayu lelaki jika tak menontonnya dari video itu?"
"Apakah tidak ada cara lain untuk belajar?"
"Kau mau aku mengirim salah satu mantan pacarku untuk mengajarimu?"
"Joana...!" Giani jadi tertawa dibuatnya.
"Aku akan mengirim beberapa video lagi untukmu dan beberapa artikel yang berhubungan dengan itu. Oh ya untuk besok kau harus memakai pakaian seperti yang sudah kurekomendasikan untukmu ya?"
"Ok siap. Makasi Joana."
Gadis itu hanya melambaikan tangannya dan segera mengahiri panggilan telepon.
Giani menarik napas panjang. Giani, ayolah jadi gadis yang pintar.
**********
Giani sudah siap untuk pergi dengan Jero untuk membuat baju pengantin. Giani mengenakan rok jeans selutut dan kemeja biru. Rambutnya digulung ke atas dengan rapih. Ia mengenakan sandal hak dan tas selempang. Wajahnya diberikan make up yang tipis dan natural.
Saat ia keluar dari kamarnya, ia terkejut melihat Finly sudah menunggunya.
"Aku akan menemanimu memilih gaun pengantin."
Giani tersenyum. Ia mengangguk. Namun tangannya secara cepat mengirim pesan pada seseorang.
"Ayo, kak. Sepertinya Jero sudah datang!" Kata Giani lalu melangkah lebih dulu.
Apa yang akan Finly lakukan saat Jero dan Giani memilih gaun pengantinnya?
jangan lupa like, komen dan vote
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 149 Episodes
Comments
VS
iriii... bilang bos
2024-12-20
1
Diana diana
dasar pasangan gak tau maluuuuuu . .
2024-08-27
1
Siti Mujimah
aq ud pernah baca kyknya..bagus koq ceritanya
2023-08-02
1