Gak boleh kalah

Kimmy masih belum bisa percaya jika cowok di hadapannya itu adalah tutor barunya. Ini pasti ulah teman-temannya. Kemarin dia bilang di grup kalau papanya mencarikannya tutor baru. Ya, pasti mereka ngeprank, sengaja ngirim orang untuk pura-pura jadi tutor. Gak mungkin papanya mencari orang sembarangan untuk menjadi tutor, karena selalunya orang-orang yang sudah profesional.

Dia yang sedang pegang HP, langsung menghubungi papanya. Panggilan pertama tidak dijawab, baru pada panggilan kedua, panggilannya dijawab.

"Pah, ada yang datang, ngaku tutor baru," Kimmy bicara dengan tatapan mata yang masih terkunci pada Alfath.

"Iya, namanya Alfath."

"Apa Papa gak salah?" pekik Kimmy. "Dia masih sangat muda. Emang papa yakin, dia bisa ngajar aku?"

Busyet, nih cewek ngeremehin gue banget.

"Kamu selalu gak cocok sama tutor tua. Jadi Papa coba yang muda, kali aja klik. Bisa jadi tutor sekaligus sahabat."

Kimmy memutuskan sambungan telepon setelah mendapatkan kepastian dari sang papa. Dia memperhatikan Alfath dari atas ke bawah, lalu ke atas lagi.

"Gak pernah lihat orang genteng? Gitu banget liatnya."

Mulut Kimmy menganga lebar lalu tertawa mendengar ucapan Alfath. Sumpah, belum pernah dia ketemu cowok sepercaya diri itu. "Berapa umur kamu?"

"21."

"Kuliah?"

"Iya."

"Dimana?"

"Kenapa, mau nyamperin ke kampus gue?"

Lagi-lagi, Kimmy dibuat melongo. Cowok modelan apa sih yang di pekerjakan papanya ini.

"Lo naksir sama gue?" tanya Alfath.

"Hah! Coba ulangi," seru Kimmy. "Gak usah ke PD an ya."

"Biasanya, banyak nanya itu karena suka," Alfath tersenyum miring.

"Amit-amit. Cowok aku aja 1000 kali lebih cakep daripada kamu."

"Ya, gue percaya. Percaya banget kalau lo bohong." Alfath menutup mulutnya dengan telapak tangan agar tawanya tak pecah. Tapi percuma, tawanya tetap saja tak bisa ditahan.

"Gak usah ngomong elo gue disini. Ini Bandung, bukan Jakarta."

Alfath mencebikkan bibir. Cewek kalau udah kalah debat, ya kayak gini. Jadi merembet kemana-mana. Bahkan soal bahasa saja, sampai dikomentarin. Padahal intinya, paham juga dengan omongannya.

"Sepertinya, sesi perkenalannya sudah cukup. Dimana kita bisa mulai belajarnya?"

Kimmy menghela nafas panjang. "Aku lagi ngantuk, besok aja mulai belajar. Hari ini, aku bebasin kamu. Silakan pulang," dia menunjuk ke arah pintu.

"Terimakasih. Tapi maaf, aku bukan tipe penyuka sesama jenis, apalagi tipe pemakan gaji buta. Jadi, ayo kita mulai belajar!"

Kimmy pikir, tutor muda akan lebih mudah diakali, ternyata dia salah. Dan mau tak mau, dia menuruti kemauan Alfath. Dia mengajak Alfath menuju sebuah ruangan yang memang di desain papanya sebagai tempat dia belajar. Tempat itu seperti ruang kelas, ada white board, proyektor, laptop, serta sebuah bangku dengan 2 kursi. Yang paling menarik, disisi ruangan, berjejer rak buku yang isinya penuh. Entah buku apa saja yang ada disana.

"Rumah ini kayaknya sepi." Alfath memang tak melihat orang lain selain Kimmy dan art yang tadi membuka pintu sekaligus membuatkan dia minum.

"Iya, memang sepi. Kenapa, mau nyolong?"

Alfath berdecak pelan. Kemarin dia sempat kenalan dengan Pak Bram, dari yang dia lihat, pria itu baik dan sopan, tapi entah turunan dari mana, anaknya bisa gak ada sopan santun seperti ini. Caranya bicara dengan yang lebih tua, sangat tidak ada adab.

"Kita belajar di luar aja. Kayaknya lesehan di ruang keluarga enak." Kenapa dia bisa bilang seperti itu, karena tadi mereka melewati ruang keluarga sebelum masuk ke ruang belajar. "Vibes nya biar kayak lagi belajar kelompok."

"Serah." Kimmy memutar kedua bola matanya malas. Mau disini atau dimanapun, dia tak peduli karena sama saja, dia tetap enggan belajar.

Kimmy meletakkan laptop dan beberapa buku di atas meja. Sementara dia dan Alfath, duduk lesehan di karpet. Hari ini, Alfath memulai dengan mepel matematika. Dia ingin tahu lebih dulu, seberapa kemampuan Kimmy.

Dia mulai menjelaskan tentang materi di awal semester dua. Sementara dia sibuk menerangkan, Kimmy malah sibuk dengan ponselnya.

"Bisa ditaruh dulu gak?" Alfath menatap gadis yang menurutnya menyebalkan itu. Bahkan Alula saja, kalau di ajari tak semenyebalkan Kimmy.

Kimmy meletakkan ponselnya di atas meja. Kembali mendengarkan penjelasan Alfath. Tapi saat ada suara notifikasi, dia kembali lagi meraih benda pipih tersebut. Membalas chat teman-teman gengnya, sambil cekikikan.

Kesal karena kata-katanya tak gubris, Alfath merebut ponsel Kimmy.

"Apaan sih!" seru Kimmy. Dia hendak merebut kembali ponselnya tapi Alfath lebih dulu memasukkan ke dalam saku celana bagian depan. Dia fikir, Kimmy tak akan berani mengambil jika disana, tapi ternyata dia salah. Cewek itu tetap berusaha mengambil meski posisinya di tempat rawan.

"Anj_" Alfath hampir mengumpat saat tangan Kimmy menyentuh sedikit miliki nya. Tak mau cewek itu makin menjadi, dia terpaksa mengeluarkan ponsel tersebut. Tapi tak serta merta langsung menyerahkan. "Ponsel kamu aku sita." Dia memasukkan ponsel tersebut ke dalam tas.

"Gak bisa gitu dong," Kimmy berusaha menarik tas Alfath, hingga terjadilah, adegan tarik menarik. Sayangnya, tak berakhir dengan terjatuh bersama dengan posisi wenak, yang ada malah....

Alfath menatap nanar tali tasnya yang putus. Baru hari pertama ngajar, dia sudah rugi.

Bukannya merasa bersalah, Kimmy membuka tas milik Alfath, mengambil ponselnya yang ada disana. Alfath yang naik darah, langsung merebut ponsel tersebut.

"GUE SITA!" ucapnya penuh penekanan. Meletakkan benda pipih tersebut di sudut meja yang jauh dari jangkauan Kimmy. Disini, dia tutornya, jadi jangan sampai kalah dengan gadis tengil itu.

Setelah menarik nafas panjang lalu membuang perlahan, Alfath lanjut menerangkan. "Paham?" tanyanya di akhir kalimat?

Melihat Kimmy menggeleng, kepalanya seperti mau meledak. Padahal dia sudah mengulang dia kali dan menggunakan metode yang menurutnya sangat mudah, tapi...Ah sudahlah, lelah dirinya. Dia memberikan dua buah soal pada Kimmy.

"Kerjakan, aku mau ke toilet sebentar. Dimana toiletnya?"

Kimmy menjelaskan arahnya, lalu membiarkan Alfath pergi. Setelah cowok itu hilang dari pandangan, dia langsung mengambil ponsel. Kembali asyik chatingan dengan teman-temannya. Mendengar suara derap langkah, buru-buru dia mengembalikan ponsel di tempat semula lalu pura-pura tidur. Meletakkan kepala di atas meja, dengan berantalkan lengan.

Alfath mengerutkan kening melihat Kimmy tidur. Saat dia lihat, soal yang dia berikan sama sekali belum dikerjakan.

"Bangun!" titahnya. "Aku tahu, kamu cuma pura-pura. Buruan bangun dan kerjakan soalnya."

Kimmy bergeming, tetap dalam mode pura-pura tidur.

"Baiklah. Bangun, sesi ini sudah selesai. Aku ada urusan."

Mendengar itu, Kimmy langsung membuka mata dan mengangkat kepala. Buru-buru, dia mengemasi buku.

"Mau apa?" Alfath menahan tangan Kimmy.

"Kan udah selesai."

"Kata siapa?"

"Kata kamu barusan."

Alfath tersenyum miring. "Yang selesai, sesi pertama. Sekarang kita lanjut sesi berikutnya."

"Hah!" Kimmy langsung melongo. "Bu-bukannya kamu ada urusan?"

"Iya. Urusan ngajarin cewek bandel."

Terpopuler

Comments

Hopipah Mpw

Hopipah Mpw

bukan sahabat tapi pacar

2024-06-01

0

AnggieYuniar

AnggieYuniar

hahahahahaa hajaaarrr Al

2024-05-14

1

Yani Cuhayanih

Yani Cuhayanih

Bakal cinlok gk siiih

2024-05-06

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!