"Berhenti! Berhenti! Kumohon, apa yang aku lakukan hingga pentas mendapatkan perlakuan kejam seperti ini?."
Agung Sudrajat atau si Hakim dengan berderai air mata memohon padaku untuk tidak lagi melakukan kekerasan padanya. Mendengar perkataannya membuat sebagian besar tahanan merasa kesal.
“Kau bertanya kesalahan apa yang telah kau lakukan?.” Jo Wira membentak Agung. Sepertinya pemukulan sebelumnya belum cukup membuatnya puas menyiksa pria gemuk ini.
“Apa kau ingat padaku?.” tanya pemuda itu.
“Hah, memangnya kau siapa?.” Agung menjawab enteng sambil menahan rasa sakit di wajahnya.
Jawaban Agung seketika membuat emosi Jo Wira kembali meledak-ledak. Tapi aku segera menggunakan otoritas pemilik kontrak untuk membuatnya kembali tenang.
“Kau akan membunuhnya jika mendaratkan satu pukulan lagi padanya.” aku tidak akan membiarkan bajingan ini mati dengan mudah.
“Tidak pernah aku merasa sangat marah seperti ini setelah aku membalaskan dendam kedua orang tuaku.”
Aku meminta Bongsor membawa beberapa mayat Kobold yang telah dibongkar. Agung tidak mengerti saat melihat mayat Kobold dalam jumlah besar diletakkan di depannya.
“Tidak aku sangka akan menjadi seperti ini.”
Mengaktifkan kemampuan [Indigestion] yang aku tambahkan padanya, membuat Agung mulai merasakan rasa sakit luar biasa pada perutnya, membuat pria gemuk itu jatuh meringkuk di tanah sambil merintih kesakitan .
“Andai saja aku tahu lebih awal jika sifatmu seperti itu, aku pasti akan segera membunuhmu. Tapi sekarang itu tidak mungkin terjadi. Karena itu aku akan membuatmu membayar karena telah menipuku.”
Berikutnya aku mengaktifkan skill [Rapacious] yang merupakan kemampuan dari job Grafter. Kemampuan ini membuat pemegang job menjadi sangat rakus.
Agung menatap tumpukan mayat Kobold di depannya bukan lagi dengan tatapan jijik. Kerakusan membuatnya merasa rasa lapar yang luar biasa.
“Makanlah. Kau merasa lapar bukan?.”
Dia tidak mendengarkan dan hanya menatap, hingga aku merasa kesal lalu menarik kepalanya dan melemparnya ke tumpukan mayat.
“Makan!”
Dengan efek [Spirit Wisper] aku memaksanya untuk memakan mayat. Awalnya dia merasa enggan, tetapi setelah melakukan beberapa gigitan, kecepatannya menyantap mayat monster semakin meningkat.
Tanpa ragu dia mematahkan tangan dan kaki untuk disantap dengan lahap, menghancurkan tempurung kepala untuk diminum jus otaknya. Sekarang tumpukan mayat Kobold terlihat seperti prasmanan baginya.
Beberapa tahanan merasa mual dengan pemandangan itu, sedangkan yang lainnya merasakan kagum melihat kecepatannya memakan semua mayat.
Meskipun dia terus makan untuk memuaskan kerakusannya, tapi dia tidak sedikitpun merasa senang karena skill [Indigestion] membuat semua yang masuk kedalam perutnya layaknya bara api.
Olivia yang merasa tidak tertarik melihat orang mukbang berniat untuk pergi. Tapi dia terhenti saat melihat luka di wajah Agung akibat pukulan secara perlahan mulai mengalami regenerasi. Hingga ketika semua mayat hampir habis dia makan, seluruh luka Agung telah sembuh sepenuhnya.
“Lihat, dia menyukai dagingnya.” ucap Jumanto.
“Dia hanya takut dibunuh dan dijadikan zombie.” balas Jhony Inoe.
“Apa kalian tidak berpikir ada yang aneh?” Jo Wira bergabung dalam percakapan, “Maksudku apa kalian tidak merasa aneh melihat tumpukan mayat itu menghilang kedalam mulutnya?.” lanjutnya.
“Apa yang aneh? Bukanlah wajar bila manusia segemuk dia memiliki nafsu makan yang besar?.” Jumanto berpikir tidak ada yang aneh.
“Apa kau serius berpikir tidak ada yang aneh?.” Jo Wira ragu jika pria yang suka membongkar mayat itu mengerti keadaan saat ini.
“Ya, aku juga berpikir ada sesuatu yang aneh.” mendengar perkataan Jhony Inoe membuat Jo Wira merasa senang karena berpikir bukan dirinya saja yang masih waras di kelompok ini.
Sementara itu Agung yang dari tadi terus makan akhirnya hanya hanya tersisa satu potong kepala Kobold untuk dua makan. Dengan perasaan muak karena makan terlalu banyak, Agung membuka mulutnya lebar-lebar untuk menelan kepala Kobold secara utuh tanpa dikunyah.
Setiap orang yang melihatnya merasa heran melihat mulut Agung terbuka begitu lebar seperti mulut ular.
Glup! Dia bersendawa setelah makan begitu banyak, tapi ketika berpikir penyiksaan telah berakhir, tiba-tiba seonggok mayat manusia jatuh dihadapannya. Kali ini bukan hanya Agung melainkan semua orang menatap ke arahku dengan keterkejutan.
“A.... apa kau mau aku memakan ini? Mayat manusia!.”
“Tidak, kau harus menelannya.”
Meskipun dia tampak ragu, tapi aku bisa merasakan jika Agung tidak akan segera memakan mayat tahanan yang mati demi menghilangkan sakit perutnya.
“Bukankah kau mengatakan akan membangkitkan tahanan itu seperti yang kau lakukan pada Jo Wira?.” tanya Olivia.
“Ya, tapi tidak sekarang karena bagian vital mayat itu hilang.” aku menunjuk bagian kepala mayat itu yang tidak ada ditempatnya. “Seekor Kobold pasti telah menahannya.”
Mayat dengan keadaan yang tidak lengkap terutama area vital seperti kepala akan sulit untuk dihidupkan. Karena itu aku memutuskan untuk menunda menghidupkan kembali tahanan tersebut sampai menemukan pengganti kepalanya.
Menuruti perintahku, Agung mengambil mayat itu untuk dimakan. Tapi aku segera memerintahkannya berhenti lalu meminta Jo Wira menghajarnya.
Jo Wira merasa aneh saat pukulannya menghantam tubuh Agung. Dia merasa seperti sedang memukuli sesuatu yang lembut seperti daging penuh lemak, membuat pukulannya tidak begitu berdampak.
“Apa... apa salahku! Bukanlah kau yang menyuruhku memakan mayat itu?.” Agung meringkuk di tanah ketika Jo Wira terus melayangkan pukulannya dengan lebih kuat.
Aku yang kesal mendengar perkataan Anggun segera meminta Jo Wira berhenti. Meskipun pemuda berambut merah itu masih merasa belum puas tapi dua tidak akan membantah perkataanku.
“Apa kau tuli? Apa efek dari skill penyembuhan mu tidak mampu memperbaiki pendengaranmu?”
Agung menjerit kesakitan saat aku menginjak kepalanya yang terus dia sembunyikan. Setelahnya aku menarik rambutnya afar dia menatap mengangkat wajahnya dan melihatku. Dengan air mata yang mengalir deras, wajah penuh ketakutannya terlihat sangat menjijikkan.
“Aku mengatakan jika kau harus menelannya, apa menurutmu memakan dan menelan adalah kata kerja yang sama?.”
“A... aku aku mengerti kumohon berikan aku kesempatan....” tanganku mencengkram kepalanya dengan kuat hingga menimbulkan suara retakan, dara mengalir membasahi wajahnya.
“Aaaa... kumohon kumohon akan aku lakukan apapun yang kau katakan!.”
Darah mengalir dari telinga, hidung, dan mulut. Bahkan air mata pun berganti menjadi warna merah. kepalanya bisa aku ledakan dengan mudah, tapi akan merugikan jika aku melakukannya itu.
“Lakukan dengan satu kali percobaan.” ucapku dengan penuh intimidasi. Dengan putus asa Agung menggerakkan matanya sebagai tanda terimakasih.
Setelah kepalanya aku lepaskan Agung segera mengambil mayat tahanan. Dia membuka lebar-lebar mulutnya lalu secara perlahan memasukkan seluruh mayat kedalamnya dengan susah payah.
Beberapa tahanan takjub dengan tindakan Agung yang memakan mayat secara utuh tanpa minum air. Pria itu terbatuk-batuk setelah berhasil melakukannya, dia merasakan tubuhnya semakin besar dengan banyaknya makanan di perutnya.
“Kerja bagus, sekarang pastikan agar mayat itu tetap utuh di dalam perutmu.” seketika perasaan lega yang Agung rasakan kembali menghilang. Bagaimana mungkin dia bisa memastikan sesuatu yang telah dimakan tetap utuh di dalam perutnya.
“Gunakan kepalamu, dasar Fatpork!.”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments