“Radit, cepat!” teriak Lena menepuk bahu pria itu sambil menatap ke belakang.
Sosok itu sudah beranjak turun dan sekarang melayang pelan ke arah Lena dan Radit. Masih mencoba membuka pintu dan berteriak serta mengetuk dari dalam, sampai akhirnya ada suara dari luar. Radit mundur membuat Lena pun ikut mundur lalu berlari keluar sambil teriak.
“Tutup!’ teriak mereka berdua membuat panik petugas kamar jenazah dan segera menutup kembali.
“Kalian kenapa?”
Nafas Radit masih memburu, hanya mengulurkan tangannya seakan meminta petugas tadi untuk sabar. Lena mengucapkan terima kasih sudah membuka pintu dan menolong mereka. Tatapan Radit mengarah pada brankar yang rodanya mulai berputar pelan.
“Dok, ayo!” teriak Radit lalu menarik tangan wanita itu.
“Radit.”
“Ssttt.” Radit terus berlari, tangannya masih menggenggam tangan Lena.
Saat melewati area di mana orang lalu lalang, mereka menghentikan langkah gegas dan berjalan biasa. Sampai akhirnya tiba di lobby dan Lena menanyakan tujuan mereka.
“Gue juga nggak ngerti, kita harus kemana,” sahut Radit frustasi
“Kita ke lokasi penemuan jenazah, cari identitas perempuan itu di sana. Teman kamu bilang di kubur di sana juga ‘kan?”
“Ah betul, Deo memang bilang begitu. Dia sempat mencari sesuatu di sana, tapi katanya nggak ketemu.”
“Oke, kita ke sana, tapi bisa kamu lepaskan dulu,” ujar Lena mengangkat jemari tangan kirinya yang digenggam oleh Radit.
“Eh, maaf, Dok.” Radit melepaskan tangannya. Entah terbawa suasana atau memang tidak menyadari karena sangking takutnya. Dipikirannya ia sudah seperti pasangan tokoh utama yang akhirnya saling jatuh cinta, meski itu diawali dengan adegan horor atau action.
“Kalau lagi nggak bertugas, panggil aku Lena.”
“Ya nggak sopan, dok.”
“Kayaknya umur kita nggak jauh, berapa umur kamu?”
“Dua tujuh.”
“Oh, lebih tua saya empat tahun.”
“Mbak … Lena, gimana?” tanya Radit sambil menggaruk kepalanya.
“Terserah kamu, kita ke pemakaman naik apa?”
“Hm, naik motor saya aja biar lebih cepat.”
Radit dan Lena menuju parkiran. Ponsel Radit berdering, ternyata panggilan dari Karta. Mengabarkan kalau Deo sudah sadar dan kembali histeris.
“Pastikan dia aman, jangan lengah sedikitpun. Dia bisa kerasukan dan melukai diri sendiri, gue lagi otw untuk cari identitas hantu itu.”
“Kok hantu sih, ini sebenarnya Deo kenapa?” tanya Karta di ujung sana.
“Lo kerjakan saja yang gue minta. Oh iya, jangan lupa berdoa. Bacakan ayat suci, kalau lo nggak hafal putar aja dari ponsel.” Radit mengakhiri panggilan.
Lena menghentikan langkahnya, mereka sudah tiba di parkiran khusus motor. Tangan wanita itu menunjuk ke salah satu motor.
“Itu motor kamu?” tanya Lena dan Radit membalas dengan anggukkan kepala.
“Kok tahu sih, itu motor gue.”
“Ada yang duduk di atas motor kamu, hantu tadi,” ucap Lena lirih.
“Hahh!”
“Mungkin dia ganggu kamu karena motor itu.” Lena mendekat dan menunduk untuk mengambil sejumput tanah lalu komat kamit dan dilempar kepada sosok yang duduk dengan kepala menunduk di atas motor Radit.
Sosok itu menjerit lalu hilang.
“Masih ada?” tanya Radit lagi karena dia tidak bisa melihat sosok itu.
“Sudah pergi, kayaknya motor kamu ada hubungannya dengan kematian perempuan itu.”
“Motor gue,” gumam Radit.
“Ayo,” ajak Lena sudah naik di atas motor.
***
Motor Radit sudah terhenti tidak jauh dari gerbang pemakaman. Gelap, hanya ada satu lampu untuk penerangan di depan gerbang, itu pun wattnya kecil. Lena sudah turun dan menatap sekeliling tempat tersebut. Garis polisi yang terpasang sudah jatuh ke tanah seluruhnya.
Sudah lewat dari jam sembilan malam, Radit pun menghubungi seseorang.
“Halo, Bang. Kayaknya gue nggak bisa masuk. Sekarang masih ada urusan. Kalau beres secepatnya ….”
“Parah lo, gue masih takut nih gara-gara semalem," sahut Zul diujung sana.
“Minta bantuan aja bang, bilang aja darurat. Yang gue lakukan sekarang, agar kita nggak diganggu lagi.”
“Radit,” panggil Lena.
“Udah dulu, Bang.” Radit mengakhiri panggilan dan menghampiri Lena.
“Mayat itu ditemukan di sebelah sana dan teman kamu kubur barang milik perempuan itu tidak jauh. Sudah lebih dari satu minggu, sudah tidak akan terlihat bekas galiannya,” tutur Lena.
“Kita cari,” ujar Radit menghidupkan cahaya dari ponsel lalu berjalan menunduk mencari gundukan tanah yang menurutnya tidak wajar. Lena pun melakukan hal sama, mereka mencari di area berbeda. Mengabaikan rasa takut berada di tempat tidak biasa.
“Dit, kemari!”
Radit berbalik dan agak berlari menghampiri Lena yang sudah berjongkok sambil menyinari tanah di hadapannya.
“Lihat ini!” Radit ikut berjongkok menatap area yang sama.
“Menurut kamu ini tali apa?”
Ada tali hitam menonjol, ditarik oleh Radit dan agak sulit. Ia pun menatap sekeliling dan menemukan batu agak runcing lalu menggali area tadi. tidak sampai tiga puluh sentimeter, mereka menemukan sesuatu. Tali tadi adalah tali sebuah tas, juga goody bag yang sudah sama-sama kotor dan basah.
“Mungkin ini milik perempuan itu,” gumam Radit.
“Cepat buka!”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 28 Episodes
Comments
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝑹𝒂𝒅𝒊𝒕 𝒋𝒅 𝒅𝒆𝒕𝒆𝒌𝒕𝒊𝒇 𝒔𝒆𝒕𝒂𝒏 𝒚𝒂 😄😄
2024-10-30
0
novita setya
jobdesk petugas kamar mayat
side job detektip tiban
/Smirk/
2024-06-19
0
Zuhril Witanto
deg degan
2024-05-11
0