13 ~ Antar Aku Pulang

“Lo percaya, Deo mencelakai dirinya dengan lompat dari lantai tiga?” tanya Karta sambil berbisik, saat adik Deo berada di toilet.

Radit hanya mengedikan bahunya. Ia tidak bisa berkomentar apapun, karena tidak menyaksikannya. CCTV menjelaskan kalau Deo berlari keluar dari kamar lalu menaiki tangga menuju rooftop. Tidak ada kamera di lantai tiga, tidak lama pria itu terjatuh. Dugaan sementara mengarah pada Deo memang berusaha mencelakai dirinya. Padahal kejadian sebenarnya, pria itu dikejar oleh sosok yang sama dengan yang mengganggu Radit.

“Baiknya kita tanya aja, sebenarnya Deo ada masalah apa,” ujar Karta dan Radit hanya mengangguk pelan.

Kedua pria itu langsung mengutarakan pertanyaan yang membuat mereka resah. karena Deo tertutup dengan masalah yang sedang dia hadapi sedangkan penampilan dan sikap pria itu terlihat jelas kalau ada persoalan.

“Masalah?”

Radit dan Karta mengangguk.

“Apa ya, gue nggak tahu Deo lagi ada masalah apa. Ceweknya kerja di luar kota dan kita udah hubungi tadi siang, mungkin lusa baru ke sini karena harus pengajuan cuti.”

Radit menghentikan Karta yang akan bertanya lebih dalam, jelas keluarga tidak tahu. Jadi, mereka harus cari tahu … sendiri.

“Kerja lo sampe jam berapa?” tanya Karta saat Radit pamit undur diri.

“Besok pagi, jam enam. Lo nginep di sini ‘kan?” Karta mengangguk pelan. “Kabari gue kalau ada kemajuan atau apapun,” seru Radit lalu menepuk bahu Karta.

Sempat mampir ke toilet untuk berganti seragam kerja dan tiba di kamar jenazah, tiga puluh menit sebelum jam kerja dimulai.

“Nah, ini dia orangnya,” seru Zul saat melihat Radit datang.

“Kenapa?”

“Tadi dokter Lena nungguin lo, barusan pergi. Nggak tahu deh balik lagi apa nggak. Lo lagi pedekate ya sama dia?” tanya Zul dan dijawab Radit dengan decakan.

Zul terkekeh lalu menepuk punggung Radit. “Hebat lo, baru kerja beberapa hari udah bisa buat seorang dokter rela nungguin lo.”

Radit mengabaikan Zul yang mengejeknya. Urusan dengan Lena memang karena masalah Deo dan gangguan makhluk tak kasat mata, meskipun sebagai pria normal Radit mengakui kalau Lena sebenarnya menarik dan cantik.

Kali ini hanya ada mereka bertiga bertugas malam ini, salah seorang rekannya tidak masuk kerja karena sakit. Jika shift satu jumlah sebanyak lima orang, berbeda ketika shift dua dan tiga hanya empat orang. Kondisi kamar jenazah masih agak ramai, karena baru saja ada jenazah dibawa keluarganya setelah dimandikan.

Radit membantu pemandi jenazah membereskan perlengkapan. Zul dan rekan yang satunya sudah membawa brankar untuk menjemput jenazah pasien yang meninggal di meja operasi.

“Pak, nggak buru-buru ‘kan? Tanya Radit pada pria yang bertugas memandikan jenazah.

“Kamu takut sendirian?”

“wajar kali pak, kalau saya takut. Sendirian di tempat begini,” sahut Radit membela diri.

“Saya tungguin sampai teman kamu kembali ya,” ujar pria itu lalu beranjak ke depan ruangan, duduk di kursi tunggu sambil mengeluarkan rokok.

Sedangkan Radit sudah berada di meja administrasi, mencatat kejadian sesuai prosedur. Jam dinding sudah menunjukan pukul sebelas malam, cukup hening suasana tempat tersebut. Sayup-sayup terdengar lagi suara tangisan dari dalam lemari pendingin, di mana jenazah disimpan.

Tangan Radit yang memegang pulpen berhenti menulis dan memastikan pendengarannya. Terdengar lagi suara tangisan, begitu lirih bahkan sampai membuat bulu kuduk merinding.

“Mas, saya duluan ya. Udah ditunggu istri saya.” Pak Amat -- pemandi jenazah, beranjak dan siap pergi.

“Eh, pak. Tunggu,” ujar Radit beranjak dari meja administrasi.

“Maaf Mas, saya lupa kalau saya buru-buru.”

“Bapak dengar suara tadi ‘kan?” tanya Radit lagi.

Pak Amat menatap ke arah pintu ruang jenazah, lalu menggelengkan kepalanya.

“Nggak mas, saya nggak dengar apapun. Permisi,” ujarnya lalu bergegas pergi bahkan agak berlari.

Radit menghela nafas pelan, lalu menoleh ke arah pintu. Ingin kembali ke dalam meneruskan pekerjaannya, tapi ragu. Hanya sendirian begini, rasa takutnya semakin menjadi. Apalagi dia belum sempat mendapatkan doa yang bisa dibaca untuk menghindari gangguan jin dari Ibunya.

Srek.

“Hah.”

Radit berbalik karena merasa ada suara dari arah belakangnya, tidak ada siapapun dan apapun.

Srek.

Ada suara lagi dari arah belakangnya, membuat Radit kembali berbalik. Nafasnya mulai memburu, detak jantungnya sudah berdebar kencang. bulu kuduknya merinding hebat, tanda ada makhluk lain disekitarnya.

“Jangan ganggu gue, kita sudah beda alam dan gue nggak kenal sama lo.”

“Hiks ….”

“Hah.”

Radit kembali berbalik, sosok perempuan yang akhir-akhir ini mengganggunya dalam posisi jongkok dengan tangan menutup wajahnya. Tidak terlihat apakah telapak kakinya menyentuh tanah atau tidak. Tubuh itu berguncang karena isak tangis,

“Aku … mau pulang.”

“Gue nggak bisa antar lo pulang, jangan ganggu gue,” ujar Radit dengan suara terbata karena gemetar.

Wajah makhluk itu perlahan terangkat dan menatap Radit.

“KAMU HARUS ANTAR AKU PULANG!!!!”

Terpopuler

Comments

💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕

💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕

𝒑𝒆𝒏𝒈𝒆𝒏 𝒅𝒊𝒂𝒏𝒕𝒆𝒓 𝒑𝒖𝒍𝒂𝒏𝒈 𝒑𝒂𝒌𝒆 𝒎𝒐𝒕𝒐𝒓 𝒌𝒂𝒎𝒖 𝑹𝒂𝒅𝒊𝒕 𝒔𝒆𝒕𝒂𝒏𝒏𝒚𝒂 😅😅

2024-10-30

0

novita setya

novita setya

nahlo pergi sendiri plgnga mnt dianterin..mandja niih hantu😭😭

2024-06-19

0

☠ kiky ᶜᵒᵒᵏᶦᵉ

☠ kiky ᶜᵒᵒᵏᶦᵉ

nah kan mbak kun nya marah karna gak mau di anterin pulang dit

2024-06-02

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!