11 ~ Tangisan Arwah

Ketiga pria itu sudah meninggalkan pemakaman dan berada di pinggir warung pinggir jalan tidak jauh dari tempat tadi. Deo yang duduk di kursi kayu menundukan wajahnya, mengabaikan cecaran pertanyaan dari Karta.

Radit duduk di atas motor Karta memandang kedua sahabatnya. Saat di pemakaman tadi, Deo masih berteriak ketakutan. Bahkan saat Karta menghampiri dan menyadarkannya harus dengan tamparan.

“Kalau lo bungkam terus, kita nggak tahu harus gimana bantu lo,” ujar Karta berusaha menekan kalimatnya agar tidak terdengar emosi.

“Kalian tidak usah ikut campur, biar ini jadi urusanku.”

“Kalau lo nggak mau kita-kita ikut campur, jangan tunjukan masalah lo di depan gue dan Radit,” teriak Karta yang mulai emosi.

“Woy, kalem. Ini tengah malam,” ujar Radit menengahi lalu mendekati Deo dan berdiri di hadapan pria itu. “Gue nggak ngerti kenapa lo mesti rahasiakan masalah lo. Yang jelas gue juga diganggu hantu itu.”

Kalimat itu akhirnya membuat Deo mengangkat wajahnya menatap Radit yang masih berdiri dengan tatapan datarnya.

“Lo diganggu juga?” tanya Deo.

“Hm.”

“Tapi … kenapa bisa?”

“Mana gue tahu. Nggak ada nyali buat tanyain masalah itu, kalau dia sudah datang yang ada gue rasanya mau semaput.”

Deo berdecak lalu mengusap kasar wajahnya dan terlihat gusar. Entah apa yang dirahasiakan oleh pria itu, Radit sebenarnya memiliki asumsi lain di benaknya. Namun, masih mempercayai sang sahabat dan memilih memendam praduganya.

“Gue harap lo nggak ada hubungannya dengan kematian perempuan itu, sampai dia tidak tenang. Bahkan arwahnya sering menangis dan itu cukup mengganggu.”

“Ini sebenarnya kalian bicarakan apa sih? Hantu, arwah, kematian, sebenarnya kalian ngomongin siapa?” tanya Karta bingung.

“Cuma Deo yang tahu,” sahut Radit. “Ayo cabut, udah malam,” ajaknya pada Karta.

Deo pun ikut beranjak. Pria itu menolak diikuti oleh Karta yang akan memastikan sampai rumah, Radit akhirnya mengajak Karta kembali ke kosan dan mengabaikan Deo yang masih kukuh dengan pendiriannya.

Dalam perjalanan Karta terus mengoceh mempertanyakan masalah hantu dan arwah yang tadi sempat dibahas oleh Radit dan Deo, tapi Radit memilih bungkam. Saat tiba di kostan, Karta sempat turun dari motor memastikan keamanan tempat tersebut bersama salah seorang penjaga.

“Kenapa masih di sini?” tanya Karta yang melihat Radit masih berdiri di depan kamarnya.

Sedangkan Radit berdiri mematung bukan tanpa alasan, lagi-lagi sosok itu muncul di sana. namun, menghilang saat Karta datang.

“Ayo, masuk!”

***

Esoknya, Radit bangun kesiangan. Hampir pukul sembilan ia baru terjaga dari tidurnya. Entah di mana Karta, mungkin saja sedang membeli sarapan atau menemui pemilik rumah kost yang masih kerabat dengannya.

Ia membuka ponsel dan mengirimkan pesan pada dokter Lena. Menanyakan perihal sosok yang bisa muncul di mana-mana. berharap wanita itu bisa memberikan petunjuk atau solusi, karena ia benar-benar awam masalah mistis. Menunggu sudah lebih dari sepuluh menit, pesannya belum juga dibaca oleh Lena. Ia pun beranjak hendak pulang, apalagi Karta masih belum terlihat juga.

Tiba di komplek tempatnya tinggal, tepatnya saat melewati kediaman keluarga Amel. Radit menepi karena ada Andra di sana.

“Gimana Bro, kerja betah nggak?”

“Betah nggak betah sih,” jawab Radit.

Andra terkekeh. “Aman aja ‘kan?” Radit hanya mengedikkan bahu. “Banyak-banyak istighfar, kalau lihat yang tak kasat mata. Baca juga doa atau surat untuk mengusir jin.”

“Emang ada doa yang kayak gitu?”

“Ada, tanya aja sama nyokap lo.”

Jangankan untuk menanyakan doa yang dimaksud Andra, setelah mengucap salam saat masuk ke rumah. Ibu Salma langsung mencecar Radit karena masih bergaul dengan Deo dan Karta.

“Bu, mereka tidak ada pengaruh buruk untuk aku. Nggak ada tuh ngajak macam-macam, aku sama Karta semalam tidur malah bangun kesiangan. Deo pulang ke rumahnya.”

“Perasaan Ibu tidak enak. Ibu hanya takut kamu kenapa-napa.”

“Nggak Bu. Justru ibu harus khawatir dengan pekerjaan aku sekarang,” tutur Radit.

“Khawatir bagaimana, pekerjaan kamu sekarang paling aman. Karena nggak mungkin kamu dimakan sama orang mati,” ungkap Ibu dan sukses membuat Radit berdecak.

“Denger arwah nangis aja udah bikin ketar-ketir apalagi sampai orang matinya bangun terus makan orang. Ibu ada-ada aja deh.”

“Arwah menangis?” tanya Ibu dan Radit hanya mengangguk pelan. “Semalam,” ucap Ibu dan menjeda ucapannya. “Ibu seperti mendengar ada suara tangisan dari kamar kamu. Pikir Ibu kamu bolos kerja dan sedang main ponsel. Waktu ibu cek, tidak ada siapapun. Suaranya tangisan itu terdengar di depan kamar kamu. Ibu keluar untuk melihat ada siapa, tapi … tidak ada siapapun.”

Radit masih bergeming setelah mendengar cerita ibunya. Kenapa gangguan itu muncul di manapun dan ap hubungan dengannya?

 

 

 

 

 

 

 

Terpopuler

Comments

💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕

💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕

𝒂𝒂 𝑹𝒂𝒅𝒊𝒕 𝒅𝒊 𝒅𝒂𝒕𝒂𝒏𝒈𝒊𝒏 𝒂𝒓𝒘𝒂𝒉 𝒄𝒆𝒘𝒆𝒌 𝒊𝒕𝒖 𝒌𝒂𝒓𝒏𝒂 𝑫𝒆𝒐 𝒔𝒆𝒎𝒑𝒂𝒕 𝒑𝒊𝒏𝒋𝒂𝒎 𝒎𝒐𝒕𝒐𝒓 𝑹𝒂𝒅𝒊𝒕 𝒚𝒂 🤔🤔

2024-10-30

0

Fitri nur Jannatin

Fitri nur Jannatin

apa karena Deo melakukannya pakai motor Radit ya, atau juga karena Radit bisa melihat begituan jadi mau minta tolong ke Radit

2024-08-19

0

Rahmat Asward

Rahmat Asward

aduh...alur ceritanya bikin deg2an aja..ampe bulu di jempol kaki meronding...

2024-06-06

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!