Antara bingung, lelah, lapar dan mengantuk, Radit memilih langsung beristirahat setelah membersihkan diri. Hal-hal lain bisa ia lanjut pikirkan esok. Sempat khawatir kalau akan ada gangguan lagi. Nyatanya semalaman ia tertidur pulas. Bahkan bangun kesiangan dan itupun dibangunkan oleh Ibu Salma.
“Jangan dibiasakan kesiangan, sholat subuh lewat terus.”
Radit hanya mendengarkan nasihat ibunya, memilih fokus dengan menu sarapannya.
“Eh iya, gimana kerja kamu yang sekarang?”
Berusaha menelan apa yang sedang dikunyah lalu meneguk air minum sebelum menjawab pertanyaan ibunya.
“Kalau boleh jujur ya bu, aku sebenarnya … takut.”
“Takut gimana?”
“Ya takut aja, baru hari pertama kerja udah ada yang mengetuk pintu dan nangis-nangis.”
“Itu sih manusia. Mana mungkin jenazah bisa menangis apalagi ketuk pintu.”
“Nggak ngerti Bu, yang jelas aku merasakan begitu,” ungkap Radit tidak ingin memaksakan apa yang ia rasakan pada sang ibu.
Hari ini ia berencana menemui Karta sebelum ke rumah sakit, semalam pria itu masih saja mengeluhkan masalah Deo. Tentu saja keinginan ini tidak disampaikan pada Ibunya, karena menurut wanita itu pergaulan mereka tidak baik.
Berharap tugasnya hari ini tidak ada masalah atau kendala apapun, termasuk juga gangguan yang menurut Bang Zul hanya ingin kenalan. Kalau yang ingin kenalan adalah gadis cantik mungkin lain cerita, tapi ini beda.
***
“Bro, kemari bro,” ujar Karta ketika melihat Radit datang.
“Kenapa sih?” tanyanya bingung.
“Tuh lihat,” ujar Karta lagi sambil menunjuk Deo yang berbaring di karpet sambil memeluk bantal. “Masih tidur dia, semalaman ketakutan kayak orang gila. Gue telpon adiknya, lagi di luar kota ada acara.”
“Ketakutan, gimana?”
“Dia kayak yang di ganggu gitu, tapi nggak tahu diganggu apa. Cuma bilang jangan ganggu gue, lo udah mati. Menurut lo, Deo diganggu setan apa stress ya?”
Radit hanya mengedikan bahunya tidak mengerti.
“Lo kerja jam berapa?”
“Setengah satu gue cabut,” jawab Radit.
Tidak lama Deo pun menggeliat pelan dan mengerjap karena terjaga. Saat beranjak duduk, terlihat wajah yang masih mengantuk dan lelah.
“Lo kenapa?” tanya Radit.
Deo hanya menggelengkan kepalanya.
“Mending lo ngomong dah, gue ngeri lihat lo kayak semalam atau pulang deh kalau nggak jelas gitu,” ujar Karta.
“Gue … nggak tahu, tapi sosok itu beberapa malam ini sering datang mengganggu.”
Karta dan Radit saling tatap mendengar pengakuan Deo. Entah sosok apa yang dimaksud olehnya.
“Sosok apaan?” tanya Karta.
“Hantu atau setan, apalah itu namanya. Yang jelas dia bukan manusia karena sudah mati.”
“Dari mana lo tahu sosok itu bukan manusia?” kali ini Radit yang bertanya.
“Eng … dia melayang. Mana ada manusia bisa melayang.”
“Terus, kenapa ganggu lo doang. Gue malah nggak lihat sama sekali waktu lo ketakutan.”
Radit menepuk bahu Karta. “Jangan songong, kalau itu setan bener nampakan diri yang ada lo semaput.”
Obrolan mereka masih berlanjut, masih menjadi misteri kenapa sosok itu hanya mengganggu Deo. Radit tidak menceritakan kisah mistisnya didatangi sosok perempuan juga gangguan yang dirasakan saat bekerja.
“Kalau memang masih diganggu terus, ya lo temui orang yang bisa usir makhluk itu. Kita nggak ada yang ngerti masalah begituan,” usul Radit sebelum ia pamit.
Saat tiba di kamar jenazah, ternyata agak ramai karena ada proses memandikan jenazah dan pihak keluarga yang mendampingi. Masih bersama Zul dan seorang rekan lagi, Radit sudah mengganti seragam yang ia baru dapatkan tadi. sejenis wearpack, bawahannya menggunakan celana bahan yang memang ia pakai sejak dari rumah.
Saat ganti shift, tepat saat jenazah yang tadi dimandikan dibawa pulang menggunakan mobil jenazah.
“Siang, oh baru ganti shift ya,” ujar seorang wanita yang mengenakan jas dokter lalu berbicara dengan Zul.
Dengan kacamata dengan rambut yang dikuncir ekor kuda, tapi sebagai pria normal Radit yakin kalau wanita itu sebenarnya cantik meski dengan penampilannya dan tanpa polesan make up.
“Kenalin dulu dok, ini Radit. Staf baru di sini,” ujar Zul.
Radit pun mengulurkan tangannya, disambut oleh wanita itu.
“Lena,” ujar wanita itu.
“Dia dokter ahli forensik, masih baru juga baru sebulanan ya dok,” ujar Zul.
“Iya ini bulan kedua aku di sini,” ujar Lena membuka dokumen yang dia bawa. “Tolong siapkan jenazahnya ya,” titah Lena, jelas ditujukan pada mereka yang bertugas.
“Siap, ayo Dit. Lo harus melihat proses otopsi, biar ngerti apa yang mesti dilakukan,” ungkap Zul. “Tapi hati-hati ya, Dokter Lena pernah kesurupan dan bicara sendiri. Ada yang bilang dia agak aneh, tapi menurut gue dia punya kelebihan berkomunikasi dengan makhluk gaib,” ujar Zul agak berbisik.
Sambil mengamati dan membantu, Radit mendengar Zul yang menjelaskan kalau tadi pagi ada jenazah masuk dan perintah otopsi dari pihak kepolisian.
“Kayaknya korban pembunuhan ya,” gumam Zul.
“Bang, ada pasien meninggal,” ujar staf lain.
“Dit, lo temenin dokter Lena ya. Gue ke bangsal mengambil jenazah. “
Bukan hanya ada Dokter Lena, tapi juga seorang dokter pria yang sudah paruh baya. Sepertinya dokter senior. Pria itu berbicara pada Lena, bahasanya banyak mengandung istilah kedokteran. Sudah mengenakan pakaian standar untuk proses pengurusan jenazah, termasuk masker, sarung tangan dan penutup kepala.
Radit berdiri tidak jauh menunggu arahan.
“Astagfirullah,” ujar Lena ketika memandang jenazah yang terbujur kaku di hadapannya.
Dokter pria di sampingnya menoleh ke arah wanita itu.
“Fokus Lena. Tenangkan dirimu!”
Radit menatap dokter Lena yang sedang berkomat kamit, sepertinya membaca doa.
“Iya Dok, mari kita mulai.”
Baru kali ini ia menyaksikan proses otopsi dan sedang memegang kamera untuk mengabadikan beberapa bagian atau proses kegiatan sesuai perintah dari kedua dokter tersebut.
“Mas Radit, fotokan yang ini!” titah Lena.
Lalu terdengar suara benda terjatuh dari area sebelah, tempat memandikan jenazah. Radit menyibak tirai penutup, hendak mengecek barang apa yang jatuh.
“Mas, biarkan saja dulu. Tolong fokus ke sini,” titah dokter Lena lagi.
“Kamu dengar kata dia, bisa jadi di sana ada makhluk gaib. Lena bisa lihat yang kayak gitu,” ujar dokter senior yang sedang fokus dengan kegiatannya.
“Serius, dok?” tanya Radit pada dokter Lena.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 28 Episodes
Comments
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝒃𝒆𝒏𝒂𝒓" 𝒖𝒋𝒊 𝒏𝒚𝒂𝒍𝒊 😱😱
2024-10-30
0
trendy muradji
uji nyali betul
2024-06-11
1
Zuhril Witanto
ternyata dokternya bisa liat...ngeri ngeri sedep
2024-05-10
0