5 ~ Tolong Aku (2)

Radit mengucek kedua matanya, memastikan penglihatan ke arah kedua telapak kaki perempuan itu. Penerangan dari lampu agak silau karena ada kilatan petir. Namun, ia memastikan lagi kalau kedua kaki perempuan itu tidak … menapak di tanah.

Mendadak bulu kuduknya merinding hebat. Tubuhnya seakan berat dan kaku.Jelas yang di depannya bukan manusia. Meskipun belum pernah melihat langsung apalagi berinteraksi dengan makhluk tak kasat mata, tapi Radit yakin sosok ini adalah makhluk tak kasat mata.

Perlahan ia menggeser duduknya mundur, padahal ingin sekali segera berdiri dan berlari dari sana. Tentu saja tidak bisa karena tubuhnya sulit untuk digerakan. Apa memang seperti ini dampak ketika bertemu makhluk tak kasat mata?

“Tolong … aku.” suara lirih itu kembali terdengar, bahkan sosok perempuan itu perlahan bergerak maju seperti melayang.

“Aaa.”

Ingin menjerit atau berteriak, tapi hanya gumaman yang keluar dari mulut Radit. Mungkinkah ia akan mati malam ini, entah dicekik atau dibuat mati duduk. Perasaannya mengatakan ia harus pasrah. Ada penyesalan karena selama ini tidak taat beribadah dan belum bisa membahagiakan ibu.

Ibu, mungkin ibu bisa membantunya. Sosok itu semakin dekat, melayang ke arahnya. Bahkan kedua kakinya yang pucat terlihat dengan jelas, termasuk urat nadi yang berwarna kehijauan di kulit putihnya begitu kontras.

“Buuuu.” Hanya suara parau yang keluar dari mulut Radit.

Dalam kondisi dan situasi itu, ia masih bersyukur karena tidak ditampakan wajah perempuan itu. Sudah pasti akan menyeramkan dan membuatnya ketakutan kalau saat ini ia selamat.

“Tolong ….”

Tubuh Radit kembali bergerak mundur dan kakinya menyenggol meja dispenser. Sekuat tenaga ia menendang meja dispenser membuat gelas yang ada di atasnya terjatuh ke lantai dan pecah. Berbarengan dengan sosok itu sudah melayang di atas tubuhnya.

“Aaaaaaa.” Akhirnya ia bisa berteriak lalu memejamkan mata karena takut dengan apa yang dilakukan oleh hantu itu.

“Radit, hei Radit. Kamu kenapa?”

Perlahan Radit membuka matanya, sosok itu sudah tidak ada. Sambil mengatur nafasnya bahkan sampai berkeringat dingin karena ketakutan.

“Kamu kenapa malah teriak nggak jelas dan pintunya kenapa dibuka?”

Menoleh ke samping, ibu sudah berjongkok di sebelahnya lalu beranjak menutup pintu dan mengambil sapu juga serokan. Wanita itu membersihkan serpihan kaca dari gelas yang pecah.

“Kamu sebenernya kenapa sih? Ibu jadi curiga.”

Posisinya masih duduk di lantai, mengusap kasar wajah lalu menarik nafas. Jika tadi tubuhnya seakan kaku dan sulit untuk digerakan, kali ini rasanya sangat lemas.

“Kamu nggak lagi mabuk ‘kan?” tanya Ibu serius.

“Ibu bicara apa sih. Aku sadar sesadar-sadarnya bu.”

“Lalu ini kenapa? Tadi kamu hujan-hujanan dan bilang ada tamu. Sekarang pintu terbuka, gelas pecah kamunya ngejoprak di lantai.”

“Bu, kalau aku bilang tadi ada hantu. Ibu percaya?”

***

Kejadian semalam tentu saja membuat tidur Radit terganggu, bahkan ia kesiangan. Kalau tidak dibangunkan ibunya, mungkin ia akan telat mengikuti pengarahan di rumah sakit. Sesuai arahan kalau hari ini ia memakai seragam putih hitam, sebagai karyawan training.

“Sarapan dulu, belum tentu di sana sempat makan. Biar lebih hemat juga.”

“Iya, bu.”

Berencana membeli kopi kemasan botol sebelum berangkat, karena masih merasakan kantuk. Kejadian semalam bukan hanya menyisakan rasa takut karena sosok tak kasat mata yang menampakan diri, tapi juga ibu yang menuduhnya mabuk dan kurang percaya kalau memang ada hantu yang menampakan wujudnya.

Sebelum menaiki motor, Radit mencium tangan ibunya untuk memohon restu dan kemudahan dalam menjalankan aktivitasnya yang baru.

“Kalau pergaulan kamu dengan Deo dan Karta lebih banyak hal negatif, baiknya jangan diteruskan. Ibu tidak mau kamu kenapa-napa. Mereka orang berada, berbeda dengan kita.”

“Iya, Bu.” Ia tidak menjawab macam-macam, apalagi mencoba menjelaskan seperti apa pertemanan dengan Karta dan Deo karena bukan saatnya.

Sempat mampir di minimarket untuk membeli kopi kemasan botol dan air mineral lalu melanjutkan perjalanan menuju rumah sakit. tiba tiga puluh menit sebelum pengarahan dimulai, Radit menghabiskan kopinya dan meneguk air mineral lalu bersiap dengan kegiatan hari ini.

Berusaha untuk fokus mendengarkan penjelasan dan pengarahan mengenai tugasnya. meskipun sesekali kadang teringat kejadian semalam. Sosok yang mengganggunya dan meminta tolong. Sedangkan ia bukan seorang yang memiliki kemampuan untuk membantu makhluk gaib.

“Saya ulangi lagi, selain bertugas mencatat jenazah yang masuk dan keluar. Tugas kalian menjemput atau mengambil jenazah dari kamar perawatan, membantu pemandi jenazah atau dokter forensik yang sedang melakukan otopsi. Lakukan juga prosedur kedatangan jenazah dari luar, baik itu korban kecelakaan ataupun lainnya.”

Radit menganggukan kepala, kadang ada hal yang ia ketik di ponsel untuk menghindari “LUPA”.

“Ada yang ingin ditanyakan?”

Ketiga peserta lain tidak ada yang mengajukan pertanyaan, Radit yang memang masih butuh penjelasan pun mengangkat tangannya.

“Ya, silahkan!”

“Tadi dibahas kalau tugas kami juga membantu dokter forensik melakukan otopsi. Membantu dalam hal apa ya? Sedangkan saya tidak tahu menahu masalah anatomi manusia apalagi kalau harus ….”

“Oke, saya jelaskan lagi. Maksud membantu tim forensik di sini bukan untuk ikut membedah dan meneliti organ tubuh dari jenazah, bisa membantu mengabadikan gambar, mengambil video atau sidik jari. Dokter patologinya pun tahu kalian bukan basic kedokteran, jadi membantu hal yang sifatnya umum.”

Jadwal shift pun dibagikan. Setelah pengarahan selama beberapa jam lalu kegiatan selesai, Radit tidak pulang karena setelah ini akan lanjut bekerja di shift dua dimulai jam dua sore. Berencana mencari tempat untuk rehat sejenak, bahkan cukup untuk memejamkan mata selama dua jam ke depan. Namun, ia berniat mendatangi kembali kamar jenazah.

Kalau sebelumnya hanya dari jauh, kali ini Radit sudah berada di depan ruangan itu. Terpisah dengan gedung rumah sakit.

“Ada apa Mas?” tanya petugas kamar jenazah.

“Ah nggak, saya karyawan baru. Mau lihat-lihat saja.”

“Oh, karyawan baru.”

Baru saja Radit ingin bertanya, sayup-sayup ia mendengar suara. Suara yang lirih, tapi sangat mirip dengan suara hantu semalam.

“Tolong ….”

Deg.

Ia pun melangkah mundur dan menatap sekeliling. Memastikan sosok yang semalam mengganggunya tidak ada di sana.

“Mau masuk ke dalam Mas?”

Radit menggelengkan kepala lalu beranjak pergi meninggalkan tempat itu.

“Mas, kok pergi.”

 \=\=\=\=\=\=

Terpopuler

Comments

💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕

💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕

𝒃𝒍𝒎 𝒋𝒈 𝒌𝒆𝒓𝒋𝒂 𝒅𝒂𝒉 𝒕𝒂𝒌𝒖𝒕 😱😱

2024-10-30

0

trendy muradji

trendy muradji

br bc sj ud merinding

2024-06-11

1

Vita Liana

Vita Liana

lanjutt

2024-05-10

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!