Berlutut, BAJINGAN!!

Tara merebahkan tubuhnya di atas kasur, sungguh pertemuannya dengan Shaga membuat dia masih merasa tak masuk akal. Bagaimana mungkin seorang Shaga yang terkenal licik dan kejam itu hanya lewat.

“Gue rasa dia gak sebodoh itu.” gumam Tara.

“TARA!! kamu tahu gak?” seru Fani.

“Gak, gue gak tahu!” jawab Tara dengan santai.

“Ck, kamu gitu. Padahal aku lagi senang loh….” ucap Fani sambil memanyunkan bibirnya.

“Haa … , ya udah apa?” tanya Tara sambil menghela nafas.

Dengan antusias Fani ikut serta merebahkan diri di sebelah Tara.

“Lo ngapain disini? kan kasur lo di sebelah.” tutur Tara.

“Ih, gak seru tahu kalau cerita jauh-jauhan.” ucap Fani.

“Iya-iya! terserah lo aja deh. Udah cepat, lo mau cerita apa? keburu gue tidur nih.” ucap Tara.

“Jadi, tadi divisi kami kedatangan letnan Ronald. Aku senang banget deh, dia tampan. Oh ya, tadi dia sempat muji aku cantik. Sumpah salting brutal aku.” ujar Fani sambil senyum-senyum sendiri.

Sontak bola mata Tara membola mendengar nama pria licik itu. Kemarahan dalam hatinya kembali menyeruak. Kejadian yang terjadi 6 tahun yang lalu masih terbayang di benak Tara, apalagi kala itu semuanya terjadi didepan matanya.

“Jauhin dia! lo gak akan pernah tahu betapa busuknya dan manipulatif nya orang seperti dia!!” tegas Tara.

“Kenapa kamu bilang gitu? apa kamu tidak menyukai letnan Ronald?” tanya Fani dengan kedua alis yang tertaut.

“Sudahlah! gue mau tidur! gue udah peringatin lo, jadi gue harap lo bisa mikir dengan baik!” tegas Tara.

Fani masih menatap bingung dengan maksud yabg ingin disampaikan oleh Tara. Sementara Tara membalikkan badan, dalma posisi menyamping membelakangi Fina yang masih berada di sebelahnya.

“Emang dasar cowok BRENGSEK! ternyata dia gak berubah!!” monolog Tara dalam hati.

Pagi menyapa, Tara kini sedang berada di dalam ruang latihan bela diri. Di sana dia akan mendapatkan pelajaran tentang cara membela diri, dan menggunakan senjata.

“Aku dengar hari ini letnan Ronald akan melihat latihan kita loh ….”

“Ah yang benar? kalau begitu bagus dong!  aku dengar dia sangat tampan, dan dia juga kaya.” 

Tara memutar bola mata malas mendengar keluhan pujian yang dilontarkan beberapa gadis yang berada satu divisi dengannya.

“Bodoh!! mereka semua ternyata bodoh!” gumam Tara.

Drap ….

Drap ….

Suara riuh tapak sepatu datang memasuki ruang latihan. Semua orang mulai berbaris dengan rapi dan juga tegap. Astro memasuki ruangan bersamaan dengan Ronald yang berjalan dengan angkuh sambil tersenyum menggoda para gadis yang berada di sana. Semua gadis di sana merasa salah tingkah, namun lain dengan Tara yang malah menatap Ronald dengan tatapan membunuh.

“Hari ini lo masih bisa tersenyum! tapi akan gue pastikan suatu hari nanti lo akan nangis bersimpuh di samping makam kakak gue!!” ujar Tara dalam hati.

Astro melihat semua murid yang berada di sana, tatapannya tertuju kepada Tara. Senyuman tak bisa ia tahan saat kembali bisa melihat wajah cantik dan imut itu. Padahal saat ini Tara sedang memperlihatkan wajah datar dan tatapan tajam.

“Dia sungguh cantik, sepertinya aku telah jatuh dengan pesona gadis kecil ini.” monolog Astro.

“Kenapa gadis itu terus menatap ku tajam?” batin Ronald merasa merinding.

Setelah semua berbaris rapi di posisi mereka masing-masing. Astro memulai membuka suara, sebagai komandan. Astro benar-benar bisa menunjukkan aura kepemimpinan dan juga ketegasan yang berwibawa.

“Hari ini kalian akan melakukan pelatihan bela diri dan juga menggunakan pistol tinggal menengah! Pastikan kalian melakukan dengan benar!!” tegas Astro dengan suara lantang.

“SIAP MAYOR!!” seru semua murid.

Semua orang mengambil posisi masing-masing, setiap orang harus berpasangan untuk bisa melakukan teknik bela diri agar bisa saling menyerang. Tara hanya diam dan tidak terlalu antusias untuk mencari rekan. Padahal semua orang sibuk mencari rekan berlatih bersama.

“Merepotkan sekali, langsung aja ngapa? ribet banget mau nyari pasangan dulu!” gumam Tara.

Melihat Tara yang hanya berdiri diam ditempat sambil melipat tangan didepan dada. Membuat Astro memicingkan mata menatap heran dengan apa yang tengah Tara lakukan.

“Tara, kenapa kamu hanya diam saja hmm? apa kamu gak mau berlatih? apa kamu merasa sedang sakit?” tanya Astro.

Astro hendak menempelkan telapak tangan besarnya di dahi Tara, namun dengan cepat Tara memundurkan langkah sambil tersenyum tipis. Tara menggeleng, dia mulai mengetik di ponselnya. Jujur dia sebenarnya merasa tak tahan harus berpura-pura bersikap manis dan juga berpura-pura belum bisa berbicara lagi. Tapi demi tujuannya, maka hal itu wajib dilakukan.

*Aku tidak punya rekan berlatih, jadi aku diam saja.* 

Tara memperlihatkan ketikan di ponselnya kepada Astro.

“Oh begitu, bagaimana jika aku saja menjadi rekanmu?” tanya Astro sambil tersenyum.

Tara menggeleng, dia kemudian mengetikan pesan lagi untuk dibaca kan lagi oleh Astro.

*Tidak mau, aku ingin letnan Ronald yang menjadi rekanku.* 

Wajah Astro menggelap, dia merasa cemburu saat Tara lebih memilih berlatih dengan Ronald ketimbang dirinya.

“Kenapa!? aku jauh lebih baik dari dia.” ujar Astro dengan suara datar.

“Ck! Berisik lo komandan Ro! gue mau mukul tuh sih donal bebek!!” monolog Tara dalam hati.

Tara memulai aktingnya, dia menunjukkan ekspresi sedih. Hal itu membuat Astro menjadi luluh.

“Ck, iya-iya baiklah. Aku akan menyuruh Ronald jadi rekanmu.” tutur Astro dengan raut wajah yang sudah di tekuk.

Tara tersenyum manis, sungguh rasanya kedua pipinya mati rasa karena harus selalu berpura-pura bersikap manis dengan Astro yang masih ia curigai itu. Ronald dan Tara sudah bersiap-siap di posisi. Dengan sombongnya Ronald meremehkan Tara yang menurutnya lemah dengan badan kecil itu.

“Aku tidak akan bermain kasar, karena aku adalah pria yang baik.” ucap Ronald dengan angkuh.

Tara tersenyum miring, tatapan tajam tak bisa ia hindari saat melihat salah satu wajah yang telah menghancurkan semua dalam kehidupan keluarga mereka.

“Mati lo BANGSAT!!” monolog Tara dengan kesal dalam hatinya.

Ronald mulai memasang kuda-kuda untuk menyerang, dia masih santai karena menganggap remeh gadis kecil yang berada didepannya. Dengan sigap Tara memutar tubuh ke belakang lalu, bruk! satu tendangan keras berhasil ia daratkan di sisi samping tubuh Ronald yang hampir saja oleng.

“Hah!? sial! kenapa tenaga gadis ini kuat sekali? gak bisa! aku gak boleh kalah, bisa malu jika aku kalah dari gadis kecil!!” monolog Ronald dalam hati.

Ronald kali ini mulai serius, dia mulai menyerang Tara. Dengan mudah Tara menghindar dan menepis, ternyata latihan bela diri yang berasal langsung dari sumbernya yaitu Shaga selama hampir 3 tahun tokcer juga.

“Ajib! ternyata gue keren juga! thank you love-love lah sama paman Shaga!” seru Tara dalam hati.

Ronald mulai kewalahan menghadapi serangan bertubi-tubi yang dilayangkan oleh Tara, dengan brutal Tara terus menyerang Ronald tanpa ampun. Astro yang sekilas melihat sorot mata tajam dan penuh kobaran kebencian dari kedua manik mata indah Tara, membuatnya merasa curiga kalau ada sesuatu yang membuat Tara begitu bersemangat menyerang Ronald secara brutal.

“BERHENTI!! latihannya sudah cukup disini!” teriak Astro dengan tegas.

Semuanya langsung menghentikan latihan, Tara yang baru saja ingin kembali menendang Ronald yang kini sudah berlutut lemas, langsung menggerutu dalam hati.

“Ck! dasar Mayor menyebalkan!! belum puas gue serang nih cowok, tahu gak lo!!” monolog Tara dalam hati sambil menatap marah ke Astro.

Para bawahan Ronald mendekati tuan mereka, semuanya langsung membantu Ronald untuk berdiri dan beristirahat. Sementara semua orang melotot kagum karena melihat Tara yang berkelahi dengan keren.

“Gila! keren banget tuh cewek, kau lihat gak peluh keringat yang netes dari dahinya? beuh! seksi abis!”

Astro merasa cemburu melihat beberapa murid pria memuji Tara, dengan cepat dia berjalan mendekati Tara dan menarik satu pergelangan tangan mungil itu untuk segera keluar dari ruang latihan.

“Eh? Oy cowok! apa nih maksud nya nih!? main pegang-pegang aja!!” omel Tara dalam hati.

Tara tetap mengikuti langkah Astro dengan terpaksa, dia tak mau menarik rasa curiga Astro jika dia menolak.

“Jake, menurut mu apa aku harus juga sekolah di akademi kepolisian itu? sepertinya aku akan segera mati jika tak melihat wajah Ara.” ujar Shaga.

“Tuan, bukankah siang tadi kita baru bertemu nona Tara ya?” ucap Jake.

“Iya, tapi aku masih merindukan dia. Aku ingin sekali mengurung dia di kamar ku, dan dia tidak boleh keluar. Tapi, saat ini dia tidak menaruh hatinya kepada ku. Saat nanti dia benar-benar menaruh hatinya padaku, maka mulai saat itulah dia menjadi milikku dan tidak boleh lepas dariku untuk selamanya!” ujar Shaga sambil tersenyum.

Sungguh Jake merasa merinding dengan ucapan dan juga senyuman yang terlihat kejam itu. 

“Astaga! bagaimana bisa tuan Shaga ingin melakukan itu kepada nona Tara yang notabene nya suka kebebasan? Kasihan nona Tara ….” lirih Jake dalam hati.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!