15. Pindah?

"Tidak ada yang akan menjauhi mu le, percayalah. Ummi tahu semua ini sulit, tidak mudah untuk kamu melupakan kejadian itu. Tapi kamu bisa menumpuknya dengan kebaikan, kegiatan berfaedah atau membuat kenangan manis baru hingga tidak ada lagi celah untuk bayangan gelap itu meracuni pikiranmu."

"Kamu bisa pakai waktu luang mu dengan mengaji, atau bercengkrama bersama teman-temanmu. Semua yang berada di sini adalah keluarga mu le.."

"Kamu, ummi, abi dan kita semua tidak bisa mengubah masa lalu, tapi kita bisa membuat perbedaan di masa depan dengan mengubah apa yang dipelajari dari masa lalu itu le. Kita bisa bergerak maju, atau memilih tetap terjebak di masa lalu. Semua tergantung padamu. Selalu ada pelajaran yang bisa kita petik melalui setiap kejadian, setiap situasi atau kondisi di saat kita ditempatkan pada titik tersulit sekalipun."

"Ummi bukan mau banyak bicara, tapi ini tentang masa depan mu cah bagus.. Ketika mimpi buruk itu kembali datang dan membuatmu merasa benci pada diri mu sendiri, kamu bisa ambil wudhu.. Sholat, berdoa kepada Alloh SWT agar kamu bisa lebih ikhlas dan menerima apa yang digariskan untukmu, bisa le?"

Ada sedikit ruang di hatinya yang terasa hangat ketika dia bisa menceritakan beban yang selama ini menjadi momok paling menakutkan dalam hidupnya. Alka diam meresapi setiap kata yang ummi Wiwit ucapkan.

Semua perkataan ummi Wiwit terdengar adem dan masuk akal tapi apa bisa Alka berdamai dengan keadaan yang membelenggu jiwanya serta menyisakan trauma seperti itu?

Jum'at pagi, di pondok pesantren.

Keributan tentang Alka yang dikabarkan kesurupan segera diredam oleh para santri senior yang di komandoi pak kyai dan ummi Wiwit. Tidak ada yang boleh membicarakan hal itu karena memang Alka tidak pernah kesurupan.

Selain menghindari kebiasaan ghibah di kalangan ponpes, mereka juga tidak ingin Alka kembali mendapat perlakuan tak menyenangkan jika sampai isu Alka kesurupan menyebar luas di sana.

"Al.. Alka.. Kamu nggak sarapan?" Tanya Galih memperhatikan Alka sibuk menggambar.

"Udah tadi."

"Kapan? Perasaan baru bangun kamu langsung ke masjid trus balik lagi ke sini. Ayo buruan, nanti makanannya dihabisin Tio lho. Dia mode sedot wc kalo udah nyangkut makanan." Ucap Galih sambil memperhatikan Alka yang hanya tersenyum menanggapi omongannya.

"Kamu beneran nggak mau makan? Atau aku ambilin aja?" Masih mau memastikan.

Gelengan pelan menjadi pertanda jika Alka sedang tidak mood melanjutkan pembicaraan. Lagi pula, kapan dia pernah mood dalam berbicara?

"Al.. Ada keluarga kamu ke sini. Kamu di suruh ke ruangannya pak kyai sekarang." Seorang santri entah siapa namanya memberi informasi kepada Alka setelah sebelumnya dengan sopan santri itu mengetuk pintu kamar Alka.

"Weeh pasti bidadari surga ku juga ikut dateng nih. Aku kudu pake parfum dan dandan paling oke biar narik perhatian dia!" Tio begitu bersemangat ketika mendengar jika Alka dikunjungi keluarganya.

"Heh kembarannya joko kendil, orang mok ya tau malu dikit.. Kamu mau ikut Alka nyamperin keluarganya?" Tanya Pandu melempar pertanyaan pada Tio.

"Iya lah, kenapa emang? Aku kan calon adik iparnya Alka. Udah daftar dari sekarang pokonya buat dapetin adeknya Alka." Seru Tio tak peduli dengan hujatan Pandu padanya.

"Astaghfirullah beneran panas ternyata, pantes rada-rada." Ucap Pandu berusaha menahan tawa.

Galih dan Pandu tertawa seketika mendengar umpatan Tio yang ditunjukan untuk Pandu. Bagaimana Tio tidak mengumpat jika Pandu menyamakan suhu badannya dengan panas di bo_kongnya dengan cara meraba bo_kongnya lalu menyentuh kening Tio setelahnya.

"Kamu minta parfum Alka?" Tanya Galih mengernyitkan keningnya.

"Iya. Dari kita berempat cuma Alka yang punya parfum wanginya ngenakin gini. Mana bikin betah nyium baunya lagi.. Pasti mahal! Ya kali aku mo ketemu calon bidadari surga ku tapi bau ketek genderuwo." Kata Tio tak malu setelah meminta parfum milik Alka.

"Belum tentu juga dia mau sama kamu bang Sat-trioooo.." Sengaja memberi jeda saat mengucapkan nama lengkap Tio, Pandu langsung mendapat sorot mata tajam si Tio.

Bertemu dengan Aini, remaja itu memang makin terlihat cantik. Aini berbinar ketika melihat Alka berjalan mendekat ke arahnya.

"Assalamu'alaikum." Alka memberi salam.

"Waalaikumsalam, ya Alloh anak ibuk... Sini kak.. Ibuk kangen banget sama kakak." Shopiah tidak membuang waktu, dia berhamburan memeluk anaknya. Beratnya menahan rindu selama beberapa minggu tidak bertemu, menjadikan Shopiah langsung memeluk Alka dalam dekapannya.

"Buk.. Kita baru berpisah 3 minggu," Alka tersenyum hangat.

Senyum yang sangat ibunya rindukan, senyum yang sangat jarang Shopiah lihat, bahkan bisa dikatakan sesuatu yang langka karena Alka memang seperti membangun tembok tak terlihat yang menjadikan dirinya begitu tertutup dan pemurung.

Tapi, beberapa hari belakangan Alka jadi lebih ramah. Entah alasan apa yang bisa mencairkan hatinya, atau ada sesuatu yang dia sembunyikan di balik perubahannya itu.. Hanya dia yang tahu.

"Hai Iceman, apa kabar?" Aini tak bisa menyembunyikan raut bahagianya. Jika dibandingkan dengan Shopiah, dia yang sebenarnya paling lama tidak berjumpa dengan saudara tirinya.

"Iceman?" Alka menarik sebelah alisnya.

"Huum, kamu kan dingin banget jadi orang." Ai hanya tersenyum masam.

"Napa? Mau peluk juga hmm?" Kali ini Alka berhasil membuat pipi Aini bersemu merah.

"Apaan sih.. Nggak jelas banget.." Di mulut bilang nggak jelas, di hati berontak bar-bar pengen cepet-cepet dikekep oleh kakak tersayang.

"Sini.."

Demi seluruh penduduk Bikini Bottom, Alka membuat Aini terkejut. Dia berani memeluk Aini dengan menarik tangannya lalu dibawa ke dalam dadanya. Aini tidak menolak. Dia terdiam merasakan kenyamanan dari pelukan Alka.

"Kamu banyak berubah, terlihat lebih manusiawi sekarang." Mereka melepas pelukan.

Terdengar Alka terkekeh pelan. "Apa dulu aku semenakutkan itu?" Ujarnya.

"Huum.. Ini seperti bukan kamu. Tapi aku suka kamu yang sekarang, lebih terlihat hidup. Lebih ceria." Aini berkomentar.

Alka hanya diam sambil menarik sedikit sudut bibirnya.

"Kamu betah di sini Al?" Tanya pak Jawir memotong interaksi antara kedua anaknya.

"Yah.. Aku mau pindah aja dari sini, boleh?"

Beberapa orang di ruangan itu terkejut. Terutama pak Jawir sendiri tapi dia berusaha menghilangkan rasa kagetnya dengan berdehem pelan.

"Kenapa? Alasannya apa kamu minta pindah dari sini?" Tanya pak Jawir dengan suara bariton nya.

Shopiah sudah cemas jika suaminya itu akan memarahi anaknya, Aini juga hanya bisa diam tanpa banyak bicara setelah Alka mengucapkan kalimat yang juga membuat dia terkejut tadi. Tapi di sisi lain, Aini senang jika Alka bisa keluar atau pindah dari pondok pesantren ini. Itu artinya dia bisa lebih leluasa berkomunikasi dengan Alka!

"Bukannya kamu bilang di sini menyenangkan? Prestasimu juga bagus, tidak ada catatan buruk tentang mu.. Lalu apa yang membuatmu ingin pindah?" Pak Jawir kembali bertanya.

Tio, Galih dan Pandu yang ada di luar ruangan itu nampak diam. Mereka saling pandang. Sampai akhirnya salah satu di antara mereka ada yang bersuara..

"Baru setahun di sini, kenapa dia mau pergi ya?" Tanya Tio pelan.

"Kenapa? Dia kaya, dia bisa memilih sekolah yang dia mau. Tinggal tunjuk." Galih bersuara tak kalah pelan.

"Bukan tentang kaya Lih, maksudku kan kita baru deket.. Aku aja baru mau deketin adeknya.. Masa dia mau pergi dari sini sih. Terus gimana lanjutan kisah ku kalo belum di mulai aja udah tamat duluan.."

Galih dan Pandu malah tertawa.

"Kalian kok kelihatan seneng banget," Keluh Tio.

"Tio, kamu mok ya sadar diri to yo.. Aku mau ambilin cermin tapi nggak tega. Gini ya.. Ai itu cantik, kaya, keliatan banget dijaga penuh cinta sama emak bapaknya.. Lha kamu, sekolah di sini lewat jalur peduli kasih, tampang?? alaah aku mau bilang jelek tapi kok takut terjadi pitnah. Kamu sama Ai ibarat buah itu ya.. Ai buah anggur.." Kata Pandu.

"Lha Tio?" Tanya Galih.

"Bijik rawe hahaha." Mereka tertawa saking puasnya melihat Tio kesal.

"Emang dasar kelian temen vang_ke!"

"Huush nanti pak kyai denger kamu misuh, abis kamu semaleman suruh baca kitab kuning!" Galih masih tak bisa menahan tawanya saat Tio melenggang pergi karena kesal dengan kedua teman lucknutnya.

"Kita keterlaluan nggak sih?" Tanya Galih.

"Bodo amat hahaha, aku kok nggak urus." Pandu kembali tertawa.

Terpopuler

Comments

Happyy

Happyy

💖💖

2024-04-24

1

𝙈𝙀ra𝙔u u𝙇ang k𝙀 ma𝙉ta𝙉

𝙈𝙀ra𝙔u u𝙇ang k𝙀 ma𝙉ta𝙉

kalo alka pindah nanti gak ketemu geng galian dan bang sattt trio lagi dong

2024-04-21

1

varahmavah

varahmavah

apa Alka harus berobat ke psikiater ya buat menghilangkan traumanya biar tidak di hantui bayang² masa lalu kalau sudah sembuh balik lagi ke pesantren karena prestasinya bagus gitu..😁

2024-04-20

14

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!