9. Semangat dari ayah

Satu minggu, waktu yang diperlukan Sakti untuk menyembuhkan luka fisiknya di rumah sakit. Tapi tidak dengan luka batinnya, dia yang memang sudah mendapatkan trauma akibat perundungan kembali diuji dengan hal yang sama di sekolah barunya. Dia hanya anak kecil, tapi anak kecil itu punya memori yang kuat. Dia bisa mengingat apapun dengan mudah di usianya sekarang ini.

Beberapa guru sebagai perwakilan sekolah sudah beberapa kali datang menjenguk Sakti di rumah sakit, mereka juga terkejut dengan masalah yang menimpa Sakti. Tapi terkejut saja tanpa melakukan apapun juga buat apa?

Mereka membujuk keluarga Sakti agar tidak memperpanjang atau mempublikasikan kasus perundungan itu karena selain mencoret citra baik sekolah, mereka juga akan berhadapan dengan orang tua murid lainnya jika sampai masalah itu tersebar luas.

Apa pak Jawir peduli? Tentu saja tidak!

Jika para guru dan pihak sekolah lebih mementingkan citra dan nama baik sekolah, maka pak Jawir justru akan membuat sekolah itu ditutup dengan caranya. Mereka guru yang digaji untuk mendidik generasi bangsa agar menjadi pribadi yang bertanggung jawab dan memegang teguh kejujuran. Namun ketika mereka dihadapkan dengan masalah seperti ini, mereka seolah tutup mata dan telinga memilih menyelamatkan diri masing-masing.

"Pak.. Bu.. Saya mohon dengan kerendahan hati agar bapak dan ibu untuk tidak menuntut sekolah kami, kami sudah memperketat penjagaan di sekolah, memasang cctv di setiap titik yang mungkin tidak terjangkau oleh jarak pandang kita sebagai guru di sana, juga selalu menanamkan pada murid kami untuk menghargai orang lain.. Jadi saya harap-"

Ucapan kepala sekolah di SD tempat Sakti menuntut ilmu dipotong oleh isyarat tangan pak Jawir untuk tidak meneruskan kalimatnya yang mencla-mencle itu.

"Cukup. Anda boleh pergi dari sini. Anakku butuh istirahat, mendengar anda berkicau seperti itu membuat anakku tidak bisa beristirahat dengan tenang di rumahnya sendiri."

Wajah ibu kepala sekolah itu memucat, dia kehilangan cara untuk membujuk orang tua Sakti agar tidak menuntut pihak sekolah. Jika sampai itu terjadi, dan terbukti jika pihak sekolah telah melakukan kelalaian.. besar kemungkinan sekolah itu akan mendapat sanksi dengan diberhentikan kegiatan belajar mengajar di sana. Jika tidak ada lagi kegiatan belajar mengajar, sudah bisa dipastikan para guru dan tenaga pendidik di sana akan kehilangan mata pencaharian mereka.

"Bu.. Saya mohon, ada banyak orang yang menggantungkan hidup sebagai guru di sana.. Apa ibu tidak kasihan pada mereka? Mereka akan kehilangan pekerjaan mereka karena kasus ini bu.." Suara itu memelas.

"Lalu siapa yang kasihan pada anakku? Aku saja tidak pernah memukulnya tapi di sana, di sekolah tempat anda mengajar.. Anakku disiksa habis-habisan!!! Coba bayangkan jika itu semua terjadi pada anak anda?? Apa anda akan diam saja di rumah dan terus memaksa anak anda sekolah di lingkungan yang tidak sehat itu??" Kali ini Shopiah yang bersuara. Terdengar getaran dalam setiap kata yang dia ucapkan. Pak Jawir mengusap punggung istrinya agar istrinya tidak terbawa emosi.

"Kami sudah memberi peringatan kepada murid-murid yang berbuat kenakalan pada ananda Sakti bu.. Mereka juga sudah membuat pernyataan tertulis dengan tidak akan mengulangi perbuatan mereka lagi. Mereka sudah menyesal bu. Dan kami akan memediasi antara ananda Sakti dan teman-temannya agar tidak lagi terjadi kesalahan yang sama seperti ini, kami harap semua ini bisa kita selesaikan secara kekeluargaan saja."

"Selembar kertas pernyataan tidak akan mampu menyembuhkan luka batin anakku. Aku rasa itu bukan lagi sebuah kenakalan anak, asal anda tahu.. Banyak luka memar di tubuh Sakti, dengan apa mereka melukai anakku hingga meninggalkan bekas lebam membiru seperti itu? Apa anda juga tahu jika Sakti telah dilecehkan oleh salah satu tenaga pengajar di sekolah yang anda banggakan itu?? Anakku dilecehkan dan anda meminta saya memaafkan mereka???"

Shopiah tak habis pikir bagaimana bisa guru itu mengesampingkan penderitaan Sakti dan memilih mengubur masalah itu dengan dalih menyelesaikan secara kekeluargaan.

Shopiah di antar suaminya menuju kamar Sakti, bagaimanapun juga Sakti butuh pendampingan dari orang tuanya agar tidak merasa sendiri menghadapi masalah yang menimpanya.

"Pak Bayu sudah resign pak, dan kami juga tidak tahu di mana keberadaannya.. Saya mohon apa tidak ada jalan lain selain melaporkan masalah ini ke jalur hukum? Bagaimana dengan masa depan anak-anak itu jika mereka harus berurusan dengan polisi di usia sekecil itu?" Kepala sekolah kembali bicara, kali ini Dani yang terpaksa mendengarkan keluh kesahnya karena pak Jawir dan Shopiah sudah meninggalkan ruang tamu.

"Itu bukan urusan saya." Ucap Dani tak kalah dingin dari atasannya.

"Apa anda tidak bisa menolong saya menjelaskan kepada orang tua Sakti mas?" Kembali membujuk Dani. Dani mengerutkan keningnya.

"Sepertinya anda salah alamat jika meminta bantuan kepada saya, saya bahkan tidak peduli sama sekali dengan nasib anak-anak yang mencelakai putra dari atasan saya. Permisi, pintu keluar di sebelah sana jika anda lupa." Dani tak lagi menggubris lawan bicaranya, retinanya sibuk dengan benda kecil di tangannya.

Bu kepala sekolah itu menunduk lesu. Tak tahu lagi harus berbuat apa untuk mempertahankan pekerjaannya.

_____________

"Sakti, makan dulu kak. Ini ibuk buatkan mie ayam, ayo dimakan sebelum mie nya dingin." Kata Shopiah mendekati Sakti yang diam melihat ke luar jendela kamarnya.

Sebelumnya Sakti memang pendiam, tapi setelah mendapat perundungan serta dilecehkan oleh Bayu waktu itu dia jadi lebih murung dan sulit diajak berkomunikasi. Dia seperti menutup diri dari dunia luar.

"Kamu masih sedih ya kak? Kalau kamu seperti ini terus, ibuk ikutan sedih kak.. Ibuk harus bagaimana agar bisa mengembalikan senyum kamu lagi?" Shopiah menaruh semangkok mie ayam serta susu hangat di meja dekat tempat tidur anaknya.

"Nanti aku makan buk. Aku nggak apa-apa." Ucap Sakti tanpa melihat ibunya.

Apanya yang nggak apa-apa?? Tubuh itu semakin kurus, tatapan matanya kosong tanpa binar di sana. Hampir tiap malam Sakti harus memaksakan matanya terpejam berselimut ketakutan. Kadang dia bangun dengan tangisan tanpa suara, yang lebih menyayat hati dia sering mengigau ingin menyusul ayahnya, Wibi yang sudah meninggal beberapa tahun lalu.

"Kak.. Ibuk selalu meminta kepada Allah supaya ibuk saja yang merasakan sakit mu, supaya ibuk saja yang menderita, ibuk saja yang menggantikan rasa perih di hatimu, ibuk nggak sanggup melihat anak ibuk terus bersedih seperti ini.. Maafkan ibuk yang nggak bisa jaga kamu kak, selalu terjadi hal buruk kepadamu.. Dan ibuk nggak bisa berbuat apa-apa untuk menghiburmu.." Shopiah menaruh kepala Sakti di dekapannya.

Sakti tetap diam tak membalas pelukan ibunya, dia seperti hilang rasa.

"Buk.. Aku mau tanya." Ucap Sakti memecah keheningan di antara mereka.

"Iya kak.. Kamu mau tanya apa?"

"Untuk apa aku tetap hidup di dunia ini buk?"

Bagaikan mendapat hantaman di hatinya, Shopiah bahkan menatap manik hitam itu dalam-dalam. Mengecupnya pelan kening putranya itu, sambil kembali memeluk Sakti membawa tubuh kecil itu ke dalam dekap eratnya.

"Untuk meningkatkan iman mu kepada Sang Khalik, untuk diri mu sendiri dan hiduplah untuk orang-orang yang menyayangi kamu. Jangan putus asa, kamu tidak sendirian kak."

"Tapi dunia selalu memusuhi ku buk.. Aku lelah.." Sakti kembali bersuara pelan lebih seperti bisikan.

"Jangan anggap dunia memusuhi mu kak, jadikan dirimu kuat agar tidak ada lagi yang berani menindas mu. Jadikan dirimu pintar agar tidak ada lagi orang yang bisa membodohi mu. Jadikan dirimu benteng agar tidak seorangpun yang bisa merobohkan mu. Jadikan dirimu orang yang dihormati jangan terkurung dengan kisah kelam mu. Mereka akan terus menertawakan mu jika kamu lemah, mereka akan terus memusuhi mu jika kamu tidak bisa membela dirimu sendiri, ingat kak.. Hiduplah untuk dirimu sendiri! Tergantung lah hanya kepada Tuhan jangan mengandalkan manusia untuk menopang kesedihanmu."

Suara tegas itu diucapkan oleh pak Jawir yang ada di ambang pintu. Melihat ayah sambungnya berkata demikian, ada kilatan semangat yang terpancar dari manik indahnya.

Terpopuler

Comments

𝐔 𝐏 𝐈 𝐋 𝐈 𝐍🌼

𝐔 𝐏 𝐈 𝐋 𝐈 𝐍🌼

tumbuhlah kamu jadi anak yg lebih kuat lagi nak..
jadikan smua yg terjadi sbg pecutan semangat agar kamu bisa menjadi org yg hebat..
ada ayah sambungmu yg peduli kamu, sayang kamu, dan siap pasang badan utkmu..
meski luka dan trauma di masa lalu sulit terobati, namun jangan patah semangat utk bisa membuktikan pada dunia bahwa kamu anak yg tangguh.. yg bisa membuat orgtuamu tersenyum bangga atasmu

2024-04-14

41

varahmavah

varahmavah

"jadikan dirimu kuat agar tidak ada lagi yg menindas mu sakti" berarti kamu harus belajar bela diri agar tidak ada yg berani mengganggumu dan jadi korban untuk ketiga kalinya dengan ayah sambung mu ini kamu bisa bangkit kembali jadi sakti yg jauh lebih baik meskipun butuh waktu lama untuk pemulihan mental mu..🤗

2024-04-13

38

💮Nofa💮Ai-Shiteru💮

💮Nofa💮Ai-Shiteru💮

ayo bangkit sakti

2024-05-12

1

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!