7. Mengungkap pelaku

Suara langkah Shopiah semakin cepat bahkan bisa dikatakan sekarang dia tengah berlari memasuki sebuah bangunan bertuliskan Rumah Sakit Mantab Djiwa tempat anaknya dirawat. Tadinya dokter hanya memberikan obat dan vitamin tanpa memasangkan infus pada tubuh kecil itu tapi pak Jawir meminta anaknya dipindahkan ke rumah sakit besar saja.

Bukan apa-apa, pak Jawir curiga anaknya tidak hanya korban pembullyan tapi juga korban pelecehan karena dia melihat tanda kissmark di dada bagian bawah juga punggung anak itu. Tak hanya satu dua buah tapi banyak. Kulit putih Sakti tak bisa menutupi jejak hitam kemerahan akibat sesapan paksa yang dilakukan di tubuhnya. Sakti belum bangun, tubuhnya letih, netranya tak ingin buru-buru terjaga.

Di alam bawah sadarnya, bocah itu bahkan meminta agar tidak dulu terjaga dan melihat dunia. Dunia terlalu kejam untuknya. Fisik dan mentalnya habis digerus ketidak adilan, sampai kapan dia akan terus menderita seperti ini?

"Yah.. Sakti mau ikut ayah, boleh?" Suara itu terdengar seperti bisikan.

Shopiah menangis sejadi-jadinya mendengar anaknya mengigau dalam erat netranya yang masih terpejam.

Tangan Sakti digenggam kuat oleh Shopiah. Hatinya hancur, untuk kedua kalinya dia harus melihat anaknya terbaring di rumah sakit akibat perundungan.

"Mas.. Kenapa anakku selalu mendapat perlakuan buruk seperti ini?? Dia hanya ingin sekolah, hanya ingin menuntut ilmu tapi apa yang dia dapat?? Dua kali nyawanya hampir hilang karena mereka menyiksa anakku seperti itu!!" Shopiah belum tahu jika ada bekas kissmark di badan Sakti.

Keterkejutan nampak terlihat ketika Shopiah ingin menaikkan selimut sebagai penghangat tubuh kecil ringkih itu..

"Apa ini??? APA INI MAS?? APA YANG TERJADI PADA ANAKKU SEBENARNYA???"

Suara Shopiah membuat netra Sakti bergerak pelan lalu terbuka. Sakit.. Itulah yang dia rasakan saat mata itu melihat ibunya menangis untuknya.

"Tenangkan dirimu bun, Sakti butuh istirahat.. Jangan seperti ini. Aku ayahnya, tidak akan aku biarkan anakku dilecehkan seperti ini."

"Jika mereka menghancurkan anakku, aku akan meratakan mereka. Membuat mereka takut saat mengingat nama Sakti. Aku punya uang, aku punya kuasa. Aku akan balas mereka dengan caraku." Suara berwibawa dengan pembawaan tegas itu menunjukkan jika dirinya tidak main-main dengan ucapannya.

Pak Jawir membawa Shopiah ke dalam pelukannya, menenangkan istrinya lewat hangat dekapannya. Dari sana dia melihat, anak kecil yang terbaring itu mengeluarkan air mata. Tak ada isakan, hanya lelehan bening meluncur begitu saja. Tangan pak Jawir terulur untuk meraih jemari kecil itu. Rasa sakit bisa pak Jawir rasakan ketika jemari itu gemetaran ingin menyambut uluran tangannya.

"Istirahat saja kak.. Ayah ada untukmu."

'Kak'.. Pak Jawir memanggil Sakti dengan panggilan kak seperti yang biasanya Shopiah lakukan untuk anaknya. Tak ayal air mata Shopiah makin mengalir deras.

_________

"Tengil sakit apa ya bi?"

Aini bertanya pada asisten rumah tangga baru di rumahnya. Usia ART itu sudah 45tahun lebih tua dari ayah dan ibu sambungnya, Aini sengaja memilih bi Tini sebagai orang yang mengurus rumahnya karena dia tak ingin ayahnya kembali kepincut pada pembantu yang bekerja di rumahnya. Cukup sekali dirinya kecolongan mendapati ayahnya menikah dengan ART yang bekerja di rumahnya, dia tak ingin ayahnya kembali menikah dengan ART makanya dia memilih wanita berumur itu untuk mengurus rumahnya.

"Ya tidak tahu neng.. Tapi, kenapa neng Ai sering manggil den Sakti tengil? Itukan tidak sopan neng." Bi Tini mengelap meja kaca di ruang tamu besar itu.

"Karena dia emang tengil bi.. Dia pernah jambak rambut aku. Begini (Aini memperagakan rambutnya dia jambak sendiri). Makanya aku panggil dia tengil." Jawab Aini mengingat kenapa dia menganugerahi Sakti dengan sebutan tengil.

"Dia tuh nggak asik bi, diem mulu meski aku mancing-mancing dia biar kita berantem." Lanjut Aini sedang mencurahkan isi hatinya.

"Itu karena den Sakti sayang sama neng Ai, den Sakti menghargai neng sebagai kakaknya. Jadi den Sakti diem meski sebenarnya dongkol.." Seulas senyum terukir di bibir bi Tini.

"Nggak nggak.. Nggak kayak gitu bi, dia diem mungkin karena takut aku usir dia dari sini." Aini memanyunkan bibirnya mengingat setiap interaksinya dengan adik tirinya.

"Mau di usir kemanapun juga tidak akan pergi neng.. Kalau dia sudah nyaman sama neng Ai."

Deg. Perkataan bi Tini membuat Aini terdiam. Tiba-tiba ada getaran di hati bocah berusia 13tahun itu. Ada apa ini? Kenapa dia langsung membayangkan wajah Sakti yang dingin dan selalu cuek kepadanya?

"Bi.. Minta supir siapin mobil dong, aku mau ke rumah sakit. Jenguk Sakti." Aini merapikan surai panjangnya, dia ikat ke atas menunjukkan leher putihnya.

"Siap neng, nah gitu dong manggil den Sakti pake nama. Biar yang punya nama juga seneng. Susah-susah orang tuanya nyari nama buat den Sakti waktu dia lahir eh neng Ai malah manggilnya tengil." Bi Tini menjauh untuk memberi tahu supir keluarga itu.

Di tempat berbeda, Bayu sedang mengotak-atik ruang CCTV. Dia berusaha menghapus rekaman saat Sakti dia antarkan kembali ke sekolah dengan motornya sore tadi. Bayu memiliki akses memasuki ruangan itu, tak akan ada yang curiga padanya karena dia adalah tenaga pengajar di sekolah tersebut. Tapi tetap saja keringat dingin akibat cemas berlebihan mengucur di dahi lelaki yang sekarang menghidupkan cigarette di tangannya.

"Aku harus menghilangkan barang bukti ini. Jika tidak ada bukti, mau ngebacot kayak apa juga bocah itu nggak akan ada yang peduli."

"Tenang Bayu tenang.. Selama ini nggak ada yang mengendus perbuatanku. Nggak ada yang tahu, aku masih aman dan selamanya akan tetap aman. Mereka semua bodoh dan mudah dibodohi." Bayu berusaha menyemangati dirinya sendiri. Senyum tak bersahabat muncul saat dia berhasil menghapus rekaman CCTV.

Berjalan santai keluar dari ruang CCTV, dia lupa satu hal.. Serapat apapun menyembunyikan bangkai, baunya akan tetap tercium juga.

________

Jawir Sundul Angkoso, dia tidak pernah bermain-main dengan ucapannya. Dia menghubungi orang-orang kepercayaannya untuk turun langsung menangani kasus yang menimpa Sakti. Berapapun uang yang keluar untuk mencari pelaku dan mendapatkan keadilan untuk anaknya akan dia gelontorkan. Selama ada uang maka semua urusan bisa diatasi. Jika tidak bisa, berarti uangnya tidak cukup!

Sebuah panggilan telepon membuat pak Jawir merogoh benda pipih itu dari saku celananya.

"Bisa kita bertemu pak, saya baru saja mendapatkan rekaman CCTV dari salah satu rumah yang menghadap ke arah gerbang sekolah. Sore itu ada seseorang yang mengantarkan anak bapak kembali ke sekolah setelah jam pelajaran selesai." Laporan dari si penelpon di seberang sana.

"Iya,"

"Pak.. Dia merupakan salah satu guru di sekolah itu.." Informasi kembali pak Jawir dengar.

"Kita bertemu di kafe depan rumah sakit tempat anakku di rawat. Aku tidak bisa terlalu lama meninggalkannya." Suara itu terdengar berat menahan emosi.

Pak Jawir menutup panggilan telepon dari orang kepercayaannya. Mengecup pelan kening Shopiah, dan meminta ijin kepada istrinya itu untuk pergi sebentar menyelesaikan urusannya.

"Ayah mau kemana?" Aini yang sudah ada di sana bertanya ingin tahu.

"Ke depan sebentar. Kamu di sini aja, jaga kakak dan bunda mu." Jawir mengusap pipi anaknya lembut.

"Kakak? Teng- eh.. Sakti kan lebih muda dari aku yah. Kenapa ayah manggil dia kakak?" Tanya Aini mengerutkan keningnya.

"Ada beberapa hal yang tidak perlu alasan untuk melakukannya Ai." Ucap pak Jawir melenggang pergi sebelum tadinya dia menatap penuh arti ke arah Sakti yang masih terpejam tak merespon perbincangan mereka.

'Aku bisa mendengar semuanya.. Tapi aku butuh waktu untuk bergelut dengan rasa sakit ini. Terimakasih Yah.. Iya.. Kamu ayahku sekarang.. Tuhan terimakasih Engkau dengarkan doaku, Engkau berikan satu malaikat pelindung untukku..'

Terpopuler

Comments

MEˡᵉYᵒᵗabgᵈ'ᵍᵒᵐᵇᵃLⁱⁿENeNᵍ𝐙⃝🦜

MEˡᵉYᵒᵗabgᵈ'ᵍᵒᵐᵇᵃLⁱⁿENeNᵍ𝐙⃝🦜

Syukurlah smoga pak jawer mnjdi ayah sambung yg bnr2 melindungi sakti

2024-04-20

1

MEYⁿᵍᵉʲᵃʳdudaLEᵇⁱʰmeNᵃⁿᵗᵃNg

MEYⁿᵍᵉʲᵃʳdudaLEᵇⁱʰmeNᵃⁿᵗᵃNg

aku yakin sebenernya Aini anak yg baik
cuma mungkin selama ini dia butuh perhatian lebih, makanya dia cari2 masalah dgn Sakti, berharap dgn demikian hidupnya mungkin akan lbh seru, lbh berwarna
atiati kena tulahnya ya, berawal dari benci dan tak suka lama2 jadi suka, bahkan sayang
hmmmm 🧘‍♀️

2024-04-17

14

MEYⁿᵍᵉʲᵃʳdudaLEᵇⁱʰmeNᵃⁿᵗᵃNg

MEYⁿᵍᵉʲᵃʳdudaLEᵇⁱʰmeNᵃⁿᵗᵃNg

dahlah
aku cukup ngikik aja baca nama pak Jawir
ckckck entah dia lahir jaman apa, generasi apa namanya shg org tuanya kasi nama begitu

2024-04-17

1

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!